Page 3

33 8 3
                                    

"HAI, HAI, HAI, GUYS... APA KABAR SEMUANYA...!"

Riuh. Suasana yang tadinya sangat sepi seketika riuh saat suara cempreng milik Chira menyapa indra pendengaran para sahabatnya.

Mereka tengah berada di ruangan kecil yang mereka sebut base camp. Tadinya mereka hanya ber-empat di ruangan kecil itu, tapi karena Chira yang datang tanpa memberitahu itu pun berhasil membuat para sahabatnya kaget.

"Si Chira, katanya nggak mau datang."

Chira tertawa saat kalimat sindiran itu terlontar dari mulut Alea.

"Tadinya sih emang nggak mau datang, tapi karena ada yang mau gue liatin ke kalian, jadinya gue paksain datang ke sini."

Chira menatap satu persatu sahabatnya itu. Empat. Hanya empat. Kemana sahabatnya dua lagi?

"Eh, Zhira sama Azra mana?"

Hanny dengan cepat menjawab saat Chira menanyakan dua sahabat mereka itu.

"Zhira lagi jalan sama Azka, kalo Azra kan dia masih di luar kota."

"Oh iya, lupa."

Mereka berlima duduk bersila di atas karpet lembut di dalam ruangan itu dengan ditemani secangkir capuccino yang Chira beli saat sebelum ke ruangan kecil itu.

Chira menyalakan laptopnya, dan mulai menggerakkan jemarinya, hingga muncul sederet orang yang mungkin sangat asing bagi para sahabatnya. Chira tersenyum, kemudian mulai menuturkan kalimatnya dengan sangat antusias.

"Kalian tau nggak mereka siapa?"

Misya menatap satu persatu orang yang berada di laptop milik Chira itu. Ada sembilan orang, dan Misya sama sekali tidak mengenali satupun orang itu. "Nggak tau. Emang mereka siapa sih?"

Chira sedikit tersentak saat mendengar jawaban Misya yang tak sesuai dengan harapannya.

"Masa sih lo nggak kenal? Mereka terkenal loh, masa lo nggak tau?"

"Beneran nggak tau. Kenalan aja belum."

Chira meringis saat Misya menjawab pertanyaannya. Ternyata Misya benar-benar tidak tahu dengan orang-orang yang berada di laptopnya itu. Sedangkan Alea, Hanny, dan Nayya hanya tertawa mendengar Chira dan Misya yang tengah mengobrol.

"Aduh, Sya, lo mah kudet orangnya, alias kurang update."

Chira masih terus mengoceh, sedangkan Misya hanya menganggukan kepalanya. Jujur, Misya memang tidak mengerti apa yang tengah Chira bicarakan.

"Udah, Chi, gue nggak ngerti. Mending sekarang gue buat mading deh, mau bantuin nggak?"

Misya mengakhiri pembicaraan Chira dengan kalimatnya itu.

Chira menggeleng, "nggak bisa, Sya, gue mau pulang bentar, mau ambil sesuatu."

Kalimat Chira itu mampu membuat Hanny menjadi sangat antusias. "Mau ambil apa, Chi? Makanan? Minuman? Cemilan? Atau apa?"

Chira tertawa saat sesudahnya ia kembali berujar.

"Makanan terus yang dipikirin. Bukan."

Hanny menyengir, "hehe, gue laper soalnya."

"Udah ah, mau pulang dulu. Dadah..."

Chira melenggang pergi, saat sebelumnya melempar senyuman kepada ke-empat sahabatnya.

Misya menghela napas, tersenyum, kemudian mulai mengambil beberapa lembar kertas dan gunting yang ia letakkan di atas meja kecil di pojok ruangan. Ia ingin membuat majalah dinding. Misya memang suka membuat majalah dinding, di sekolah ia juga mengikuti ekskul majalah dinding.

SEVEN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang