KELIMA - Problema

51 12 8
                                    

Halo! Kembali lagi dengan kisah gadis penakut❤️ Sebelum membaca, budayakan Vote ya✨

——————

Dira duduk manis di kursi pojok kedai kopi tak jauh dari rumahnya. Namanya saja kedai kopi, namun beberapa menu tak selamanya menggunakan kopi. Dira memesan eskrim cappucino kesukaannya. Entah, dari beberapa menu eskrim yang menurutnya laris, dia selalu memesan cappucino. Minuman, Makanan, atau bahkan eskrim dia selalu memesan yang berbau cappucino.

Dira memakan eskrimnya perlahan, agar masker yang menutupi setengah wajahnya tak belepotan terkena makanan yang gampang meleleh itu. Tak lupa, dia juga memesan air mineral agar lidahnya tak melulu ber rasa manis .

Tempat ini, tempat favorit Dira yang selalu ia kunjungi kedua setelah taman. Tempatnya tidak begitu ramai, mungkin karena letak kursi yang tak terlalu berdekatan, sehingga suasana disana menjadi sangat nyaman untuk berjam-jam . Apalagi, jika hujan. Rasanya ia ingin menginap di tempat itu.

Kedai Kopi yang bernama Kedai KK sudah berdiri sejak Ayah Dira dan Bundanya remaja, tak heran jika kedai itu selalu ramai. Bahkan, kedai itu termasuk kedai paling peka. Saat musim kemarau tiba, yang mereka sediakan makanan beserta minuman dingin. Lalu, saat musim hujan datang, ia menggantinya dengan minuman dan makanan hangat. Huh, beberapa pengunjung disini sangat nyaman sekali.

Dira kembali menuliskan pengalamannya di sekolah barunya di buku diary kecilnya itu. Ada rasa manis, asam, pahit saat ia menginjakkan kaki di sekolah barunya. Manis saat semua teman kelasnya menerima Dira dengan baik. Asam saat mereka dengan seenaknya mencibir Dira dan mengomentari penampilannya seakan-akan mereka telah sempurna. Pahit, saat ia mengulang kejadian yang sangat memilukan kemarin waktu pulang sekolah .

Kemarin.

Dira berjalan pelan menuju halte depan sekolah. Ia menundukkan kepala, tak ingin mendongakkannya dan menatap balik semua mata yang kini tengah melihat Dira dengan penuh selidik. Dira ingin secepatnya pulang dari sini, dia ingin segera pulang dan merebahkan tubuhnya di kasur empuk bergambar kartun Spongebob .

Lama dia menunduk, dan tak menoleh ke kanan kiri. Dira lagi-lagi menabrak seseorang yang kali ini menyemprotnya dengan segala makian. Sungguh, Dira tidak sengaja .

"HEH! JALAN TUH YANG BENER! PUNYA MATA DI GUNAIN YANG BENER!" teriak gadis berparas cantik dan bodynya yang goals.

Dira semakin menunduk, menahan air mata yang hendak keluar. Baru kali ini dia di bentak oleh seseorang yang tak ia kenal, keluarganya tak pernah membentak Dira sebelumnya.

Gadis yang tadi membentak Dira bernama Siska. Dia termasuk pentolan dari sekolah, siapa yang tak kenal Siska Chandra Winata? Ketua ekstrakurikuler modelling, dan termasuk model fenomenal. Wajahnya sering terpampang di majalah dan televisi. Namun, sayangnya kelakuan Siska tak mencerminkan paras ayunya. Dia bertindak semena-mena terhadap siapa saja yang mengganggunya.

Siska menarik dagu Dira agar menatapnya.

"Kalo diajak ngomong, jawab!" bentak Siska dengan mata melotot.

Dira tak tahan lagi, dia menangis. Dadanya sesak, dia butuh inheler yang selalu ia selipkan di tasnya. Kini dia tidak bisa mengambil, tangan beserta tubuhnya bergetar karena menangis. Dira sudah sesenggukan.

Kata orang, jika seseorang jarang sekali menangis. Maka, sekali ia menangis akan lama berhentinya. Bahkan, dadanya akan lebih cepat merespon dan menyebabkan sesak hingga sesenggukan seperti yang Dira rasakan kali ini.

"Uuuh, dia nangis guys! HAHAHA!" kata Siska menunjukkan wajah Dira yang kini di penuhi peluh dan air mata. Teman-teman Siska ikut tertawa menyaksikan betapa menyedihkannya kondisi Dira saat ini .

Beberapa orang di koridor tak berani mendekat apalagi menolong Dira . Mereka takut hidupnya tak akan aman setelah menolong seseorang yang mereka bantu.

Dira masih sesenggukan, dadanya kian sakit tak tertahan. Dirinya nyaris pingsan saat seorang lelaki mendorong kuat tubuh Siska dan menarik Dira ke dalam dekapannya.

Semua orang terlonjak kaget bahkan Siska yang di dorong pun tak kalah terkejut. Sungguh, di luar dugaan. Cowok yang sangat Siska sukai kini tengah mendekap seorang gadis cupu yang sangat ia benci saat itu juga.

Dira terlepas dari pelukan. Dia membuka tasnya dengan tangan gemetar guna mengambil inheler agar nafasnya kembali lancar.

Lelaki yang baru saja mendekap Dira, kini menatap Siska dengan nyalang. Matanya berubah jadi tajam dan dingin, nafasnya kembang kempis menahan amarah. Jika bukan perempuan, dia akan menghajar habis-habisan yang telah mengganggu Dira.

"Berani lo ngebentak Dira lagi, akan gue pastikan ketenaran lo bakal langsung hancur." ucapnya dengan nada rendah namun menancap di hati Siska.

"Maksud lo apa ngomong gitu?! Kenapa lo ngebela cewek cupu kayak dia?!" tanya Siska penuh amarah.

"Karena dia adek gue." balas Rafa.
"SIAPAPUN YANG MENGGANGGU ANINDIRA, GUE PASTIIN HIDUP KALIAN NGGAK BAKAL TENANG! FAHAM?!" lanjut Rafa dengan hati yang masih menahan amarah. Dia butuh pelampiasan.

Semua orang mengangguk patuh, tak ada yang berani menjawab omongan Rafa. Baru kali ini mereka melihat Rafa semarah ini. Bahkan, Dira adiknya pun baru kali ini.

Rafa menuntun Dira perlahan di sampingnya, tak lupa ia merangkul adiknya dengan lembut agar tidak terlalu takut.

Saat melewati Siska, dia sengaja menabrakkan bahunya ke bahu Siska. Respon gadis cantik itu hanya diam mematung, tak tahu bahwa yang ia lakukan membahayakan posisinya saat ini. Dia tak habis pikir bahwa Rafa akan semarah ini. Dia tidak ingin jauh dari Rafa, dia sudah jatuh cinta terhadap Rafa sejak dulu.

Siska merosot ke lantai. Dia ... menangisi perbuatannya kali ini.

***

Dira kini sudah berada di kamarnya. Dia bergantu pakaian t-shirt berwarna kuning dengan lengan putih di padukan jeans hitam pendek. Dia duduk di kursi balkon kamarnya, memandang keluar rumah dengan secangkir kopi cappucino yang ia buat sendiri .

Gadis itu diam merenung. Membayangkan betapa menyedihkannya saat ia tak sengaja menabrak tubuh seseorang dan di bentak. Sungguh, perasaan takut yang hampir menghilang kini perlahan kembali datang. Dia takut jika kakak kelasnya itu kembali mendatanginya dan mencaci maki. Dia tidak bisa bergantung lebih pada Rafa di sekolah. Kakaknya ini sudah kelas dua belas, tak segalanya bisa bersamanya.

Ponsel Dira yang tergeletak di atas meja berbunyi. Menandakan sebuah pesan masuk ke nomornya.

Hai.

Dira mengernyit. Siapa seseorang yang mengiriminya pesan? Dia tidak pernah memberi nomornya ke sembarang orang. Bahkan, di kontak ponselnya hanya tertera nomor Ayahnya dan Rafa.

Dira tidak membalas pesan itu. Dia malas meladeni nomor yang asing.

Tak lama, nomor asing itu kembali mengiriminya pesan. Kali ini, isi pesan itu membuat Dira terkejut bukan main.

Hei, cewek gugup!

Bales kenapa, sih?!

Woi!

Gue Arion cowok paling tampan se-anteri jagad raya!

Mengalahkan Hamish Daud suaminya Raisa.

Dira tak tahan lagi, dia tertawa memandang ponselnya yang berisikan pesan dari Arion.

Dira menghela napas untuk tidak terlalu tertawa. Dia menutup ponselnya kembali, dan enggan membalasnya. Dia menyesap kopi yang sudah setengah cangkir itu. Perlahan kopinya sudah tidak sepanas saat ia membuatnya tadi .

Ponsel Dira kembali berdering, kali ini bukan pesan. Namun, panggilan.

Arion is calling..

***

TUNGGU KELANJUTANNYA 🤗

Jangan lupa komentarnya dan vote❤️

—20 November 2019

ARRA--Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang