☘ 08 ☘

42.7K 1.5K 19
                                    

Ben memasukan tangannya ke saku sweter, ia rasa malam ini lebih dingin dari biasanya. Seminggu lebih tinggal di rumah orangtua, begitu kembali rasanya jadi agak berbeda.

"Oh? Ben?"

Kepalanya menoleh, pria berambut perak dan berkacamata itu menghentikan langkahnya seketika begitu keluar dari minimarket.

"K-kenapa ada disini?"

"Eric sedang pergi kan? Aku juga baru sampai. Tidak ada persediaan apapun di rumah, jadi sekalian saja kita makan sebelum pulang."

"Oh..." Yuma baru melanhkah, "Kau sengaja datang?"

"Hm. Eric menitipkanmu padaku."

"Aku bukan anak keciiil~!"

"Yaa tapi ia memperlakukanmu begitu. Ayo."

"Kay.." langkah Yuma terasa agak lebih ringan waktu jalan berjajar dengan Ben. Seminggu lebih, tapi rasanya seperti lama sekali. "Ben.."

"Hm."

"Maafkan aku soal yang waktu itu."

"Lupakan saja."

"Yang ada di kepalaku, mungkin semuanya bisa terselesaikan hanya dengan seks."

"Ya aku juga salah, mendorongmu sampai memar."

"Tapi kalau aku tidak memulainya, kau juga tidak akan melakukan itu. Jadi.. aku benar-benar minta maaf."

"Sudahlah, sudah berlalu juga. Lupakan saja."

Yuma kembali diam, akhirnya tidak ada yang bicara sampai mereka tiba di restoran cepat saji dekat rumah mereka. Keduanya baru kembali mengobrol ringan begitu makanan sudah ada di meja. Ben menanyakan soal kerja part time Yuma. Setelah seminggu lebih, ternyata semua masih sama.

"Kau tau Eric kemana?"

Yuma mendelik, "Museum? Ia bilang dosennya minta bantuannya untuk membimbing junior. Entahlah. Ia tidak cerita banyak soal itu. Pokok ya ia bilang tidak akan kembali malam ini."

"Ooh."

"Tumben Eric mau menerima hal yang seperti itu."

"Mungkin ada bayarannya."

"Iya sih, mungkin." Yuma melirik makanan Ben yang hanya tinggal satu suapan lagi. "Ben, kenapa kau jadi lebih lama disana?"

"Hm? Oh? Yaa... mereka masih ingin aku disana. Jadi ya sudah. Oh ya, nanti aku lihat catatan kuliah seminggu kemarin ya?"

"Oke."

Sampai lewat jam 8 malam, mereka baru pulang. Keduanya langsung pergi ke kamar masing-masing, untuk mandi dan lain-lainnya. Ternyata di rumah tidak ada Eric lebih sepi dibanding tidak ada Ben. Untung saja Ben sudah kembali, kalau belum, bisa-bisa Yuma hanya sendirian malam ini.

Selesai mandi dan berpakaian, Yuma baru keluar kamar, ia lihat Ben tiduran di sofa, memejamkan mata. Ia tidak yakin Ben tidur, tapi tetap Yuma biarkan, ia malah melenggang ke dapur dan makan sisa kue yang dibelikan Eric kemarin untuknya.

Kakinya melenggang lagi ke ruang tengah, ia lihat Ben sama sekali tidak merubah posisinya, Yuma baru yakin kalau Ben tertidur. Yuma berjongkok di dekatnya, di depan wajah Ben. Memperhatikannya lekat-lekat.

"Eh?" Yuma kaget waktu Ben mengerjap.

"Yuma..? Aku ketiduran ya?"

"I-iya."

"Jam berapa in?"

"Sembilan lewat."

Ben tidak merubah posisinya, hanya memijit kepalanya sesaat lalu kembali menatap Yuma yang wajahnya sudah memerah. Untuk sesaat, Ben hanya memandangi wajah Yuma, sampai tangannya menarik kepala Yuma untuk mendekat, dan menciumnya.

Friends with Benefit (BL 25+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang