Setelah aksi menangisnya yang menghebohkan seisi kelas, Citra jadi malu sendiri. Nangis segitunya karena sesuatu yang dia rasakan sendiri alias nggak jelas banget sih gue kemarin itu, rutuk Citra dalam hati. Mau ditaruh dimana wajah cantiknya yang imut dan menggemaskan ini setelah nangis sambil meler-meler ingusan kayak kemarin? Apalagi dilihat Angga, nggak makin il-feel tuh cowok.
Oh, Tuhaaan. Ingin rasanya Citra pindah sekolah. Seandainya pindah sekolah segampang itu. Cewek itu menendang-nendang kakinya di teras rumah nggak tentu arah. Wajahnya merengek lucu. Kenapa penyesalan itu selalu datang belakangan? Sekarang gimana caranya ke sekolah sambil menghadapi tatapan-tatapan penuh tanya teman-teman sekelasnya? Coba Citra dikasih satu solusi? Satu aja.
"Ngapain lo masih di sini?" tanya Surya, kakak semata wayang Citra, dari pintu depan rumah sembari menenteng helm.
"Kasur," rengek Citra tiba-tiba. Kasur a.k.a Kak Surya disingkat Ka-Sur.
"Jam segini masih di rumah, telat lo nanti," katanya tanpa mempedulikan rengekan adik manjanya.
"Bodo amat dah kalo telat. Ita nggak mau sekolah hari ini, mau bolos aja," rengek Citra menjadi.
"Ya udah sana balik masuk rumah. Tapi jangan harap lolos dari introgasi mama. Hahaha," gelak Kasur.
Ih, itu dia yang dihindari Citra, introgasi mama. Makanya dia daritadi nggak beranjak, jalan ke sekolah belum punya muka, balik ke rumah belum siap alasan ke mama. Padahal tadi dia sudah menampilkan wajah paling nelangsa yang bisa Citra tampilkan, tapi mama nggak tergerak juga hatinya untuk mengijinkan Citra bolos. Mama tiri jangan-jangan si mama yang di dalam itu. Biasanya kan ibu dan anak itu punya ikatan bathin. Apa yang si anak rasakan, bisa dirasakan si ibu juga. Tapi kayaknya mama nggak punya ikatan bathin sama Citra, yang ada malah ikatan tali permusuhan
Entah kenapa Citra dan mama nggak bisa akur, adaaa aja yang diributin. Bagi Citra mama itu orang paling cerewet dan rese sejagat raya, nggak kayak papa yang baik hati dan sering ngasih tambahan uang jajan. Bagi mama Citra mungkin anak bungsu paling bandel dan senang melawan perintah mama, harap digarisbawahi hanya perintah mama, nggak kayak Surya yang nurut apa aja yang disuruh mama. Kecuali beli cabe atau bawang ke warung waktu kecil, karena Surya biasanya selalu terdistraksi oleh jajanan lain di warung tersebut, jadi deh pulangnya gak bawa pesanan mama malah bawa jajan untuk dirinya sendiri. Udahlah, itu masa lalu. Sekarang anak-anak itu sudah besar, tapi aksi membangkang Citra nggak berkurang sedikitpun, malah makin menjadi.
"Citra, kok kamu belum berangkat?" Sosok ibunda yang dibicarakan sedari tadi muncul juga di teras sembari membawa dompet dan menenteng payung kuning, pasti hendak belanja ke warung.
"Ini mau nebeng Kasur," sahut Citra cepat sembari merapat kepada kakaknya.
"Udah cepet sana berangkat, jangan berani-berani bolos kamu ya. Mama potong nanti uang skin care kamu," ancam mama sembari membuka payungnya kemudian berlalu meninggalkan kedua anaknya di teras rumah.
Dih, mama emang paling bisa ngancem Citra pake uang skin care. Citra mana bisa hidup tanpa skin care yang bikin kulitnya glowing, shimmering, splendid kayak sekarang ini.
"Heh, jadi bareng nggak?" Kasur mencolek pundak Citra.
"Iyaaa, jadi," ucap Citra putus asa.
Dear, God. I need Your miracle, Citra berdoa dalam hati selama perjalanan menuju sekolah. Tolong sekolah dibikin pindah aja sehari ini ke Zimbabwe atau keentah berantah, Ita belum kuat mental ya, Tuhan. Belum kuat hati ketemu Angga juga. Huaaa.
"Citra! Lo jangan peluk-peluk, geli gue!" seru Kasur ditengah deru kendaraan yang mereka naiki.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Be More Than Friend
Teen FictionCitra suka Angga. Iya, Angga teman sedari kecilnya yang galak itu, yang manis kalo ada maunya. Citra suka banget. Tapi Angga suka Citra juga nggak ya? Citra bingung, Angga terlalu abu-abu untuk bisa ditebak. Lagian mereka temenan udah lama, Citra ta...