'Mungkin kau tidak sempurna dimata orang lain, tetapi dimata ku kau adalah sosok yang lebih dari kata sempurna. Memiliki diri mu adalah hal yang paling bahagia di dalam hidupku'
-Muhammad Arsalan Dewangga-----
"Jadi lo nerima gue nih?" Tanya Dewa kembali memastikan jawaban dari anggukan Shella.
Shella tak menjawab, ia hanya mengangguk. Dewa mengelus belakang tubuh Shella lembut, senyumnya kini mengembang sangat sempurna. Ia memejamkan matanya lalu menghirup nafas panjang-panjang, menikmati pelukannya dengan Shella.
"Gue harap lo bisa jadi sahabat sekaligus pacar buat gue." Shella membuka kembali percakapan, lalu melepas pelukannya.
Dewa mengangguk, "Gue akan berusaha sebisa mungkin buat engga ngecewain lo Shell."
"Makasih." Shella tersenyum, "Pulang yuk gue ngantuk." pinta Shella.
"Yaudah ayo." Dewa bangkit dari duduknya begitupun Shella.
Mereka berjalan samping-sampingan tanpa adanya percakapan, tiba-tiba tangan Dewa menyusup masuk di antara sela-sela jari milik Shella. Ia genggan erat tangan itu seakan-akan tidak ingin melepaskannya.
Tatapan Dewa masih fokus ke arah jalan mereka, Shella yang menerima genggaman tangan lalu menengok ke arah Dewa. Memandang hidung mancung dengan bulu mata yang tebal. Laki-laki yang dulu menjadi patner bertengkarnya yang kini sudah menjadi pelindung sekaligus pacarnya.
"Kenapa? Engga boleh gandeng tangan kamu?" Shella tersenyum, hampir sedikit ketawa. Baginya saat Dewa berbicara aku-kamu sangat menggeletik liang telinganya.
"Enggak apa-apa kok," jawab Shella, kembali meluruskan pandangannya.
"Iya kali masa pegang tangan pacar sendiri engga boleh." Dewa terkekeh.
Hingga sampai di tempat parkiran motor Dewa baru melepas gandengan mereka, segera menaiki motornya berdua dengan Shella.
Tanpa aba-aba Shella langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dewa, terasa nyaman, terasa terlindungi, terasa menghangatkan. Sama seperti dulu yang ia rasakan saat berboncengan bersama Fatih.
Motornya perlahan melaju, membelah jalanan yang sepi dan sunyi. Hempasan angin yang terasa mendukung dua insan yang sedang kasmaran ini, menjadikan matahari siang sebagai pemandangan panas namun mengindahkan.
Seperti halnya perasaan mereka yang sedang berbunga-bunga akibat deru cinta yang mengalir hingga tembus ke nadi. Detak jantung yang begitu menggebu mereka berdua rasakan, seperti menaiki wahana ekstrim namun memabukan. Di mabuk cinta sepertinya mereka berdua.
-----
"Hati-hati." Shella melambaikan tangan ke arah Dewa yang sedang duduk di atas ninjanya, senyumnya masih terukir jelas layaknya kebahagiaan hanya miliknya seorang saja.
"Iya, gue pulang dulu ya." Dewa memakai kembali helmnya, menyalakan mesin motornya lalu malaju begitu saja dengan kecepatan sedang.
Shella menatap punggung Dewa yang kian lama kian mengecil dan menghilang, ia membuka pintu gerbangnya lalu segera masuk kerumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSHELLA ✔
Teen Fiction[∆SUDAH TERBIT!] Persetan dengan perasaan bukanlah hal yang mudah terlebih perasaan yang datang pada orang yang bisa dibilang kurang tepat. Bagaimana pun perasaan itu muncul tetapi yang sangat jelas bahwa perasaan ini membuat pening kepala dan membu...