☘ 12 ☘

31.8K 1.2K 50
                                    

Ponsel Eric bergetar di samping buku catatannya.

"Baik, sampai sini dulu kuliah hari ini, sebelum diakhiri, ada yang ingin bertanya?"

Matanya mendelik melihat dua orang mengangkat tangan, dengan kata lain, sesi tanya-jawab sudah dimulai. Yuma mengambil ponselnya, mengecek ada pesan dari siapa.

From: Prof. Andrew
Ke ruangan ku setelah ini.

Eric mendelik lagi, kini Ben yang mengangkat tangan untuk bertanya. Keningnya agak memgernyit, perasaannya jadi kurang senang. Pandangannya dialihkan pada dosen di depan sana yang sedang menjawab pertanyaan dari Ben, pula.. dosen yang mengiriminya pesan.

"Ya tuhan, malas sekali." gumam Eric.

"Malas kenapa?"

"Tidak, malas saja." Cengir Eric pada Yuma. Eric tidak mungkin memberitau Yuma kalau Andrew menyuruh Eric menemuinya. Ben dan Yuma tau benar kalau Eric malas berhubungan Andrew, terlebih di seks. Bagi Eric, Andrew hanya menjadikannya sebagai budak napsu, berbeda dengan sex buddy-nya yang lain.

Kelas dibubarkan setelah tidak ada yang bertanya lagi. Yuma sudah ditarik dengan teman sekelas lain untuk ke kantin, tersisa Ben dan Eric yang menolak ikut bergabung. Alasan Eric ya karena ia diminta Andrew ke ruangannya, kalau Ben, ia bilang ia harus ke rumah sakit untuk check up bekas operasinya.

Langkah Eric terasa berat karena ia benar-benar malas menemui Andrew. Ingin rasanya ia ikut Yuma ke kantin atau bahkan langsung pulang saja, tapi mungkin Andrew akan mencari cara lain untuk membuat Eric menemuinya.

"Eric?"

Eric menoleh, "P-prof?" Senyumnya dikembangkan kaku. "Habis mengajar?"

"Ya. Kau pikir habis apa lagi?"

"Yaa.." namun lambat laun senyumnya jadi leboh ringan. "Kau tidak pernah menghubungiku sejak hari ini."

"Tidak ada alasan untuk menghubungimu juga." Jawabnya masih dingin. "Jangan berjalan sambil melihat ponsel, berbahaya."

"O-oh. Oke."

"Hm."

Eric masih terpaku, senyumnya masih tertahan, meski Grey sudah berlalu meninggalkannya.

Benar juga, sudah tiga hari sejak Eric bertemu langsung dengan Grey. Grey juga sama sekali tidak menghubunginya. Yaa Eric paham hal itu, Grey memang agak misterius. Paling-paling, sore nanti, atau besok, atau mungkin lusa, Grey akan menghubunginya, dan mereka bisa bersama lagi. Eric benar-benar menantikan hari itu. Ia tidak bisa minta, bukan tipenya.

Tok Tok Tok

"Masuk."

Pintunya dibuka, lalu ditutup lagi dan menguncinya sesuai perintah. Eric melihat Andrew duduk tegap di kursinya. Kaki Eric sama sekali tidak melangkah mendekat, sampai Andrew menyuruhnya duduk.

"Kenapa lama sekali?"

"Aku ke toilet dulu."

"Benar?"

"Lagipula aku memang tidak langsung bisa kesini, yang lain akan curiga."

"Hmm.." Andrew mengangguk-angguk seraya menggaruk dagu berjanggut tipisnya. "Kau tau kenapa aku memanggilmu kesini?"

Sebenarnya menurut Eric, Andrew tidak terlihat tua di usianya yang sudah lewat setengah abad. Andrew punya badan yang bagus, dada bidang dan atletis. Tampangnya juga masih seperti ayah muda. Menurut kenyataan, Andrew masih suka dikelilingi mahasiswi meski mereka tau Andrew sudah punya istri dan anak.

Alasan kenapa Andrew selalu mengumpat Andrew tua adalah, karena Eric mulai lelah dengan permainan seks Andrew yang kian kesini kian kasar. Andrew seperti dalam masa puber kedua, karena sebal dengan perlakuan Andrew, Eric pun memanggilnya si Tua Andrew.

Friends with Benefit (BL 25+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang