Awal

58 10 2
                                    

Tawa mereka menggema. Tak ada beban. Garis lengkung itu seakan tak ingin memudar. Hari ini, mereka tak ingin membahas hal lain selain tentang kenangan mereka dari awal persahabatan itu dimulai.

Menceritakan masa di mana mereka baru pertama kali berkenalan adalah hal yang selalu menarik untuk dijadikan topik pembicaraan. Mereka tak ingin berhenti membagi cerita, menghiraukan rintik hujan yang turun dengan derasnya.

Di sini, di dalam ruangan kecil yang mereka anggap sebuah tempat yang selalu bisa membuat tawa mereka menggema. Ruangan ini kecil, tapi cukup untuk menampung mereka bertujuh. Bukan ruangan yang dingin dan lembab, tapi ruangan kecil yang telah mereka hias dengan sempurna hingga membuat rasa hangat mengelilingi setiap sudutnya.

Dulu, ruangan inilah yang menjadi saksi di saat persahabatan mereka dimulai. Menjadi saksi bisu atas semua cerita yang telah mereka paparkan. Tak ada rahasia. Mereka bertujuh selalu terbuka satu sama lain, saling membagi cerita, juga selalu bisa menjadi pendengar setia.

Persahabatan mereka telah terjalin sejak lama. Status persahabatan itu telah menemani mereka sejak kecil, hingga kini masih bertahan saat mereka telah beranjak remaja. Mereka telah berjanji, akan selalu bersama di saat apapun. Akan selalu setia dengan status persahabatan mereka. Mereka janji... Akan selalu bersama.

“Kita sahabat. Janji ya... Bakalan terus bersama! Kita bahagia bersama...”

Untuk para sahabatku…

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk para sahabatku…

Aku buat cerita ini untuk mereka, walaupun aku tahu mereka tak akan ada waktu untuk membacanya. Tapi tak apa, mereka pasti akan membacanya disaat waktu luang, kuharap begitu. Ku harap, mereka tak jenuh membacanya hingga kalimat akhir dan menemukan pesan singkat ini dariku. Semoga…

SEVEN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang