Mark menatap sengit sang adik ipar. Entah kenapa, melihat wajah polos Yangyang membuatnya emosi. Padahal Yangyang hanya ingin pamit, angkat kaki dari kediaman Mark Lee.
Ya, sore ini si centric keluarga Lee resmi pindah.
Mommy menangis melepaskan si kesayangan. "Kita tidak bisa lebih sering bertemu, hiks.." kata Mommy Taeyong sembari mengusap air matanya -yang dicibir Mark terlalu mendrama katanya-
"Mom, kita hanya beda 3 blok saja" Yangyang berkata sambil tersenyum manis. Kun yang ada disebelahnya hanya bisa tersenyum juga. Sudah pernah ia katakan, jika senyum sang terkasih ini menular.
"Ya sudah cepat pergi sana!" usir Mark sewot. Memang Mark sepertinya selalu punya dendam kesumat dengan adik iparnya. Ya, bagaimana tidak ia kesal, Mommy Taeyong memberikan mobil untuk hadiah pernikahan adik iparnya yang laknat itu.
Sedangkan dia, sama sekali tidak.
Mark jadi menambah dendam.
"Kalau begitu, kami berdua pamit. Mommy seringlah berkunjung, Mark aku pamit, bilang pada Haechan ya adiknya pamit denganku." Ucap Kun kemudian sembari menggenggam tangan Yangyang. Memberi salam dan pergi menuju mobil.
Perlahan, roda mobil bergerak. Meninggalkan tempatnya yang sempat terhenti. Yangyang menatap jalanan sembari melamun. Pergi dari rumah kediaman Mark dan memulai hidup baru, di umur yang baru menginjak 20. Sebuah hal yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan.
Yangyang hanya pernah membayangkan bagaimana ia bisa mendapat kekasih pengertian. Sekarang ia bingung, pindah ketempat lain dan tinggal selamanya bersama seseorang yang masih cukup asing.
"Curut kenapa?" Kun bertanya sebab sedari tadi ia melihat sang terkasih melamun seperti memiliki banyak beban. Yangyang hanya menggeleng, tak ingin menceritakan sebuah pemikiran gelisah yang dapat membuat Kun tak dapat menyetir dengan benar.
"Cerita coba. Mungkin aku bisa membantu sedikit?"
Yangyang hanya menggeleng. Rasanya belum pantas saja menceritakan masalahnya pada suam- pada orang lain. Dia tidak ingin mengakui Kun sebagai suaminya dulu.
Padahal udah sah.
"Cerita aja. Kamu tau kan, pernikahan tak ada yang bisa berjalan lancar jika satu orang tak dapat jujur?" kata Kun yang hanya membuat Yangyang mengangguk. Sumpah ya, tambah bingung ia jadinya.
"Aku... hanya sedikit berpikir. Bagaimana nanti aku harus bersikap, apa saja yang harus dilakukan, apa aku juga harus membereskan rumah dan memasak? kakak taukan aku sibuk kuliah. Aku berpikir aku ini bukan pendamping yang baik." Jujurnya kemudian yang membuat Kun tersenyum lebar.
Hey hey, si curut ini sampai memikirkan hal yang mendetail?
"Begini, kamu itu gak perlu memikirkan bagaimana rumah dan makan. Kamu hanya perlu memikirkan bagaimana membuatku 'puas' di ranjang" ujar Kun sembari menggoda si curut hingga pipi putih itu memerah.
"YAK! KAKEK TUA MESUM!!"
"Aduh! aduh! ampun Yang, ampun!" Jadi jangan salahkan Yangyang, jika jemari-jemari mungil tangannya menarik helai rambut Kun dengan kuat.
_______☆★☆
Hampir saja Yangyang ternganga akan apa yang ia lihat. Rumah barunya itu bak istana. Ketika ia masuk, jejeran para pelayan yang dapat dihitung sekitar 10 orang itu membungkuk hormat. Seraya mengatakan 'selamat datang tuan dan nyonya besar'.
Yah, meski agaknya Yangyang sedikit kesal dengan panggilan nyonya.
Rumah besar bak manor itu memiliki desain eropa klasik yang mana memiliki banyak sekali pernak-pernik yang dapat dibilang mahal. Lantai satu saja berlantai marmer putih koleksi yang mahal. Membuat Yangyang terkagum, persis rumah impiannya.
"Ayo aku antar ke kamar. Curut istirahat disana aja." kata Kun mengajak Yangyang ke lantai dua.
Yangyang hanya mengangguk. Sepertinya hari ini ia banyak pikiran entah sebab apa. Karena kali ini ia kembali berpikir, dimana letak foto keluarga dari suaminya? Yangyang tau, ia memang tak memiliki kedua mertua.
Tapi kenapa ia tak dapat melihat wajah kedua orang tua dari suaminya?
Pikiran itu langsung menghilang. Ketika sesampainya dilantai dua, ia disajikan pemandangan yang sangat surgawi. Tv besar dengan ps 3 (sepertinya terlihat baru) dengan console game yang menggoda. Jangan lupakan, jejeran komik series mulai dari one piece, naruto dan beberapa komik lainnya terjejer rapi di rak.
Dan semuanya tampak baru. Persis yang selama ini Yangyang inginkan.
Kun tau, si manisnya ini terkagum. Ia suka, usahanya tak sia-sia. Mengumpulkan segala sesuatu yang terkait dengan kekasihnya.
"Yangyang suka tempatnya? aku baru buat ini sehari sebelum kita nikah. Jadi maaf agak berantakan. Ini ruang khusus bermain milikmu" akunya membuat Yangyang hanya mengangguk saja kemudian tersenyum lebar.
Pengertian sekali suaminya ini. Baiklah, kali ini Yangyang akui Kun itu suaminya.
"Makasih kak!" ungkapnya senang.
Bagi Kun itu sangat imut. Duh, jadi pengen nerkam :")
Kun memeluk si mungil dalam dekapannya. Menyalurkan rasa sayangnya pada sang pendamping hidupnya. Kadar kebucinan dirinya jadi naik 90 persen.
"Aku cuma mau buat kamu nyaman dan betah. Setelah ini, kamu mau minta apa aja, jangan malu untuk bilang ya!" ujarnya.
"Apa aja?" tanya Yangyang
"Hm! apa aja! mobil, pakaian, aksesoris, rumah bahkan pesawat atau roketpun akan aku penuhi. Kecuali cerai!" Dan Yangyang kembali tersenyum lebar.
"Bahkan iphone model terbaru?"
"Ayo kita beli sekarang!"
Nah nah, orang-orang berlabel missquen seperti kita can't relate!
Hikd, aing nulis apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Manten || Kunyang ✅✅
Fanfiction(Another story from 'Nikah Muda') Mark bersorak bahagia, menyatakan kemerdekaannya atas kepergian Yangyang dari rumahnya sebab, "Akhirnya Yangyang nikahhh!!!" Dan Yangyang pingsan mengetahui kebenaran jika ia sudah disunting seseorang hampir sempurn...