Chapter 8

24.4K 930 12
                                    

Sean Mitchell sengaja bangun lebih pagi pada hari Senin supaya ia bisa mengajak Fiona untuk berangkat ke sekolah bersama. Pemuda itu mengambil kaos lengan pendek polos berwarna hitam dan hoodie berwarna hijau army.

Karena Sean tidak dapat menemukan celana yang cocok untuk hoodienya selain celana hitam ripped jeans yang ada di pakaian kotor, ia memilih untuk menggunakan kembali celana itu. Sean menyemprot deodorant ke seluruh bagian celana itu sebelum menggunakannya.

"Mary, aku berangkat." Pamit Sean. Wanita itu menawarkan roti bakar yang sudah diolesi dengan selai kacang di atas meja. Awalnya Sean tidak ingin mengambilnya, namun sebagai bentuk menghargai wanita itu karena telah membuatkannya sarapan, Sean mengambilnya juga.

"Terima kasih." Kata Sean sambil menyampirkan tas hitam di atas punggungnya. Sarah masih duduk di kursi meja makan sementara papa Sean belum pulang dari hari Jumat kemarin. Pria itu berkata bahwa ia harus tinggal di luar kota sampai hari Rabu.

"Kamu tumben semangat sekolah hari ini." Komentar Sarah tanpa bermaksud apa-apa. Keadaan keduanya memang dingin, mereka bahkan hampir tidak pernah berbicara satu sama lain. Tapi kali ini Sean berhenti untuk menoleh ke arahnya, "Aku ingin mengajak Fiona untuk berangkat bersama."

Sarah bahkan sampai menoleh ke arah kakak tirinya karena pemuda itu tidak pernah sekalipun membalas komentarnya. Ketika Sarah menyadari siapa Fiona, ia teringat pada gadis berumur dua belas tahun yang menggunakan kawat gigi.

Fiona yang membuat hubungan Sean dan Sarah menjadi lebih baik. Gadis itu terus memaksa Sean dan Sarah untuk mengobrol bahkan bermain bersama meskipun keadaan jadi semakin canggung atau Sean berakhir membentaknya.

Sean memasukkan tas ranselnya ke bagian belakang mobil sambil menunggu keluarga Richards keluar dari pintu depan rumahnya. Pemuda itu sedang asik menscroll video di salah satu social media ketika mendengar langkah kaki seseorang dari rumah keluarga Richards.

Fiona keluar terlebih dahulu daripada mama dan adik laki-lakinya pagi itu. Ia sedang menggigit roti isi dengan selai coklat dan membawa susu kotak rasa pisang. Sean memandangi gadis itu, ia menggunakan sweater rajut berwarna putih dengan ukuran oversize, celana legging hitam dan sepatu boot kulit berwarna coklat.

"Hey Fio." Panggil Sean yang membuat Fiona yang sedang menendang-nendang dedaunan di kakinya terkejut ketika mendengar seseorang menyapanya. Jantungnya berdebar dan ia terlonjak ketika menoleh ke arah Sean.

Pemuda itu sedang berdiri di depan pintu mobilnya seakan ia memang benar-benar baru keluar dari rumahnya dan kebetulan berpapasan dengan Fiona. "Hey." Sapa Fiona terdengar cukup gugup, terutama ketika melihat betapa menawannya senyum pemuda itu.

"Apakah kamu mau berangkat ke sekolah bersamaku?" Tanya Sean, senyumnya tidak luntur dari bibirnya. Pemuda itu bahkan masih memiliki lesung pipi yang sama dengan yang diingat Fiona.

Ketika mendengar pertanyaannya, gadis itu langsung membayangkan bagaimana reaksi anak-anak di sekolahnya jika ia pergi ke sekolah bersama Sean Mitchell. Belum lagi pertengkaran yang akan Fiona hadapi dengan Leonard. Gadis itu menghembuskan napasnya, pergi ke sekolah bersama Sean dengan segala konsekuensinya sama sekali tidak sepadan.

"Tidak perlu. Aku berangkat dengan mama dan adikku." Kata Fiona setelah melepaskan roti lapisnya yang tadi ia gigit. Sean bahkan tidak repot menutupi ekspresi kecewanya, tapi pemuda itu tetap mengangguk dan masuk ke dalam mobil.

Sean sengaja berlama-lama masuk ke dalam mobil dan bersiap untuk pergi ke sekolah karena ia setengah berharap bahwa Mrs. Richards akan keluar lebih cepat, sehingga Fiona akan dipaksa untuk berangkat bersama Sean. Lagi pula ini masih terlalu pagi untuk berada di sekolah.

You Belong With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang