Jam istirahat berakhir sehingga murid-murid harus kembali ke kelas mereka. Setelah istirahat makan siang di hari Jumat, Sean dan Fiona berada di kelas pelajaran Matematika yang sama.
Ketika Mr. Davies, guru Matematika mereka yang sudah berusia 54 tahun berkata bahwa ia akan membagikan hasil ujian mereka minggu lalu, kelas itu mengeluh karena soal kemarin cukup sulit.
Sebagian besar kelas itu berkata bahwa mereka telah gagal, namun Mr. Davies menjawab mereka untuk tetap semangat dan belajar lebih giat lagi supaya ujian selanjutnya mereka dapat melakukan yang lebih baik. Sean memperhatikan Fiona ketika namanya dipanggil untuk mengambil hasil ujian mereka minggu lalu.
Pemuda itu terlihat waspada ketika mendengar Mr. Davies berkata kepada Fiona, "Kerja bagus, Ms. Richards."
Jika Mr. Davies mengatakan hal tersebut, itu hanya berarti satu, yaitu Fiona mendapatkan nilai diatas rata-rata. Fiona memang bukan seseorang yang paling pintar di kelas sampai mendapat ranking satu. Tapi nilai hampir setiap pelajaran menghitungnya, nilainya cukup bagus. Seperti pelajaran Kimia dan Fisik.
Ketika akhirnya Mr. Davies memanggil nama Sean, pemuda itu bangkit dan berjalan ke meja guru. Pria itu setengah mempermalukan Sean dihadapan seluruh kelas ketika Mr. Davies berkata,
"Jika kamu tidak meningkatkan cara belajarmu dan terus mendapatkan nilai seperti ini, Mr. Mitchell, aku yakin bulan depan kamu tidak boleh ikut dalam perlombaan football sebesar apapun oleh sekolah."
Meskipun itu mungkin saja benar, tapi Sean merasa jengkel karena pria itu mengatakannya di hadapan seluruh kelas. Terutama di hadapan Fiona. Ia jelas tidak ingin terdengar bodoh dihadapan Fiona.
Fiona terlihat biasa saja dan cenderung tidak peduli. Pada tahun Freshman dan Sophomore, nilai Sean memang jelek, terutama yang berhubungan dengan perhitungan atau rumus. Seperti Fisika, Kimia, dan Matematika.
Entah mengapa, Sean baru merasa malu sekarang ketika Mr. Davies mempermalukannya di depan kelas. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, Sean juga sudah pernah diperlakukan seperti itu. Mungkin hal itu dirasakannya karena sekarang ia memiliki perasaan yang lebih pada Fiona.
Sean merasa kagum pada gadis itu karena ia dapat menjaga nilainya tetap baik, dan jelas bahwa Sean ingin bahwa gadis itu juga mengaguminya. Tapi semua itu gagal karena Mr. Davies mempermalukannya ketika membagikan hasil ujian kemarin.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Sean membereskan bukunya dengan perasaan jengkel karena masih merasa dipermalukan oleh Mr. Davies. Guru itu sepertinya menyadari kejengkelan Sean, karena ia memperhatikan betapa kesalnya wajah pemuda itu sepanjang pelajarannya.
"Mr. Mitchell." Panggil Mr. Davies untuk menghampirinya di meja depan kelas ketika setengah murid-murid itu sudah keluar kelas. Sebenarnya, Sean merasa malas untuk berbicara dengan guru matematikanya itu, namun sepertinya ia tidak punya pilihan.
"Ya, sir?" Jawab Sean, ia berdiri tepat di depan meja pria itu dan menunggunya untuk berbicara.
"Mr. Mitchell, saya hanya ingin mengingatkan bahwa kamu harus meningkatkan nilaimu. Saya dengar bulan depan ada pertandingan football. Kamu harus memenangkan pertandingan itu untuk mendapatkan universitas terakreditasi baik melalui prestasi olahraga. Benar?" Tanya Mr. Davies. Sean berusaha untuk tidak menghela napasnya terlihat lelah. Tapi pemuda itu tetap mengangguk meskipun ia malas.
"Maka dari itu, Saya mengusulkan. Sebaiknya kamu mencari seorang tutor." Kata pria itu yang membuat Sean terdiam beberapa detik.
"Tutor?" Tanya Sean sedikit sarkastik. Pemuda itu bahkan memicingkan kedua matanya berpikir bahwa Mr. Davies hanya bercanda.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Belong With Me
Roman pour AdolescentsSean Mitchell adalah sahabat masa kecil Fiona Richards. Semenjak Sean mengalami pubertas di kelas delapan, ia menjadi popular karena ia tampan dan keren. Sean juga menjadi Captain Football karena ia hebat dalam olahraga serta berjiwa pemimpin. Amand...