7month

10.6K 1.4K 524
                                    

Reccomended song : Jukjae - lets go see the star

Hamparan luas langit malam berhias bintang terang menemani Kun. Duduk sendiri di beranda dengan Jurnal milik Mama Doyoung tentang Yangyang. Sembari ia juga memikirkan, tentang banyak hal yang terjadi dalam kehidupannya.

Pertama, mengenai kehidupan pernikahannya.

Istri yang ia inginkan sudah ia dapat. Anak yang ia idamkan sudah hampir lahir 2 bulan lagi. Tapi ada yang sedikit mengganggu pikirannya belakangan. Bukan masalah tentang biaya kedepannya namun lebih bagaimana caranya ia dan Yangyang dapat mengurus anak dengan baik.

Mengingat, Kun berasal dari panti, ia sama sekali tak tau bagaimana seorang ayah menyayangi anaknya. Bagaimana ia akan bersikap nantinya.

Kedua, tentang masa depan Yangyang dan dirinya.

Untuk masalah finansial, Kun dapat menjaminnya. Bahkan hingga tujuh turunan. Tapi masalah hati? Kun merasa insecure. Pikiran jahatnya mengambil alih, memikirkan jika Yangyang tiba-tiba berubah mengingat anak itu masih sangat muda saat memutuskan menikah.

Dan yang ketiga, tentang persalinan Yangyang.

Dia tidak ingin memikirkan yang buruk-buruk itu terjadi.

Ia ingin bahagia, dengan Yangyang, dan Louie -sang baby.

"Kak, kok belum tidur?"

Pikiran yang membuatnya melamun langsung buyar saat Yangyang memasuki beranda dan ikut duduk di sebelahnya. Agak kesusahan mengingat perutnya semakin buncit dari hari kehari.

Kun tersenyum, "Belum ngantuk. Curut? kok belum tidur juga?"

Yangyang menggeleng kemudian menjatuhkan kepalanya ke pundak Kun. Lalu mendusel nyaman di leher tersayangnya. "Pengennya tidur di peluk Baba Louie" ujarnya dengan nada gemas  sembari membawa nama panggilan bayi di perutnya.

Kun terkekeh, kemudian mendekap istrinya tercinta. Membawanya ke dekapan hangat milik seorang Kun. Tangannya satu lagi ia bawa untuk mengelus perut buncit berisi bayi miliknya dan Yangyang.

"Si kecil Louie kangen baba? oh... dia menendang!" pekik Kun kemudian saat merasa jika Louie merespon perkataannya. Membuat senyum tak pernah luntur dari keduanya.

Malam yang dingin, mereka lalui berdua dengan dekapan yang hangat.

"Kak, aku mau kasih Louie nama boleh?" pertanyaan random, membuat Kun hanya mengangguk.

"Tentu. Mau memberinya nama apa?"

"Bintang?" tanya Yangyang meminta pendapat.

"Louie si bintang? bagus juga" ujar Kun yang kemudian mengecupi gemas pucuk kepala Yangyang.

Bahagia itu membuncah malam ini. Tumpah dan meluber kemana-mana. Namun tetap saja, ada rasa khawatir dengan hari esok. Mengingat segala sesuatu yang telah di lewati selama tujuh bulan.

Seperti memulangkan sepatu perempuan yang dihadiahkan oleh Mark untuk keduanya sebab Kun yakin jika anaknya lelaki berakhir dengan ia di lempar sendal oleh Mark. Bukan masalah ia mengembalikan sepatu itu, namun sebab Kun melanggar janji agar tidak membuat Yangyang hamil bersamaan dengan Haechan. Iya, Haechan bunting lagi.

Mendadak Manten || Kunyang ✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang