Chapter 11

54.4K 1.1K 2
                                        

Photo: Joseph Trice

Keduanya saling pandang sebelum berjalan cepat ke arah kerumunan di kelas itu. Amanda mengedarkan pandangannya dan tersadar bahwa itu adalah kelas Bahasa Prancisnya. Sean berusaha melihat apa sebenarnya yang ada di tengah kerumunan kelas tersebut.

"Ada apa?" Tanya Sean yang setengah menyerah untuk menerobos masuk ke kerumunan. Sebenarnya Sean hanya sekedar ingin tahu, tidak yang benar-benar ingin mendengar penjelasan mengapa semua keributan ini terjadi.

Salah seorang gadis dengan kacamata berbingkai bening dan tipis menoleh ke arah Sean saat pemuda itu mencolek pundaknya. Mereka berdiri di depan kelas karena kejadian tersebut terjadi di barisan belakang kelas.

"Seseorang memukul kekasihnya di belakang." Kata gadis itu yang terlihat tidak percaya bahwa ia sedang berbicara dengan Sean Mitchell. Sean hanya cukup tersenyum ke arahnya untuk mengucapkan terima kasih dan gadis itu sudah merasa sangat senang.

"Berhenti berbohong padaku, dasar perempuan-"

"HEY!" Teriak Amanda menghentikan perkataan seorang pemuda yang berteriak-teriak membuat kehebohan di kelas tersebut. Seluruh orang di ruang kelas itu menoleh ke arah Amanda karena gadis itu berteriak cukup keras.

Pemuda yang sedang berbicara itu juga ikut menoleh ke arah Amanda, lebih karena marah ada seseorang yang memotong perkataannya daripada heran ada yang berani-beraninya ikut campur.

Ketika beberapa anak membuka jalan untuk Amanda dan Sean, ia dapat melihat pemuda yang tadi berteriak-teriak hendak mengatakan perkataan kasar. Pemuda itu mengenakan kaos putih dan luaran jaket kulit berwarna hitam, khas anggota band. Tidak lupa celana jeans robek-robek dengan rambut cepak yang jelek. Gayanya terlihat sok keren karena berpikir bahwa semua gadis ingin mengencani anak band.

Amanda hanya berusaha menahan dirinya supaya tidak muntah melihat wajah dan gayanya yang sok keren. Ia sangat terlihat norak, belum lagi kepribadiannya yang jelek karena hendak menghina seorang gadis. Amanda terlihat berusaha keras untuk menahan ekspresi jijiknya, tapi ia tidak bisa.

"Memangnya kamu pikir, apa yang akan kamu katakan kepadanya?!" Bentak Amanda dengan suara keras. Meskipun semua orang menatapnya, Amanda tidak kelihatan gentar saat menunjuk wajah pemuda itu. Bahkan ketika Amanda melirik seorang gadis mungil dengan rambut hitam di belakang pemuda itu, Amanda melihat ada luka di ujung bibirnya.

Gadis itu berusaha keras menahan isak tangisnya. Seketika perasaan marah menguasai Amanda, ia benar-benar tidak menyangka bahwa seorang laki-laki yang tubuhnya dua kali lebih besar dari gadis itu memukulnya.

Sejenak Amanda langsung teringat apa yang terjadi pada mamanya beberapa bulan yang lalu. Beberapa orang di dalam kelas itu membicarakan betapa keren dan baiknya Amanda ketika gadis itu hendak menghentikan perkelahian yang sedang terjadi.

Tetapi pemuda yang tadi berteriak-teriak itu, merasa tidak terima dan semakin marah, ia mendekati Amana sambil berkata, "Aku akan mengatakannya perempuan jalang! Murah! Dan tidak punya harga diri! Seperti pacarmu yang berani mendekati pacarku!" Bentak pemuda itu di depan wajah Amanda.

Sean menahan emosinya yang berputar-putar di dalam tubuhnya. Keinginan untuk meninju batang hidung pemuda sok keren dengan jaket kulit dan celana jeans compang-camping ini tidak terkira rasanya.

Karena bagi Sean, alasan yang diucapkan pemuda itu tentang kecemburuan adalah seorang pengecut. Pemuda itu tidak punya hak untuk memukul seorang gadis hanya karena cemburu. Apa lagi gadis itu setengah ukuran dari tubuhnya.

"Ia dan Sean itu bertetangga. Memangnya kenapa kalau mereka berangkat bersama? Mereka hanya teman kecil. Jika kamu mengaku bahwa gadis itu adalah pacarmu, bukankah seharusnya kamu mengetahui hal ini?" Tanya Amanda dengan ekspresi kekesalannya sehingga membuat pemuda itu terdiam. Seluruh anak di kelas itu memberikan paduan suara setuju pada perkataan Amanda.

You Belong With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang