26. "Gue penasaran apa lo pengen nemenin gue ke pesta ultahnya Nadya."

1.7K 71 24
                                    


Rosalyn mengernyit. "Lo seriusan mau makan itu?"

"Apa yang salah dari ini?"

"Maksud lo selain hampir semuanya?" Gadis itu meletakkan nampannya di atas meja dan duduk di sebelah Dhana. Dengan garpunya, Rosalyn menuding segala yang ada di nampannya. "Hari ini kita punya ayam madu dan potato wedges," lalu ia menyentuhkan garpunya dengan rasa sayang—lebih sayang daripada yang sesungguhnya bisa seseorang tunjukkan pada gumpalan dessert, tapi, hush, Rosalyn mendadak sedang kangen dengan makanan ini. Dulu ia punya bakery langganan di New York dengan kouign-amann terbaik sekota, "dan juga ini," dan, ya, ia ambil dua buah kouign-amann sekaligus di nampannya. Gadis itu lantas menudingkan garpunya pada nampan Dhana dengan menuduh, "dan lo pilih makan itu?"

Dhana terkekeh di atas porsi saladnya yang berlapis dressing minimal sekali dan kelihatan seperti menghabiskan setengah porsi selada di kafetaria. Ada roti tawar dengan jumlah selai kacang tak manusiawi pula di nampan yang sama, yang entah bagaimana harus dikomentari Rosalyn saking mencengangkannya. Orang seperti Dhana ternyata juga punya kelemahan. "Gue nggak tahu lo bisa jadi sangat diskriminatif sama makanan."

"Oh, sangat bisa."

"Gue pengen hidup lama dan sehat, jadi gue berusaha untuk makan sehat sesering mungkin."

"Lo kedengaran kayak lagi ngiklanin katering diet." Ia menyobek pastry itu dengan garpu dan menyuapnya; menatap Dhana dengan alis terangkat. "Are you? Lagi ngendorse suatu tempat makan, ya?"

"Nggak, lah. Suudzon nih." Dhana nyengir, menyuap saladnya. "Bagus kan makan sehat."

"Ya, tapi kalau jadi keseharian tuh..." Pastry itu tidak seenak bayangannya, tapi masih bolehlah. "Orang-orang yang gue tahu makan kayak gitu cuma Mama kalau habis balik kontrol dari dokter, atau orang-orang tua."

"Lo lebih suka gue makan kayak lo?"

"Tepatnya gimana makan kayak gue?"

"Ambil itu semua," Dhana mengedikkan dagunya pada nampan Rosalyn, "tapi nggak pasti habiskan semuanya? Cuma mau ambil yang enak aja, jadi kalau ada yang nggak sesuai dikit aja pasti lo buang?"

"Kuliah soal limbahnya nanti dulu." Rosalyn mengulum garpunya. "Dan, nggak, gue nggak bilang gue lebih suka lo makan kayak apa pun. Maksudnya, lo juga bisa makan segala yang di pinggir jalan, dan gue masih tetap akan komentar."

"Kenapa?"

"Just because?"

Cowok itu tersenyum memandangnya; menampakkan sepasang lesung pipi. "Kirain karena takut gue sakit kalau kebanyakan jajan di luar."

Rosalyn tertawa. "Yah, itu juga. Karena kalau lo sakit gue tanya homework ke siapa?"

Dhana masih tersenyum, meski sorot matanya berubah. "Jadi gue cuma alarm personal lo, nih?"

"It's a great feat, being an alarm, you keep people like me from falling."

"Gue tersanjung, kalau begitu." Pemuda itu mengalihkan wajahnya. Ujung telinganya memerah, Rosalyn memperhatikan itu. "Lo free nggak Sabtu ini?"

Ia mengangguk. "Kenapa?"

"Gue tahu ini mungkin bukan saat yang paling tepat, atau bahkan acara yang tepat, tapi..." Dhana mendadak merasa saladnya seperti sangat kurang air saat itu—yang sebenarnya logis-logis saja karena dia tidak ambil banyak dressing, tapi pemuda itu juga tahu benar kenapa rasanya demikian. Toh dia tetap bicara seakan tidak ada yang mengusiknya, biarpun sedari tadi perutnya kegelian dan pemuda itu harap dia bisa tukar kupingnya dengan kuping orang lain yang lebih tidak sensitif sebab, haa, dia bahkan tidak perlu bercermin untuk tahu bahwa telinganya sedang memerah, dan semakin memerah, saat mengatakan ini. "Gue penasaran apa lo pengen nemenin gue ke pesta ultahnya Nadya."

Rosalyn mendengus. "Lo benar berpikir bahwa itu bukan acara yang tepat. Gue kan nggak diundang, Dhana." Ia dengar dari kemarin-kemarin karena anak cewek di sekolah ini kelihatannya akan kolaps kalau tidak membicarakan Nadya sehari saja—membuat Rosalyn berkali-kali teringat akan Aria, dan ia berusaha keras untuk memikirkan hal lain sebab itu mengesalkannya dan membuatnya ingin menjambak kuciran Nadya lagi—tapi Rosalyn juga sadar bahwa ia tidak dapat undangan. Yang mana sangat, sangat oke buatnya.

"Tapi bisa bawa plus one."

"Dan lo mau ajak gue?"

"Yup."

"Harusnya lo ajak cewek lain aja, mereka akan senang." Ia lebih ingin ke salon atau jalan-jalan daripada membuang umur ke pesta Nadya.

"Nggak ada cewek lain yang pengen gue ajak."

"Careful, you are breaking too many hearts with that." Dhana itu semacam kesayangan satu Rajendra—murid, guru, staf. Rosalyn bahkan tidak bisa lama jutek padanya. Gadis itu menyuap potongan terakhir pastrynya dan menyadari sesuatu. Ia mendengar pesta ulang tahun Nadya dari kemarin, tapi belum benar-benar memikirkannya sampai sekarang; setelah plus one dikatakan oleh Dhana. Saat ini yang ada di kepalanya adalah sosok lain yang baru saja sempat hilang ditelan bumi untuk kembali dengan perban dan plester dan memanggilnya Dik seakan itu tidak akan mempengaruhi Rosalyn. Ia berdeham. "Semua orang diundang nggak sih, ke pesta itu?"

"Err... kayaknya nggak sih."

"Hmm." Tipikal Nadya. Namun Rosalyn juga akan melakukan hal yang sama; tidak ingin ada nyamuk atau keberadaan tak diharapkan datang pada pesta yang ia buat. Bahwa Nadya dan dirinya tidak berada di sisi yang sama serta sebaiknya memang tidak saling mengundang satu sama lain ke acara masing-masing adalah fakta, ia tidak merasa terkejut dengan itu. Tetapi membayangkannya dengan lebih detail sekarang membuatnya menilai ulang hal-hal. Dia bisa datang ke pesta itu sebagai plus one-nya Dhana untuk mencari distraksi. Dia juga bisa datang ke pesta itu untuk menilai dan melihat dan merasakan hal-hal... terutama jika Jindra juga datang.

"Yang berarti bukan masalah besar meski lo nggak diundang; lo tetap bisa datang."

"Hei, lo kira gue ngambek karena nggak diundang?" Gadis itu mendengus. "Gue cuma penasaran."

"Sama pestanya? Yang berarti lo akan dateng bareng gue?"

"If I didn't know any better, I would think you are hitting on me." Rosalyn melirik ke arah jam tangannya sehingga tidak melihat tatapan itu. "Come on, we only have five minutes more before the bell rings."

Pertanyaan Dhana itu sama sekali tidak dijawabnya.

***

ada yang udah oleng ke Dhana?

vote dan comment yang banyak biar kami semangat buat update lebih cepat✨

I Slept With My StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang