o n e

33 3 0
                                    

"Cit!" Angga melotot ke arah Citra yang duduk di hadapannya sembari ngemut sendok. Terlihat menggemaskan seandainya cewek itu nggak mengotori seragam Angga dengan kuah mie ayamnya. "Besok-besok nggak usah makan mie ayam. Lo berantakan kalo makan yang ada kuahnya," titah cowok itu, galak.

"Ya, maaf," ucap Citra pelan. Lalu mengunyah mie yang sudah berada di dalam mulutnya lemah, wajah tertunduk, matanya menatap botol saus tomat sayu.

Angga berdecak pelan, kemudian mengambil tisu di atas meja, berusah membersihkan seragam putihnya dari kuah mie ayam dengan wajah cemberut berat. Citra memperhatikan cowok dengan rambut lurus menutupi kening itu dengan sebal, jemari kurusnya nampak memperagakan aksi hendak menjambak rambut Angga saat cowok itu tengah sibuk membersihkan seragamnya. Namun, sial Angga mendapati tingkahnya itu. Citra langsung menyembunyikan tangannya di bawah meja, gelagapan.

"Ngapain lo?" tanya Angga dengan kening berkerut.

"Nggak ngapain," sahut Citra cepat, sesekali melirik Angga takut. "Mana liat seragam lo. Mau gue cuciin?" tawar cewek berambut hitam sepunggung itu.

"Lagak lo pake mau nyuciin. Paling mbak di rumah lo suruh nyuci," tolak Angga, sarkas.

"Dih, ya udah kalo nggak mau, nggak usah pake ngatain," ucap Citra, nggak kalah ketus.

Angga nggak menyahut lagi, dia kembali sibuk dengan bakso uratnya. Citra sesekali melirik ke arah cowok itu, sembari menggulung-gulung mie ayam di mangkok dengan garpu. Padahal kalo Angga mau, Citra serius sama tawaran cuciin seragam tadi. Nggak pake mesin deh, Citra cuciin pake tangan sendiri. Citra bakal jemur itu seragam di teras kamar sambil diliatin sampe kering. Trus bakal disetrika serapi mungkin, rencananya mau disemprot pake body mist favorit Citra deh biar wanginya Citra banget gitu. Eh, tapi si galak satu itu langsung nolak, segala pake ngeledek kan Citra jadi keki.

Muka manyun cewek itu jadi pemandangan yang umum Angga dapati setiap Citra ia marahi. Cewek itu akan menghabiskan sisa waktunya dengan manyun-manyun nggak jelas, mencebik-cebikkan bibirnya atau malah diem dengan wajah cemberut sembari bertopang dagu. Angga sudah hapal dengan semua tingkah Citra tersebut. Ia kadang menyesal dengan segala reaksi yang refleks muncul setiap teman sejak oroknya itu bikin masalah. Citra suka seenaknya dan ceroboh, makanya Angga negurnya kadang kelewat kasar, kelewat mengejutkan, niatnya cuma mau Citra lebih hati-hati. Tapi apalah daya, Angga udah kepalang kesal dan Citra udah bad mood duluan. Jadilah mereka sering diem-dieman setelahnya.

"Makan mienya, bentar lagi bel," ucap Angga, acuh tak acuh.

"Udah nggak laper," sahut Citra jutek, pandangan matanya mengarah ke lapangan upacara.

Ya, kantin dan lapangan upacara tempatnya ada di belakang sekolah, jadi tiap habis upacara kantin langsung diserbu oleh para siswa yang udah haus akibat kelamaan dijemur. Siapa sih yang nge-design SMA Harapan ini? Para siswanya mau berterima kasih, pengertian banget sama kemauan siswa-siswinya.

"Ya udah habisin minumnya kalo gitu," ucap Angga sembari menunjuk teh botol di atas meja dengan dagu.

"Nggak haus."

"Ya udah buat gue..."

"Ih, dasar nggak peka!" Omongan Angga nggak berlanjut karena Citra keburut berseru sembari bangkit dari duduknya. "Abisin tuh teh botol!" serunya kemudian berlalu dari kantin diikuti tatapan Angga yang membulat, heran.

*

Citra melirik ke arah pintu kelas, Angga terlihat baru masuk bersamaan dengan beberapa teman sekelas mereka sembari mengobrol seru. Tatapan Citra masih nampak kesal dan ia ingin Angga tau kalo dirinya masih kesal, tapi sepertinya Angga nggak sadar, diliatin balik aja enggak. Bikin Citra makin kesal aja.

I Wanna Be More Than FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang