After Story II

23.4K 787 32
                                    

It's relate to, our sassy Kyle.

☘  Kyle  ☘

"Kau jadi pulang lusa?"

"Iya, habis mau gimana? Kita launch dua restoran sekaligus."

Napasnya dihela dalam, "Oke."

"Jangan rindu yaa, aku janji pulang lusa kok."

"Ha-ha. Kau tidak pulang pun, di luar sana masih banyak orang yang mau main denganku."

"Tch!"

Tawanya cekikikan, "Ya sudah. Aku sudah sampai. Jangan menelpon kalau rindu. Bukan urusanku."

"Beeen!!"

Ben sontak terbahak, sambil mematikan sambungan telponnya. Ia yakin sekali kalau Kyle di sebrang sana sedang kesal dan berteriak, mengumpat sumpah serapah tentang dirinya. Semudah itu untuk menaik-turunkan mood Kyle.

Kyle harus ke luar kota karena ada launching restoran cabang milik mereka. Restoran milik Ben dan Kyle ini cukup sukses dan berakhir membuka cabang di berbagai daerah. Kali ini Kyle harus pergi sendiri karena Ben harus stay dan mengurus beberapa hal. Tapi ya memang malas juga Ben ikut-ikut ke luar kota hanya untuk acara seperti itu.

Kakinya melenggang keluar lift, menyusuri koridor yang sepi. Seperti tidak berpenghuni. Begitu sampai depan pintu, Ben langsung memasukan password untuk membuka kunci pintu apartemennya. Begitu terbuka, keadaan rumah sudah sangat sepi. Ia yakin kalau ayahnya dan Yuma mungkin sudah tidur. Toh, memang malam ini Ben pulang larut sekali.

Iya, memang mereka akhirnya tinggal bersama.

"Ben?"

Ben sontak melompat kaget. Jantungnya berdegup dengan cepat kala menoleh, melihat Yuma membawa cangkir dari arah dapur. "Yumaaa!"

"Sorry."

"Kupikir kalian sudah tidur, tahu?! Seluruh ruangan sepi dan kau tiba-tiba muncul!"

"Iya, iya maafkan aku." Yuma melengos, melenggang ke sofa depn tv.

Melihat Yuma yang malah berdiam diri disana, tentu buat Ben jadi bingung. Ini hampir jam 12 malam, tidak biasanya juga Yuma masih di ruang tengah, kalau hanya ingin sekadar menonton tv, Yuma bisa melakukan itu di kamarnya. Maksudnya, di kamar ayahnya.

"Kyle tidak pulang?"

"Ia kan ke luar kota. Soal restoran cabang itu."

"Ooh." Yuma mengangguk-angguk.

"Lalu, kau sendiri, kenapa masih disini?" Matanya mendelik, di sofa sudah ada bantal dan selimut, "Ayah mana?"

"Pergi."

"Pergi? Kemana? Sendiri? Tumben tidak mengajakmu."

"Tch! Mana mungkin ia mengajakku kalau ia sendiri pergi dengan selingkuhannya?!"

"Huh?" Ben melongok, perlahan ia melangkah lalu duduk di samping Yuma. "Apa maksudmu? Ia punya pacar lagi?"

"Tidak tau mereka sudah pacaran atau belum." Yume menekuk wajahnya, "Kau ingat kan, model yang meminta ayahmu menangani kasusnya?" Yuma menoleh, Ben hanya mengangguk sebagai jawaban. "Aku baca semua pesan mereka berdua. Terlihat mesra, sudah gitu, karena ayahmu menang, si model itu mengajak ayahmu liburan sebagai tanda terima kasih."

"Hee... tapi ayah sama sekali tidak mengajakmu?"

"Bilang padaku saja tidak. Ia hanya bilang kalau ia ada keperluan di luar kota, ada kasus yang harus ia tangani. Ia tidak tau kalau aku sudah membaca semua pesan mereka. Bahkan di e-mail ayahmu." Yuma mengusap-usap wajahnya dengan telapak tangan dengan kasar. "Aku salah apa memangnya sampai ia tidak mau cerita- atau bahkan jujur padaku?"

Friends with Benefit (BL 25+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang