Chapter 19

19.7K 787 6
                                    

"Fio, dengar. Ajari aku matematika." Kata Sean sambil mengulurkan kedua tangannya untuk menyentuh pundak Fiona.

Gadis itu merasakan jantungnya berdebar kuat ketika ia mendongak hanya untuk menatap wajah tampan Sean Mitchell. Untuk beberapa saat, Fiona melongo ketika mendengar perkataan sahabat kecilnya itu. Perkataan pemuda itu tidak seperti sebuah permintaan, melainkan perintah.

Bukankah Sean sekarang berada di posisi yang membutuhkan sesuatu dari Fiona? Kenapa pemuda itu berani memerintahkannya seakan pemuda itu adalah atasan Fiona? Memangnya siapa pemuda itu, berani memerintahkannya seperti ini? Pikir Fiona jengkel.

"Memangnya kamu pikir, aku siapa? Serdadumu?" Jawab Fiona jelas terdengar tersinggung. Gadis itu bahkan tidak dapat menahan ekspresi marahnya saat melirik sinis ke arah Sean. Fiona memutari tubuh Sean dan kembali berjalan ke arah pintu keluar koridor gedung sekolah itu.

Di dalam koridor sekolah itu sudah mulai sepi, meskipun masih ada sekitar puluhan anak di dalamnya untuk mempersiapkan diri dan mengikuti kegiatan club setelah ini.

Fiona ingin segera pulang karena ia memang tidak mengikuti kegiatan club apa pun. Menurutnya, mengikuti kegiatan di luar jam pelajaran sangat membuang-buang waktu. Padahal sesungguhnya hal itu harus dilakukannya supaya ia bisa mendapatkan teman baru atau setidaknya mengenal beberapa orang baru.

Sean yang tidak tersadar pada nada bicaranya atau bagaimana cara ia mengatakan permintaan kepada Fiona, mengerutkan dahinya merasa bingung. Apa yang sebenarnya ia katakan sehingga Fiona terlihat marah dan tersinggung? Lagipula apa maksud Fiona bertanya bahwa apakah ia serdadu Sean?

Karena sesungguhnya menurut Sean, ia telah meminta Fiona untuk mengajarinya dengan baik-baik. Tapi pemuda itu tidak menyadari bahwa tadi ia memerintah dan buka meminta.

"Apa maksudmu?" Tanya Sean sambil terus membuntuti Fiona yang sudah berjalan di depannya. Gadis itu berusaha meninggalkan Sean, namun sayangnya kakinya pendek. Sehingga menyeimbangkan jalan bersama gadis itu tidaklah sulit bagi Sean karena ia jauh lebih tinggi dari Fiona.

"Kamu memerintahku seakan-akan aku adalah anak buahmu. Memangnya kamu pikir aku siapa?" Tanya Fiona terdengar marah karena ia harus menjelaskan apa maksud dari kemarahannya. Suaranya memang tidak terlalu keras, karena Fiona tidak ingin menjadi pusat perhatian.

Fiona memang seorang gadis kecil yang pemarah, hal itu membuat Sean merasa bahwa ia menggemaskan. Mereka beruntung bahwa koridor gedung sekolah itu berisik. Seperti hampir di setiap sudut tempat itu ada saja orang yang mengobrol atau bergunjing.

"Kamu adalah salah satu teman sekelasku." Kata Sean terdengar bingung. Perkataan pemuda itu memang tidak salah, tapi cukup membuat hati Fiona mencelus. Apakah sekarang ia hanya sebatas teman sekelas bagi Sean?

Fiona mendengus mengingatkan dirinya sendiri bahwa, beberapa tahun ini ia bahkan tidak merasa dianggap oleh Sean. Jadi ketika pemuda itu berkata Fiona adalah teman sekelasnya, ia seharusnya sudah cukup bersyukur. Memangnya apa lagi yang Fiona harapkan ketika ia tadi berbicara seperti itu?

"Yang cukup pintar menurutku." Tambah Sean ketika melihat gadis itu tidak kunjung bereaksi. "Jadi ajari aku matematika." Kata pemuda itu lagi sebelum menambahkan, "Tolong." Supaya tidak terdengar seperti memerintah.

"Permintaanmu masih terdengar seperti perintah di telingaku." Jawab Fiona yang sekarang terdengar menyebalkan. Walaupun begitu, Sean justru merasa sedikit tertantang untuk menaklukkan hati gadis itu.

"Baiklah." Ujar Sean seakan setelah mengatakan itu ia akan mempersiapkan diri untuk membuat Fiona menyetujui permintaannya. Fiona mundur dan menabrak salah satu locker di koridor gedung sekolahnya, ketika Sean berjalan mendekatinya. Pemuda itu seperti hendak menyudutkannya ke locker sehingga jantung Fiona berdebar kencang.

You Belong With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang