7. "Yang ditulis tentang ibu gue, bagaimana jika itu benar?"

2.3K 107 1
                                    


Sisa hari itu berjalan membosankan untuk Jindra. Sebagai siswa Year 12 yang tahun ini akan menghadapi ujian IB membuat tahun terakhirnya berlangsung ketat dan penuh ocehan guru di tiap jam pelajaran. Jindra bukan anak yang cerdas secara akademis—di sekolah negeri Kapuk saja dia bukan yang paling cemerlang, apalagi di sekolah dengan kurikulum internasional—dan dia rasa satu-satunya alasan dia bisa naik kelas terlepas nilai-nilainya yang memprihatinkan di rapor adalah karena suntikan dana dari ibunya.

Orang-orang akan bilang sekolah sekelas Rajendra tidak menerima suap, tapi, ayolah, siapa yang tidak suka uang?

Bel pergantian pelajaran sudah berbunyi dari tadi, Jindra keluar dari kelas sambil memijat-mijat kening. Guru pelajaran Economics sekaligus advisor-nya dalam pengerjaan Extended Essay yang menjadi syarat kelulusan sempat berteriak padanya sebelum dia benar-benar keluar, "Don't forget to send your first draft to my E-mail tonight!" Dan hanya laki-laki ini tanggapi dengan lambaian tangan bahkan tanpa repot-repot membalikkan badan.

Terserahlah, kepalanya bisa sungguhan berasap jika sekali lagi mendengar ocehan mengenai esai yang bab pertamanya bahkan masih belum dia garap.

Ini jam pelajaran terakhir sebelum kegiatan ekskul dimulai, jadwalnya sehabis ini hanya English di ruang 104, dan dia terpikir untuk membolos saja.

"Tuh cewek beneran bolos dari pagi?"

"Iya, seharian nggak masuk kelas. Udah nggak punya muka kali setelah semua busuk keluarganya kebongkar."

Dua suara nyaring yang sedang bergosip tertangkap di telinga Jindra yang sedang menuruni tangga ke lantai satu, dia yang awalnya sedang memikirkan ingin bolos ke mana secara otomatis menoleh ke arah dua siswi yang berjalan di depannya. Sepertinya anak angkatan bawah, Year 11?

Berarti teman seangkatannya si anak baru itu.

"Malu banget pastinya. Kalau gue jadi dia gue mending minta ortu gue pindah sekolah jauh-jauh dari sini, deh."

"Ortunya kan yang satu mau masuk penjara sementara yang satunya lagi sibuk sama istri muda, nggak ada waktu kali buat ngurusin dia."

Mereka kemudian terkikik geli seakan masalah keluarga seseorang adalah sebuah lelucon. Di Rajendra, mungkin iya.

"Tapi gayanya songong banget, bahkan berani ngelawan Nadya. Padahal Nadya udah negor dia baik-baik."

"HP-nya Stella juga katanya dibanting. Jiwa-jiwa kriminalnya nurun dari ibunya kali, ya."

Jindra memutar mata, merasa otaknya ikutan jongkok hanya dengan mendengar dua gadis itu bergosip. Sudah jelas yang mereka bicarakan adalah Rosalyn yang menjadi topik hangat karena masuk Rsociety pagi ini—tsk, mungkin lebih tepatnya satu sekolahan membicarakan si anak baru itu seakan dia mangsa empuk untuk dicabik-cabik. Jindra tidak tertarik dengan semua itu, apalagi mendengar lebih banyak ocehan tidak mutu dua gadis di depannya, maka dia berjalan mendahului mereka dengan langkah cepat untuk menuruni tangga.

Baru saja keluar dari gedung, ada notifikasi masuk di ponselnya.

falcon jadi backup gue malam ini

Tsk, harus banget di malam yang sama dengan deadline Extended Essay dari advisor-nya?

hurricane ada pr

falcon haha

falcon jam 8, kumpul di moose, jangan telat

Jika membicarakan Kapuk dan geng yang dia ikuti, tidak ada penolakan jika mereka sudah memanggil.

Ibunya mungkin sudah menariknya keluar dari Kapuk dengan memberikan apartemen mewah di Kemang dan menyekolahkannya di sekolah mahal, tapi bagaimana caranya menarik keluar Kapuk dari dalam dirinya? Kawanan itu sudah menjadi bagian dari darahnya, ikatan yang lebih dalam dari keluarga.

I Slept With My StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang