Dengan lesu, Yangyang memasuki rumahnya yang langsung di sambut Kun dengan penuh senyuman. Namun tak ia perdulikan dan terus berjalan menuju sofa ruang tamu. Setelahnya merebahkan diri tanpa sempat membuka sepatu maupun kostum maid yang ia pakai.
Lelah ia, menjadi pelayan kembali di festival musim panas.
Kun menghampirinya, seraya berjongkok untuk melihat keadaan Yangyang. Merasa kasihan melihat kesayangannya yang nampak begitu lelah. Ia elus pelan surai madu milik kesayangannya.
"Lelah ya?" tanya Kun yang langsung Yangyang angguki. Tak lagi ia bisa menjawab.
"Sudah makan malam?" tanya Kun lagi. Kembali Yangyang angguki, namun kini sambil menangis. Membuat Kun panik.
"Kenapa? curut kenapa?"
"Hiks... ga-gak tau hiks... mau nangis" katanya tentu saja membuat Kun makin panik dan bingung. Memang, belakangan ini -kira kira hampir seminggu- Yangyang mendadak sensitif akan hal apa saja. Mau itu yang serius ataupun sepele. Mau tak mau, buat Kun juga ikut uring-uringan.
"Ya udah, curut istirahat saja ya. Jangan nangis lagi oke?" ujar Kun yang lagi-lagi hanya dapat anggukan.
Dibelai lagi surai sewarna madu milik kesayangannya ini. Kun yakin Yangyang benar-benar lelah hingga tak sempat melepas sepatu dan melepaskan pakaian maid wanita yang ia pakai. Anak itu tertidur setelah Kun nyanyikan lagu pengantar tidur.
Kun masih sama, masih di posisi jongkok di hadapan Yangyang. Ia genggam tangan mungil milik istrinya. Jari manis tangan istrinya masih melingkar cincin platina pemberiannya ketika keduanya menikah.
Cincin yang tak pernah lepas di situasi apapun.
Kun berdiri setelah yakin Yangyang sudah nyenyak. Dengan perlahan, ia melepaskan sepatu dari kaki kesayangannya kemudian menggendong Yangyang ala pengantin. Membawa kekasihnya ke kamar tidur dan meletakkannya perlahan di atas kasur.
Kemudian merapikan selimut agar Yangyang tidak kedinginan. Sungguh, para pembaca ingin sekali calon suaminya seperti Kun ini.
Sebuah kecupan sebelum tidur Kun bubuhkan di kening kesayangannya. Agar mimpi indah dirinya.
"Selamat malam, sayang..."
■□■
Kun di kejutkan suara gedebak-gedebuk tak jelas dari kamarnya. Membuatnya buru-buru memasuki kamar untuk melihat apa yang terjadi. Ia baru saja dari dapur membuat sarapan dan ingin membangunkan Yangyang.
Namun Kun malah menemukan Yangyang jatuh terduduk di dekat kloset kamar mandi yang ada di dalam kamar mereka dengan keadaan yang lemah. Membuatnya langsung khawatir.
"Curut kenapa?! sakit? apa yang sakit?" tanya Kun khawatir sembari membantu Yangyang untuk duduk. Wajahnya Yangyang pucat membuat Kun makin khawatir.
"Perutnya gak enak, mau muntah" jelasnya.
"Kita ke rumah sakit ya?" tawar Kun sembari menggendong istrinya kembali ke tempat tidur.
Yangyang menggeleng dan kembali menangis. Entah kenapa, Yangyang rasa ada yang salah pada dirinya. Tapi apa itu pun Yangyang tidak tau.
"Curut di sini aja ya, kakak ambilin sarapan sama baju ganti oke? lepas makan nanti kakak panggilkan kak Yuta"
______☆★☆
"Kata bapak tadi Yangyang sakit. Kok masih sempat datang rapat?" Winwin bertanya sebab heran. Soalnya tadi pagi si bos mengiriminya pesan tak dapat masuk akibat kesayangannya sakit.
"Katanya udah agak mendingan tadi. Tadi aku sudah tak mau berangkat, cuma curut yang nyuruh aku kerja. Dia gak apa ditinggal sama kakak Haechannya" jelas Kun yang dapat o panjang dari Winwin. Sembari mengejek bosnya dalam hati, bucin sekali ternyata.
Winwin langsung tak ambil pusing setelahnya. Kini ia sibuk membuka seluruh folder yang berisi kesepakatan kerja sama anatara perusahaan bosnya dan rekan sejawat.
Tak memperdulikan bosnya yang sedang mengunyah potongan-potongan nanas muda.
Tunggu dulu
Otak Winwin sedang loading.
"Wahahaha, pak presdir. Ngidam nih ceritanya?" nah, Winwin sudah konek.
Kun hanya memandang Winwin aneh. Kenapa? apa salah ia mau buah nanas muda?
"Maksudnya?"
"Siapa nih yang bunting? Yangyang ya? atau jangan-jangan pak presdir?" sebuah jitakan sayang melayang di dahi lebar Winwin.
"Heh! ngadi-ngadi ente. Gak mungkinlah aku yang ngisi, tapi kalo Yangyang..."
Kun diam sejenak. Apa jangan-jangan...
"Win, kamu yang tanggung jawab sama kantor satu harian ini. Aku mau pulang!" Dengan seenak jidat, Kun pamit dan melipir pergi setelah meninggalkan Winwin dengan puluhan tumpukan folder.
Membuat Winwin hanya mampu menahan emosinya.
"Sabar-sabar. Orang sabar jodohnya kak Yuta"
□■□
"Aku pulang!" Ucap Kun setelah menutup pintu yang langsung disambut senyum Yangyang.
"Oh kakak sudah pulang? tumben cepat"
Kata Yangyang menghampiri suaminya. Sudah lumayan sehat dia, sudah bisa turun dari ranjang."Haechan mana?"
"Di kamar tamu. Tidur bareng Haneul. Oh ya kak, ada yang mau aku tunjukin ke Kakak" ujar Yangyang membuat Kun mengernyitkan dahinya. "Tapi sebelum itu, aku minta peluk" lanjutnya.
Kun merentangkan tangannya dan Yangyang masuk dalam dekapannya. Sesekali, Kun mengecupi pucuk kepala kesayangannya itu.
Kemudian pelukan itu terlepas ketika Yangyang merogoh kantong belakang celananya. Mengeluarkan sesuatu benda.
Testpack.
Dua garis tercetak disana.
Sebutir air luruh dari mata Kun. Positif. POSTIF WOY INI! Jagoan kecil akan segera tumbuh di perut Yangyang. Serasa malaikat bernyanyi untuk keduanya merayakan kebahagiaan. Doanya, di malam pertama kali mereka menikah.
"Kata kak Yuta masih kecil soalnya baru 6 minggu." Jelas Yangyang.
Kun kembali memeluk kesayangannya itu erat sembari mengecupi seluruh wajah kesayangannya. Lalu mencium bibir itu lama.
"Aku mencintaimu"
"Aku juga kak"
Semesta, keduanya sedang berbahagia.
GUYS!!! AKU JADI NENEK!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Manten || Kunyang ✅✅
Fanfiction(Another story from 'Nikah Muda') Mark bersorak bahagia, menyatakan kemerdekaannya atas kepergian Yangyang dari rumahnya sebab, "Akhirnya Yangyang nikahhh!!!" Dan Yangyang pingsan mengetahui kebenaran jika ia sudah disunting seseorang hampir sempurn...