Lalu selanjutnya?

13.7K 2.3K 654
                                    

Sudah tengah malam. 2 jam setelah selesainya segala acara yang digelar di pesta pernikahan seorang Qian Kun dan Lee Yangyang, anak sambung - si bungsu dari keluarga Lee.

Kapal pesiar sudah berlabuh, para tamu sudah dapat pulang atau beristirahat dulu di hotel yang sudah di booking jauh-jauh hari. Yah beginilah, pesta dari seorang pengusaha yang kaya dan sukses.

Kedua pengantin baru bahkan sudah masuk dalam kamar. Jangan harapkan adanya adegan panas dengan rating 21++ yang akan terjadi. Tidak, itu tidak akan ada untuk saat ini.

Iya, untuk saat ini.

Yang ada hanya si bungsu, tengah duduk dipinggiran ranjang yang dihiasi taburan kelopak bunga mawar -ide dari papa Taeil- menunggu giliran untuk menggunakan kamar mandi. Sembari berpikir, selanjutnya ia harus apa. Yangyang bingung sebab ia sama sekali tidak dapat berpikir, mengapa harus menikah secepat ini, dengan orang yang baru saja tiga hari ia kenal.

Wangi harum menguar, Kun sudah selesai dari acara dikamar mandinya. Bahkan sudah berganti kostum dengan piyama, kemudian duduk di sebelah sang terkasih yang nampak bingung.

"Yangyang kenapa?" tanyanya lembut membuat Yangyang menoleh sejenak. Tertegun dan berkata dalam hati, KENAPA IA TAK BISA SE-MANLY KAK KUN?!

- dan memuji kegantengan sang suami.

"Kak, boleh aku bertanya?" takut-takut ia bertanya. Sang suami hanya mengangguk saja. Kenapa ia tak boleh bertanya?

"Kapan kita cerai?"

Langsung saja, Kun terkejut bukan main. Belum 24 jam mereka menikah, sudah bertanya tentang cerai?! alur cerita macam apa ini?!

"Memangnya aku bakalan cerain kamu apa?" kata Kun dengan nada sedikit tinggi. Kelihatannya ia kesal tapi tidak, ia tidak ingin memarahi kekasihnya yang manis ini. Bahkan sampai membuatnya menangis, sama sekali tidak.

"Y-ya habisnya. Aku kan gak kenal kakak tapi kita tiba-tiba nikah!"

Yangyang mengerucutkan bibirnya. Kebiasaan ketika kesal. Dia turun dari ranjang dan berdiri tepat di depan kak Kun. "Aku kan takut kakak cuma main-main!!" katanya setelah itu dan hanya membuat Kun tertawa.

Tak tau saja, Kun sudah berjuang cukup lama.

Sebuah ide jahil mampir dikepalanya, Kun menarik tubuh langsing itu untuk dipeluk. Sudah halal ini. Iseng, ia menempelkan kepalanya di perut Yangyang dan mengusaknya. Seperti kucing minta dimanja. "Kapan perut ini buncit dan berisi bayi?" ucapnya membuat rona merah menjalar di kedua pipi Yangyang.

Sebuah pukulan sayang diterima Kun di pundaknya berkali-kali. Bar-bar sekali memang istrinya.

"Kenapa?!" Kun mendongak dan melayangkan protes. Iyasih awalnya hanya ingin iseng, tapi bisa sajakan apa yang ia mau terkabul.

"Aku laki-laki bodoh!"

"Ya kan bisa kita coba! Apa mau dicoba sekarang?"

- dan Kun harus merelakan telinganya memerah akibat ditarik sang kesayangan.


_____★☆★

Pagi baru, hari baru dan Kun sudah seperti orang yang habis kewarasannnya hanya karena melihat si kesayangannya tidur di sebelahnya. Ingat, mereka kan udah nikah :,)

Wajah manis, imut dan bayiable itu sayang sekali untuk dilewatkan. Sayang sekali untuk tidak diabaikan menjadi sebuah kenangan. Jika saja si kecil tidak membuka matanya, habis ia di unyel-unyel sama suami sendiri.

Tingkat kegemasan Kun terhadap Yangyang itu mengerikan. Bahkan sangking gemasnya, pipi Yangyang hampir digigit.

"Pagi~" sapa manis keluar dari mulutnya. Sembari meletakkan ponsel yang sedari ia gunakan untuk mengambil setiap detail wajah kesayangannya yang sedang tidur.

Wajah Yangyang berubah menjadi bingung.

"Kenapa aku disini?" tanyanya bingung. Sembari bangun dari tidurnya. Duduk diatas ranjang berhadapan dengan Kun yang hanya mengedikkan bahu.

Sebab setahu Yangyang, ia kabur dari kamar tadi malam.

"Semalam curut kan bilang mau ngomong sebentar sama Haechan, tapi Mark bilang curut langsung ketiduran. Jadi Mark menyeretmu kemari"

Mendengar nama Mark, langsung membuat Yangyang kesal bukan main. Memang kurang ajar kakaknya yang bernama Mark Lee itu. Kata 'menyeret' itu diartikan secara harfiah. Tak sadar, si bungsu sudah mengerucutkan bibirnya sebal.

Itu uwu sekali, sumpah.

"Akan kupukul dia!" amuknya dengan imut. Turun dari ranjang, Yangyang tak tau dari mana ada sendal yang membuatnya tak sengaja terpeleset. Hingga bokongnya mencium lantai.

Kun yang sedari tadi melihat, tak mengerti ingin memberi reaksi apa. Ia ingin tertawa namun kasihan melihat Yangyang terjatuh.

"Yangyang gak apa?" hanya bertanya, tak niat membantu.

telat kau bang :,,)

"Hiks... HUWAAAA PANTAT YANGYANG SAKIT!!"



Kun harus sarapan sendirian. Catat, sendirian. Sebab sendalnya yang diletakkan salah tempat, Yangyang merajuk. Tak ingin keluar kamar dan menolak seluruh ajakannya. Parahnya ia harus bisa tahan digoda kakak ipar. Iya, Kun kan menikahi adik dari Haechan.

Haechan menjadi kakak ipar yang kurang ajar saat ini. Parahnya, saat ini mereka satu meja.

"Jadi, berapa ronde satu malam ini? sampai adikku tak bisa turun dari tempat tidur? hmm.." tanya Haechan sambil menaik-turunkan alisnya. Menggoda si adik ipar yang 3 tahun lebih tua darinya.

Beda dengan Haechan, Mark hanya bisa menghela nafas lalu berkata protes. 'Jangan buat hamil dulu', katanya, Mark tak ingin ada dua macan yang mengandung bersamaan. Hancur dunia gonjang-ganjing nantinya.

Kun hanya bisa elus dada. Bobrok sekali memang keluarga mereka.

"Oh iya, aku lupa kasih kado tadi malam. Jadi ini ya pasangan pengantin baru" Haechan menyodorkan bungkusan dalam kotak sedang berbalut kertas kado warna maroon. Diterima Kun dengan was-was. Kan sudah tau bagaimana Haechan, tidak ada benarnya.

Kun membuka kado dengan hati-hati. Sepasang sepatu bayi berwarna pink dengan pita yang sangat imut.

"Ini..."

"Sebuah doa. Agar Haneul punya sepupu perempuan. Bagi keluarga kami, ini mujarab" jelas Mark kemudian membuat Kun mengangguk.

Doa yang baik, semoga saja ya. Ampuh untuk mereka berdua.



Tau kok, pasti krenyes :")

Mendadak Manten || Kunyang ✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang