Page 8

12 6 0
                                    

“Apakah masih ada waktu untuk kita memulai semuanya kembali?”

•••

“Aku lelah…
Aku rindu ketenangan.
Dimana? Dimana ketenangan itu?
Bisakah kau membawakannya untukku?”

—SEVEN—

Untuk kesekian kalinya masalah terus menerus datang menghampiri mereka bertujuh, membuat mereka terpisah, tak pernah bersatu seperti dulu.

Andai mereka bisa saling mengerti, mungkin tak pernah ada rasa sakit yang terus menyeruak. Andai… semua masih baik-baik saja, mungkin hari ini tawa mereka masih menjadi hal yang selalu mengisi hari-hari mereka. Sudahlah, tak usah berandai-andai, itu hanya akan membuat lobang di dalam relung itu akan semakin menganga.

Tapi, mereka mungkin tak pernah bertanya kepada diri mereka sendiri. Apakah masih ada keinginan untuk tetap bersama seperti dulu? Ya, mungkin mereka tak pernah memikirkan itu, sampai tak pernah ingin mencari jalan keluar dari permasalahan ini.

Misya ingin sekali bertanya kepada Zhira, apakah dia masih menginginkan persahabatan mereka kembali bersatu? Apakah masih ada waktu untuk memulai semuanya kembali? Ingin rasanya ia menanyakan itu, tapi entahlah, ia merasa tak akan bisa bertanya seperti itu pada sosok Zhira yang sudah banyak berubah sekarang ini.

Apakah masih ada waktu untuk kita memulai semuanya kembali?

☔☔☔

Untuk kesekian kalinya Nayya menghela nafas panjang, menopang dagunya saat rasa bosan mulai menghampiri dirinya. Sudah satu jam dirinya, Alea, dan juga Chira duduk bersila di ruangan kecil yang mereka sebut basecamp itu. Awalnya mereka kira akan merasa tenang saat berada di ruangan itu, karena memang dari dulu ruangan itulah yang akan membuat tawa dan rasa nyaman memeluk mereka saat mereka tengah berada di dalam ruangan itu. Tapi, mungkin untuk sekarang ini hal itu sudah tidak berlaku lagi. Ya, karena sekarang ini mereka sudah tidak seperti dulu lagi, tak pernah bersama lagi saat menghabiskan waktu di dalam ruangan itu. Sudah sangat jarang pergi bersama, bahkan hanya sekedar untuk berbagi cerita pun sekarang mungkin sudah tidak bisa sesering dulu.

“Bosen nih. Dari tadi cuma duduk-duduk doang. Coba kalo kita kumpul bertujuh pasti lebih seru.”

Nayya mulai kesal saat rasa bosan itu tetap menghantuinya walaupun ia sudah berusaha menghilangkannya dengan memainkan ponselnya.

Alea mengangguk, membenarkan perkataan Nayya. “Iya, coba kalo kumpul bertujuh, mungkin gue betah berlama-lama di sini sambil ketawa-ketawa bareng.”

Chira memutar bola matanya malas, “kumpul bertujuh? Kita aja udah jarang banget ngobrol sama mereka, gimana mau kumpul?”

Lagi-lagi helaan nafas terdengar, membuat rasa bosan itu kembali memuncak. Nayya berdiri, kembali bersuara saat kedua sahabatnya itu menatap heran ke arahnya.

“Gue pulang, bisa mati bosen kalo lama-lama disini.”

Alea dan Chira saling melempar pandangan, mengangguk, dan kemudian ikut berdiri.

“Gue juga pulang deh.”

Mereka bertiga beringsut pergi, menutup pintu ruangan itu dan melaju pergi dengan motor mereka. Kehangatan yang selalu mengelilingi setiap sudut ruangan itu pergi entah kemana, membuat mereka tak pernah lagi merasa nyaman saat menghabiskan waktu di dalam sana.

SEVEN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang