Malam semakin larut dan suasanapun semakin mencekam Dokter yang menangani Farras masih belum keluar sedari tadi membuat teman teman Farras dan Hani masih setia berjaga di lorong yang sunyi depan UGD
Sedari tadi Hani mati matian untuk menahan air matanya yang ingin keluar karena malu banyak teman teman Farras disekelilingnya, dia hanya bisa duduk sambil memangku tangannya yang gemetaran disampingnya ada Yosua yang sedang mengobrol dengan teman temannya yang lain
Yosua tahu sedari tadi Hani berusaha menahan air matanya agar tidak turun karena setiap diajak berbicara matanya berkaca kaca maka dari itu Yosua berinisiatif menyuruh pergi teman temannya
"Heh kalian semua mending pulang Barak saja, biar disini saya sama Hani saja" ucap Yosua yang semua mata tertuju padanya termasuk Hani
"Udah la kita gapapa disini juga Yos" ucap Wijaya
"Udah sana bilang sama yang lain Farras kecelakaan biar dia diizinkan tidak masuk kantor nanti, udah udah sana jangan banyak bicara" kata Yosua yang mengusir temannya satu persatu akhirnya mau tidak mau merekapun pergi dan meninggalkan lorong UGD yang tersisa Hani dan Yosua
"Dek Hani kita duluan ya" ucap Wijaya sebelum segerombolan pria berbaju loreng hijau itu meninggalkan rumah sakit dan kembali ke baraknya.
Setelah mereka semua pergi suasana UGD menjadi sepi hanya ada suara sepatu khas Tentara saja yang berjalan, Yosua menghampiri Hani dikursinya.
Hani menutup wajahnya dengan kedua tangan, air mata terus mendesak keluar dia menahan dengan sekuat tenaga tetapi tangisnya pecah begitu saja. Begitu menyakitkan rasanya orang yang kita sayangi sedang berjuang dibrankar rumah sakit hal menyakitkan yang harus Hani telan pahit pahit apalagi hubungan keduanya belakangan ini tidak harmonis
"Dek" panggil Yosua lirih saat mendengar isakan Hani
"Bang, Farras bang" akhirnya Hani menurunkan kedua tangannya memperlihatkan wajahnya yang kacau dengan air mata yang mengalir deras membasahi kedua pipinya
"Iya dek abang tau, abang juga sedih" ucap Yosua lalu memeluk Hani dari samping layaknya seorang kakak menyemangati adiknya
Karena Hanipun merasa dia butuh sandaran akhirnya dia balas memeluk Yosua dengan erat menyalurkan ketakutan dan kegelisahannya kepada Farras, Yosua pun dibelakang Hani mengusap matanya yang mengeluarkan air mata dia harus kuat tidak boleh terlihat lemah dihadapan kekasih sahabatnya
Cukup lama Hani memeluk Yosua dengan erat tapi tangisan Hani tak kunjung mereda yang ada malah semakin menjadi, baju loreng yang Yosua kenakan sudah basah karena air mata Hani
"Hey dek udah" ucap Yosua berusaha melepaskan perlahan pelukan mereka tetapi Hani menolak dan malah semakin mempererat pelukan mereka
"Dek denger abang" ucap Yosua setelah melepas pelukannya dan kini ia memegang kedua pundak Hani, mereka kini saling berhadapan dengan kedua mata Hani yang sembab
"Adek boleh nangis tapi abang minta jangan sampai kaya gini lagi, Farras gasuka lihat adek nangis terus terusan kaya gini sekarang abang minta adek tenang ya kita doakan yang terbaik buat Farras oke" ucap Yosua sambil menghapus air mata Hani dipipinya dan Hani hanya mampu menganggukan kepalanya pasrah
Tiga puluh menit berselang Dokter yang menangani Farras akhirnya keluar buru buru Yosua dan Hani bangkit menghampiri Dokter itu yang sedang melepaskan maskernya
"Dok gimana keadaan teman saya?" tanya Yosua bersuara
"Alhamdulilah teman anda selamat, hanya saja ada retakan dibagian dahinya akibat benturan yang lumayan keras pada stir mobil dan juga tulang tangannya yang sedikit bergeser pada tempat yang seharusnya selebihnya hanya luka luka goresan dan memar pada pasien" ucap Dokter itu yang membuat Hani lemas seketika
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Polisi Militer
RomanceCinta beda kasta antara perempuan yang sederhana dan tentara yang bangga akan pangkatnya.