Ini cerita pertama gue. Jadi masih jauh dari kata bagus, apa lagi dari kata sempurna.
Mohon di maklumi.
Silahkan tinggalkan komen kalian di narasi atau diksi yang salah ya! Akan di revisi sesuai komen dari kalian!"Tidak ada orang yang bisa menilai dirinya sendiri kecuali orang lain."
__________________________________
"Di cintai kembali atau tidak itu bukan urusan ku, tugas ku hanya mencintaimu. Menikmati setiap lengkung senyum manis mu."
"Shella gue tidur ya."
"Shella gue mabar ya."
"Shella gue kekamar mandi ya."
"Shella sepatu gue kemana?"
"Shella gue jumpalitan ya."
"Shella gue ngadem ya."Banyak, deh, Shella yang lainnya di dalam kelas.
Ini kelas IPA 2, kelas yang selalu rame dan berisik saat tidak ada guru yang mengajar, selalu heboh, berisik, abstrak selalu bikin sang ketua kelas toxic. Abstrak di sini bukan berarti kelas mereka tidak terlihat, tapi abstrak di sini mengartikan bahwa kelas mereka sudah tidak terlihat bentukannya karena terlalu berantakan.
Kelas yang udah berisik, berantakan tidak jelas deh pokoknya, ruang kelas udah kaya kapal pecah bayangin kapal pecah kaya gimana.
Belum lagi ditambah berisiknya suara-suara bocah yang main tik-tok, Mobile Legends dan suara toa-toa mulut.
"WOIII IBU NEGARA! LO DIPANGGIL BU DIVA KE KANTOR SEKARANG!"
Linka namanya sahabat Shella yang selalu bikin Shella kesel karna suaranya yang gedenya naujubillah.
"Ga usah teriak-teriak bisa'kan? pecah nih lama-lama gendang telinga gue!" Jawab Shella yang sedikit teriak karna udah kesel.
"LO UDAH DIKASIH TAU SAMA SAHABAT BUKANNYA TERIMAKASIH EWHH!"
Emang budek emang, dibilang jangan teriak-teriak malah semakin teriak, untung Shella salah satu spesies manusia yang penyabar.
Shella sengaja tidak jawab pertanyaan Linka, dia bangkit dari duduk segera berjalan menuju kantor.
Kaki Shella membawanya nyusurin satu persatu anak tangga dengan sangat-sangat anggun, sampai dilantai satu. Berpijak indah menginjaki satu persatu ubin dilantai.
Shella mengabaikan pikirannya yang penting sampe kekantor, Shella berputar kearah samping sekolah bukan langsung lewat depan, jalan ini lebih jauh untuk sampai ke ruang guru dari pada lewat depan.
"Jangan dipaksa nanti robek!"
Waduhh ... suara apaan itu? Saat Shella jalan didepan gudang yang posisinya lagi sepi begini jangan-jangan.
"Kalo engga dipaksa lama masuknya!"
Sumpah demi celana dalem pororo warna pink punya tetangga, ini hati Shella penasaran banget sama itu suara.
Jangan bilang ada setan lagi nganu? Tidak pikiran Shella sudah terbang jauh ke arah sana, jangan sampe hari indah Shella jadi sial karna melihat hal tak lazim seperti itu.
Entah apa yang ngedorong Shella buat beraniin diri mendekat, kaki Shella terus mendekat. Tangan kanannya sudah bertengger di atas knop pintu gudang. Mulutnya sudah berkomat-kamit baca doa sejenak sebelum membuka pintu, jaga-jaga kalo mata Shella nangkep yang engga-engga jadi lumayan sedikit berkah.
Pintu gudang terbuka dan....
"LO NGAPAIN DISINI HAH! TEMEN-TEMEN LO DIKELAS LO MALAH NGAYAB MAIN DEBU DISINI!"
Teriakan Shella menggema dipenjuru gudang setelah melihat Alfatih dan Dewa sedang memasukan beberapa tumpukan kertas ke dalam map coklat.
"Jangan galak-galak apa," ucap Dewa yang masih sibuk dengan beberapa tumpukan kertasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSHELLA ✔
Teen Fiction[∆SUDAH TERBIT!] Persetan dengan perasaan bukanlah hal yang mudah terlebih perasaan yang datang pada orang yang bisa dibilang kurang tepat. Bagaimana pun perasaan itu muncul tetapi yang sangat jelas bahwa perasaan ini membuat pening kepala dan membu...