Wanita berbaju putih panjang mendekat pada anak perempuan yang usianya sudah remaja itu, ia duduk di samping anak perempuan itu, yang di ketahui bahwa ia adalah bundanya.
Anak perempuan di sampingnya ini nampak sedikit terkejut dengan ke datangannya, gadis itu menautkan alisnya.
"Jangan, jangan lakukan ini! Sudahi drama mu," ucap wanita berbaju putih itu.
Gadis di depannya ini menajamkan penglihatannya lalu ia mengerjap beberapa kali. "Bunda?" gadis ini langsung memeluk wanita paruh baya di depannya, yang ia sebut bunda. "Aku kangen banget sama bunda."
Wanita itu mengelus rambut anaknya ini, "Sudahi semuanya, dia gadis baik. Hatinya seperti bidadari, tak seharusnya kau jahat padanya. Jangan lakukan lagi sebelum kau akhirnya menyesal, bunda sayang kamu."
Gadis itu melepas pelukan mereka, "Maksud bunda apa?"
Wanita yang ia sebut 'bunda' itu tersenyum hangat, sangat hangat. "Alasya ... Shella itu memiliki hati dan sifat yang baik. Jadi tidak pantas jika kau selalu jahat padanya. Kau harus tahu bahwa dia tidak sama sekali pernah marah sama kamu."
Alasya mengerjap tak percaya, "Dia jahat! Dia berani ngambil Fatih dari aku!"
"Yang jahat itu sebenarnya kamu, kamu yang ngambil Fatih dari dia. Fatih itu cinta pertamanya Shella." bundanya menunjuk tepat pada dada Alasya. "Hati kamu sudah di tanamkan benih kebencian oleh abang mu, jadi kau ikut menjadi kotor. Jangan ikuti kemauan abang mu, bunda tahu dia sayang banget sama kamu tapi cara dia menyayangi kamu itu salah sayang!"
Alasya mulai tersadar akan omongan bundanya, hatinya merasa bersalah pada Shella. Dari mulai ia melukainya, bagaimana ke egoisannya, dari cara mana pun Alasya selalu salah. Rasa bersalah mulai menerjang tubuh Alasya, rasanya ia ingin minta maaf pada Shella sekarang juga tapi bagaimana mungkin dengan kondisi Shella yang baru saja selesai oprasi, ia juga tidak mau jujur sekarang bahwa yang sudah melukai Shella dan Fatih adalah dirinya, ia tidak mau menjadi bahan omongan dan bahan amarah orang-orang yang menyangi Shella terutama Dewa dan Rio.
Lagi dan lagi, hati yang sudah lama menghitam akhirnya sedikit putih. Namun, dengan adanya ketakutan dan keegoisan hati itu kembali menghitam.
Alasya mendaratkan kepalanya di dada bundanya, "Maaf bunda, Alasya sudah terlanjur sayang sama Fatih. Alasya akan ngelakuin apapun biar Fatih terus bersama Alasya."
"Bunda engga mau kamu terlambat, yang kamu harus tahu adalah Fatih hanya mencintai Shella tidak ada yang lain. Jauhkan hati mu sebelum kamu tambah sakit nantinya. Shella tidak salah sayang, tidak. Shella tidak salah. Yang sayang adalah diri kamu yang terlalu egois."
Tuturkata bundanya membuat hati Alasya semakin tertohok, ia sadar bahwa ia salah. Tapi rasa salah itu seakan-akan tertutup oleh rasa egois untuk memiliki Fatih bersamanya.
"Yang anak bunda itu aku atau Shella si?! Bunda lebih belain dia."
Bundanya tersenyum, lalu menatap lurus ke depan. "Jelas kamu lah, bunda sayang banget sama kamu. Maka dari itu bunda engga mau kamu ngerasain sakit sekaligus menyesal nantinya setelah melukai orang yang baik."
"Jadi aku harus apa?" lirih Alasya, akhirnya ia sedikit menuruti omongan bundanya.
"Minta maaf, dan akui semua kesalahan kamu. Sebelum kamu terlambat dan menyesal seumur hidup sayang." Wanita di depannya ini kian lama kian memudar, bagaikan tubuh yang langsung berubah menjadi bayangan putih seperti asap.
"Bunda!" Alasya tersentak dari tidurnya, mimpinya sangat aneh. Terasa sangat nyata, ia merasa baru beberapa menit yang lalu ia di peluk dan di elus-elus oleh bundanya namun itu hanya mimpi. Yang terasa sangat begitu nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSHELLA ✔
Teen Fiction[∆SUDAH TERBIT!] Persetan dengan perasaan bukanlah hal yang mudah terlebih perasaan yang datang pada orang yang bisa dibilang kurang tepat. Bagaimana pun perasaan itu muncul tetapi yang sangat jelas bahwa perasaan ini membuat pening kepala dan membu...