32. "Sayang sekali lo kakak tiri gue."

2K 119 43
                                    


Bolos sudah menjadi makanan sehari-hari Jindra Suryo sejak pertama kali berseragam Rajendra. Alasannya macam-macam, mulai dari sedang malas, kelasnya bikin kepala mau meledak, sampai tangannya lagi gatal ingin menggebuk orang di jalanan. Tidak sulit baginya cabut dari area sekolah ketika satpam yang menjaga gerbang depan pun selalu keder di hadapannya dan berujung membiarkan motornya lewat begitu saja.

Bel masuk sudah berbunyi dari tadi, kebanyakan murid sudah masuk ke kelas masing-masing untuk kegiatan Homeroom yang dibina wali kelas sebelum memulai jam pelajaran. Halaman sekolah sepi senyap ketika Jindra hendak menuju pelataran parkir yang ada di belakang, hanya ada tukang sapu yang sibuk membersihkan daun-daun kering yang berserakan di dekat pohon ek yang tinggi menjulang di samping gedung utama.

Langkah kakinya baru berhenti ketika menemukan satu-satunya sosok murid Rajendra yang juga berada di pelataran parkir. Rosalyn menoleh ke arahnya ketika menyadari kemunculan Jindra, dan sulit menerka apa ekspresi gadis itu terlihat lega atau justru muak saat beradu pandang dengannya.

"Lo nggak masuk kelas?" Jindra menjadi yang pertama membuka obrolan.

"Lo juga nggak masuk kelas."

"Ya emang gue mau bolos." Balasnya asal sambil melewati Rosalyn untuk mencapai motornya yang terparkir di bagian pojok.

Ada jeda cukup panjang setelah itu. Jindra merasa dari balik punggungnya Rosalyn seperti ingin mengatakan sesuatu. Maka akhirnya lelaki jangkung dengan tinggi mencapai seratus delapan puluh tujuh itu menoleh ke belakang setelah menyalakan mesin motornya.

"Mau ikut?"

Setelah segala kekacauan di pesta ulang tahun si Biduan kemarin, notice board sekolah yang dipenuhi dengan gosip-gosip murahan menyangkut mereka berdua, juga relasi mereka sebagai sepasang saudara tiri yang membuat seluruh situasi ini membingungkan; Jindra sebenarnya tidak terlalu berharap Rosalyn akan mengiyakan tawarannya barusan.

Yang mengejutkan, Rosalyn langsung berjalan menghampirinya tanpa banyak bicara dengan tangan terulur, minta helm cadangan.

"Lo udah lihat notice board?" tanya Jindra sambil menyerahkan helm cadangan yang akhir-akhir ini sudah seperti berganti status menjadi helmnya Rosalyn karena hanya gadis itu yang mengenakannya.

Menyangkut notice board, bukan hanya namanya yang diseret-seret ke kolom gosip murahan itu, gadis pindahan dari New York ini pun ikut dijatuhkan bersamanya.

Rosalyn membuang muka, ekspresinya masam. "Gue nggak mau ngomongin itu."

Oke, jika yang Rosalyn inginkan adalah keheningan tanpa ada yang bicara, Jindra adalah partner terbaik untuk itu. Dia hanya mengangguk sambil memberi gestur pada adik tirinya untuk naik.

Ketika Rosalyn kemudian memeluk pinggangnya erat di atas motor, Jindra merasa lupa untuk sesaat caranya bernapas. Tapi dia tidak akan pernah lupa gadis di jok belakangnya adalah putri dari suami baru ibunya.

*

Perjalanan di motor berlangsung sunyi. Rosalyn bungkam sepanjang jalan tanpa bertanya-tanya ke mana tujuan mereka, Jindra sendiri yang dari sananya memang bukan tipikal banyak omong pun sama diamnya. Honda CBR hitamnya membelah kemacetan Jakarta di pagi hari, membawa mereka berdua memasuki kawasan pinggiran ibu kota yang lebih lengang.

Rosalyn memandang sekeliling dengan bingung ketika akhirnya turun dari atas motor yang terparkir di depan sebuah gedung tua terbengkalai yang dikelilingi pepohonan liar di kanan-kiri sepanjang beberapa meter.

"Lo bawa gue buat bolos ke lokasi syuting film horor?"

Jindra mendenguskan tawa geli, tapi tidak menjawab sama sekali dan malah ngeloyor duluan memasuki gedung delapan tingkat yang catnya sudah kusam dan kelihatan tidak terawat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Slept With My StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang