I'am back! Selamat membaca:)
-----------
Hari ini Dira berangkat dengan Rafa menaiki mobil merah yang di kado oleh Ayahnya saat Rafa berumur tepat 17 tahun. Dira sedang duduk santai di teras depan sambil membenarkan letak kuncir rambutnya agar tidak terlihat berantakan. Dia sudah menunggu sekitar 15 menit namun Rafa tidak menunjukkan batang hidungnya.
Dia sudah beberapa kali meneriaki Rafa untuk segera berangkat karena sekarang sudah pukul 6.45, dia tidak mau telat. Dia juga enggan untuk melaksanakan hukuman. Bukan karena dia malas, namun, Dira sungguh malu jika telat.
Rafa keluar dengan senyum terpatri indah di bibirnya. Tak lupa ia langsung mengenakan jaket boomber hitamnya agar lebih terlihat tampan. Rafa tidak bisa kalau dia berangkat tanpa menggunakan jaket, karena jaket merupakan benda penting untuk terlihat keren. Sungguh Rafa yang aneh.
"Ayo." Ajak Rafa menarik lengan Dira.
Gadis itu hanya cemberut. "Lama banget, heran."
"Saat sebelum ke sekolah itu harus tampil maksimal. Harus ganteng juga biar banyak cewek mendekat."
Dira hanya mencibir kelakuan Rafa yang sok kegantengan ini.
"Oh iya, lo mau ikut ekskul apa?" Tanya Rafa tanpa melihat Dira.
"Nggak tahu, aku juga bingung. Aku maunya yang nggak berbaur sama banyak orang, sih."
"Dira, yang namanya ekskul pasti banyak orang. Walaupun cuma segelintir. Lo jangan apatis gini terus, lah."
Gadis itu menghela napas. "Bukan apatis, kak. Tapi, belom siap aja."
"Siap nggak siap, cepat atau lambat. Lo harus segera keluar dari zona nyaman lo."
Dira tak menjawab. Dia hanya memandang keluar jendela. Apakah mulai sekarang dia harus keluar dari zona nyamannya? Atau tetap untuk menjaga diri? Dira sangat bingung.
***
Kelas masih terlihat sepi. Hanya beberapa orang yang baru datang. Padahal jam menunjukkan 6.55 yang artinya bentar lagi bel akan berbunyi.
Sekolah hari ini masih jam kosong karena mendekati HUT sekolah. Para Osis pun menarik ketua kelas sepuluh, sebelas, bahkan dua belas untuk membantu tugas mereka agar tidak kerepotan nantinya. Sebab kelas sepuluh yang mendaftar langsung mengundurkan diri.
Dira duduk dengan manis di kursinya. Kursi di sampingnya -Arion- belum ada penghuninya. Entah kenapa anak ini suka sekali telat masuk. Para murid satu persatu memenuhi kelas dan langsung berbincang ria. Sepuluh menit kemudian bel berbunyi dan wali kelas langsung memasuki anak muridnya.
Bu Asih tidak membawa buku pelajaran namun dia membawa beberapa lembar kertas formulir untuk di bagikan ke semua anak didiknya.
"Assalamualaikum anak-anak. Hari ini masih jam kosong. Jadi, kalian belajar sendiri dulu. Jangan sampai bolos pulang ke rumah. Paham?"
"Paham bu."
"Ketua kelas ini ada selebaran formulir ekstrakurikuler . Mohon di bagikan. Untuk semuanya harus di isi ya. Tidak boleh ada yang tidak mengisinya. Kalian semua harus ikut ekstrakurikuler. Paham?"
"Paham, bu."
Setelah menjawab pernyataan Bu Asih. Aska selaku ketua kelas berjalan ke depan mengambil setumpuk kertas itu dan membagikannya ke semua teman kelas.
Aska membagikan kertas terakhir itu untuk dirinya dan juga Dira. Entah kenapa dari awal Dira masuk, Aska sudah ada rasa tertarik untuk mendekati Dira. Bukan, bukan berarti dia akan modus atau menyakitinya. Namun, dalam lubuk hati Aska, dia ingin sekali menjaga Dira dari orang-orang yang akan jahil dengan gadis itu.
Cowok berparas tampan keturunan Belanda dari Ayahnya itu duduk di samping Dira dan menyerahkan selebaran itu ke meja Dira.
"Isi ya?" Pinta Aska.
Dira membacanya tanpa menyentuh kertas itu. Lalu menggelengkan kepala pelan.
"Lah? Kenapa? Bersosialisasi sama orang itu nggak terlalu menakutkan. Coba deh lo bisa terbuka sedikit aja."
Lagi-lagi Dira hanya menggelengkan kepala.
"Ada ekstrakurikuler Fotografi kalo lo suka foto-foto. Apalagi ekskul itu cuma satu kali pertemuan seminggu. Gue rasa itu nggak keberatan buat lo."
Mendengar penuturan Aska, Dira tertarik untuk bergabung ke ekskul itu. Dia juga pernah memenangkan lomba fotografi yang diadakan di kotanya melewati online. Dan dia juga juara pertama.
"Gue juga daftar itu. Nanti kita bisa bareng." Aska tersenyum manis kearah Dira lalu pergi keluar sebelum Dira menjawab.
Dira hanya memandang sekilas kearah Aska dan kembali memandang kertas di depannya itu.
Apakah dia harus ikut? Atau tidak? Sungguh Dira sangat bingung.
Dengan sekali tarikan napas, Dira akhirnya siap untuk mengikuti ekskul yang di sarankan oleh Aska. Namun, dia bingung harus memilih satu ekskul apalagi.
Dira pun hanya menggeleng terserah dan menyonteng ekstrakurikuler Fotografi dan Seni Rupa.
Sebelum di kumpulkan di meja Aska, dia berucap Basmallah agar tidak ada kendala nantinya.
"Bismillah."
***
Tbc!
^3maret2020
![](https://img.wattpad.com/cover/203724241-288-k77342.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARRA--
Genç KurguJadi diri sendiri itu perlu. Tidak usah mengikuti gaya atau perilaku orang lain guna mendapat pujian. Gadis cantik ini juga sangat malu terhadap wajahnya, dia juga sangat malu berinteraksi terhadap semua orang. Namun, seseorang telah membuat hidupn...