☘ 19 ☘

26K 1K 76
                                    

"Yuma.. ceritakan padaku tentangmu."

Yuma melirik, pria bertubuh tegap yang berbaring di sampingnya ini memandanginya dengan tatapan kasih. "Cerita apa?"

"Semuanya."

"Hmm.." Yuma kurang yakin apa yang ingin ia ceritakan, tapi melihat pria yang berstatus ayah dari sahabatnya ini terlihat ingin tahu, Yuma rasa ia harus cerita sesuatu tentang dirinya. "Aku baru tau kalau Ben ternyata juga anak yatim piatu."

"Aah, yaa. Aku mendapatkan Kyle saat usiaku masih sangat muda. Ibunya Kyle pergi saat ia masih balita, karena sibuk kerja, akhirnya aku memutuskan mengadopsi anak dari panti asuhan untuk teman Kyle."

"Ooh." Yuma mengalihkan pandangannya, berpikir betapa beruntungnya Ben dapat orangtua seperitinya. "Sejak kecil aku sudah di panti asuhan, aku baru meninggalkan asrama panti saat Eric dan Ben mengajakku tinggal bersama mereka. Kurasa ini bukan cerita yang mengenakan."

"Tidak apa, cerita saja."

"Nasibku jelas berbeda dengan Ben, ia beruntung, tapi aku tidak pernah iri dengan apa yang Ben atau Eric dapatkan. Waktu diajak tinggal bersama aku masih bisa menolak, tapi aku tidak menolaknya. Aku memilih tinggal bersama mereka dan mengumpulkan uang sendiri. Aku kerja part time. Kadang Ben dan Eric protes kalau aku terlalu lelah bekerja." Yuma terkekeh pelan. "Tapi kalau tidak kerja, aku tidak dapat uang."

"Ben tidak pernah cerita kalau ia bukan anak kandungku?"

"Tidak, Eric juga tidak pernah."

"Biasanya Eric yang hobi cerita ini itu."

"Bicara soal Eric, apa kau benar-benar akan membantunya."

"Tenang saja, Eric itu sudah seperti anakku juga. Tidak mungkin kan aku tidak membantunya?"

"Begitu ya.."

"Kau sering melakukan ini dengan Ben?"

Yuma menoleh. "Ya?" seperti kurang percaya dengan pertanyaan yang ia dapatkan.

"Yaa.. seks. Dengan Ben."

"T-tidak... kurasa. Aku.. selalu melakukannya dengan Eric, kalau dengan Ben.. hanya saat ada Eric saja."

"Tapi tadi kalian akan melakukannya kan?"

Bluush!!

Wajah Yuma memerah sempurna. Ingat kejadian tadi, saat ia gagal seks dengan Ben, masturbasi di kamar mandi, ketahuan oleh ayahnya Ben dan berkahir seks dengan ayahnya Ben. Yuma benar-benar seperti orang bodoh. Ia rasa ini karma karena selalu mengatakan Eric hypersex. Atau... ia sudah tertular hypersexnya Eric. Yuma masih tidak percaya, lubang anusnya, ditusuk oleh penis lain selain milik Eric dan Ben.

Yuma ingat benar waktu tiba-tiba pintunya terbuka dan memperlihatkan Yuma yang sedang masturbasi. Keduanya jadi membatu untuk beberapa saat sampai ayah Ben yang bernama Ronald ini menawarkan bantuan.

Yuma ingin menolak tapi ia juga sudah mencapai limit-nya. Sampai akhirnya Yuma hanya bisa mengangguk pelan dan Ronald langsung melakukan tugasnya.

Selesai mencapai klimaks pertamanya, Ronald dengan tubuh tegapnya menggendong Yuma yang sudah lemas ke kasur. Di sana, Yuma pikir Ronald akan meninggalkannya, ternyata tidak sama sekali. Mereka malah memasuki tahap seks yang sebenarnya.

Yuma dibuat orgasme berkali-kali oleh permainan Ronald. Mereka mencoba berbagai posisi. Tidak hanya Ronald. kenyataannya Yuma juga sangat menikmati seksnya dengan Ronald.

Yuma merasa berbeda saat ia melakukan seks dengan Ronald, tidak seperti saat ia dengan Ben dan Eric. Kalau dengan Ronald, Yuma merasa ia sangat dikasihi sepanjang seksnya, kalau dengan Ben dan Eric, ia hanya merasa kalau di antara mereka bertiga, mereka hanya butuh mencapai klimaks. Tujuan mereka melakukan seks, memuaskan satu sama lain. Tidak lebih. Tapi dengan Ronald, Yuma tidak merasakan itu.

Friends with Benefit (BL 25+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang