f i v e

24 3 0
                                    

"Citra, dipanggil ke ruangan Pak Danu!" seruan dari pintu kelas itu membuat beberapa murid yang ada di dalam kelas refleks menoleh ke arah Citra yang tengah berkutat dengan buku catatannya.

Mampus, rutuk gadis itu dalam hati. Dia udah ngira sih bakal langsung dipanggil ke ruang BK, tapi kok tetap deg-degan gini ya.

Citra membereskan alat tulisnya di atas meja, kemudian memeriksa atribut seragamnya terlebih dahulu, jangan sampai Pak Danu punya celah buat nambah hukumannya karena alasan lain. Saat dirasa penampilannya sudah ok, Citra beranjak dari duduknya. Di koridor menuju BK, gadis itu berpapasan dengan gerombolan Angga yang juga teman-teman sekelasnya.

"Mau kemana lo?" tanya Angga, setelah sebelumnya meminta yang lain balik ke kelas duluan. "Udah mau bel nih," tambahnya.

"Ke BK," sahut Citra, hendak melanjutkan langkah. Namun lengannya digamit cowok tinggi itu. "Apalagi sih?" Kening Citra berkerut sembari menatap Angga heran.

"Mau ditemenin nggak?" tawar cowok itu.

"Nggak usah, gue bisa sendiri," tolak Citra kemudian melengos meninggalkan Angga yang mengatainya.

"Makanya jangan sok-sokan bolos!"

Duh, gue males masuk kelas itu gara-gara siapa coba, ingin Citra membalas seruan Angga, tapi dia telan bulat-bulat. Enggan membuat keributan.

*

"Jadi alasan kamu bolos kemarin itu karena kamu telat bangun?" Pak Danu memastikan sekali lagi jawaban yang diberikan Citra.

Gadis 16 tahun yang duduk di hadapannya saat ini mengangguk dengan mata menatap lantai.

"Nggak bohong?" tanya Pak Danu.

"Ih, nggak kok, pak. Beneran saya kemarin telat bangun. Saya males dihukum, jadinya saya nggak sekolah," terang Citra.

"Trus kamu kemana?"

"Saya di mini market deket sekolah ini, pak. Kalo bapak nggak percaya, tanya aja yang jaga," ucap Citra, kali ini nggak bohong.

Pak Danu menghela napas sejenak, kemudian menuliskan sesuatu di buku yang terbuka di atas mejanya. Sejenak Citra memandang sekeliling ruangan Pak Danu, nggak terlalu banyak hiasan, cuma ada lukisan kuda seperti di rumah-rumah. Ada sofa juga di belakang kursi yang ia duduki. Di belakang Pak Danu nampak rak dengan buku-buku yang tertata rapi.

"Kamu tau kan, Citra apa fungsi saya di sekolah ini? Kalo kamu punya masalah dengan keluarga atau teman yang menghambat proses belajar kamu di sekolah, saya pasti akan dengar dan berusaha untuk carikan solusi untuk masalah kamu," ucap Pak Danu, pada akhirnya.

Citra hanya mengangguk menanggapi ucapan Pak Danu, masih dengan  kepala tertunduk dan jemari yang saling bertaut. Dia nggak tau mesti bilang apa, mau cerita ke Pak Danu kok ya kayaknya masalah dia tuh nggak penting-penting banget buat didengar, yang ada malah bikin malu diri sendiri, masa nggak sekolah gara-gara malu abis nangisin cowok di kelas.

"Ini pertama dan terakhir kalinya kamu bolos ya, Citra. Saya nggak panggil orang tua kamu karena kamu belum pernah ada masalah sebelumnya."

Citra sudah boleh bernapas lega kan sekarang mendengar ucapan Pak Danu tersebut?

"Tapi---"

Kalimat Pak Danu nggak berlanjut karena pintu diketuk dari luar. Pak Danu melirik arloji hitam yang melilit pergelangan tangan kanannya. Kemudian berdecak, seolah tau siapa yang mengganggu sesi konselingnya kali ini.

"Masuk!" seru Pak Danu, setelah itu pintu kayu tersebut didorong dari luar. Nampak sosok jangkung berseragam nggak sesuai aturan masuk ke dalam ruangan tersebut. "Kan saya minta kamu datang jam 11," ucap Pak Danu, terdengar menahan kesal.

I Wanna Be More Than FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang