☘ 06 ☘

44K 1.5K 14
                                    

Matahari sudah agak tinggi waktu Eric mengerjapkan mata, terbangun karena mendengar suara berisik dari luar kamar. Eric lihat Yuma masih terlelap memeluknya, agak bingung awalnya melihat pipi Yuma yang memar, tapi kemudian ia ingat tentang semalam.

Dengan malas dan masih mengantuk, Eric melenggang meninggalkan kamar, ia yakin itu Ben. Kalau tidak ada masalah seperti semalam, Eric pasti memilih untuk melanjutkan tidurnya.

"Ben?"

Ben tidak menjawab, malah terus menyibukan diri membuat sarapan. Matanya melirik saat Eric memilih duduk di counter dekatnya.

"Pulang jam berapa?"

"Sejak kapan kita jadi suka menanyakan hal-hal seperti itu?"

"Ben, aku hanya khawatir."

"Ya khawatir, tapi kau sendiri pulang larut kan?"

Eric menghela napas, ia sadar Ben sedang tidak dalam mood yang baik. "Yuma mencemaskanmu, ia memaksa ku menghubungimu, tapi kau malah mematikan handphonemu."

"Hm."

"Jadi? Semalam kemana?"

"Rumah temanku. Awas, kau mengganggu kalau disitu."

"Baiklah, baiklah." Eric melompat turun, tapi bukannya menyingkir, ia malah menarik pinggul Ben dan langsung menciuminya.

PLETAK!!

Tapi ya tentu saja, Eric malah kena hantaman spatula dari Ben. Bukan karena Eric tiba-tiba menciumnya, tapi karena pria satu ini sudah benar-benar mengganggu Ben.

"Sakit!"

"Salah sendiri! Kau punya mata, kau tau aku sedang masak, malah ganggu!"

"Aku hanya ingin menciummu."

"Tch! Mulutmu bau alkohol!"

Eric mencoba menghirup napasnya sendiri, dan benar, bau alkohol bekas semalam masih tersisa di mulutnya. Diliriknya Ben sudah kembali serius dengan alat tempurnya, Eric akhirnya memilih kembali ke kamar untuk mandi.

♥ ♥ ♥

"Eric.."

Eric yang baru keluar kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya langsung melirik. "Kau sudah bangun?"

"Ben sudah kembali?"

"Hm, tadi sih masih membuat sarapan." kecup Eric di pucuk kepala Yuma. "Kau mandi dulu saja-"

TOK TOK TOK

"Aku berangkat, makanan kalian di meja."

Eric masih sempat melirik Yuma sesaat sebelum akhirnya berjalan setengah berlari menuju pintu. "Ben. Kau ada kelas pagi?"

"Tidak, tapi aku ada keperluan lain. Malam ini aku tidak pulang."

"Lagi? Kenapa kau jadi sok sibuk sekali?"

"Aku bukan sok sibuk, Eric." Ben baru menoleh saat selesai memakai sepatu. "Orangtuaku hanya minta aku pulang seminggu ini. Mereka bilang ada hal penting yang ingin dibicarakan, jadi aku akan kesana."

"Huh? Berarti kau juga tidak akan kuliah?"

"Tidak. Aku sudah minta ijin. Si Andrew membantuku."

"Tch." decak Eric kesal mendengar nama Andrew.

"Aku berangkat."

"Ben! Tunggu!"

Ben menoleh, melirik tangannya yang digenggam kuat. "Apa?"

"Kau tidak meninggalkan rumah hanya karena masalah semalam dengan Yuma kan?"

"Huh? Memang aku terlihat seperti itu?"

"Semalam kau pergi dan tidak kembali."

Ben menarik napas panjang seketika, "Ya semalam aku memang agak kesal, tapi aku pergi bukan karena marah dengannya, aku menemui kakakku, mengurus tiket pesawat."

"Lalu, kenapa kau tidak menemui Yuma dulu."

"Dan kenapa aku harus menemui kekasihmu dulu? Sudahlah, aku sudah telat. Kakakku bisa membunuhku kalau aku telat. Aku berangkat."

Eric terdiam, merelakan Ben pergi. Di telinga Eric terus bergumam kalimat yang diucapkan Ben tadi. Soal kekasih. Eric tidak merasa kalau ia berpacaran dengan Yuma, atau dengan Ben, mereka hanya berteman baik. Tapi kenapa melihat wajah Ben saat mengatakannya tadi membuat jantung Eric berdetak aneh.

Eric tidak yakin kalau ia menyukai Ben, ia juga tidak yakin kalau ia menyukai Yuma. Bagi Eric, Ben dan Yuma hanyalah sahabatnya, tidak lebih. Mereka berhubungan seks karena... mereka hanya saling memuaskan hasrat mereka.

Friends with Benefit (BL 25+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang