• Empat •

767 47 4
                                    

Seattle Departments Police

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seattle Departments Police.

11:00 am.

Di dalam ruangan seluas tiga kali tiga meter itu, Noel duduk sendirian di meja kerjanya. Pandangannya lurus menghadap sofa panjang berwarna hitam dengan meja berbahan dasar kaca di antara sofa satu dengan yang lainnya.

Mata cokelatnya yang lebih gelap daripada batang pepohonan di musim hujan pun beralih pada dinding. Ia mendapati beberapa piagam penghargaan miliknya di sana. Tersusun dengan rapih dan penuh kebanggaan.

Ruangan berdominan putih dengan furnitur serba modern itu baru saja menyambutnya pekan lalu. Jika bukan karena prestasi dan loyalitasnya pada negara, ia tak akan sesukses sekarang dan dipindahkan ke Seattle. Posisi chief--yang dianggap paling tertinggi di jajaran kepolisian kota Seattle--mungkin dapat diraihnya dengan mudah hanya dalam satu lompatan lagi.

Namun wanita muda yang ditemuinya di rumah sakit pagi ini, benar-benar mengusik kedamaian jiwanya. Alexandra, apa yang telah kamu lakukan?

Setiap hal kecil dari model cantik itu melesat cepat dalam benak Noel. Tapi yang terparah adalah saat Alexandra melarang Noel untuk tidak jatuh cinta pada wanita itu.

"Jatuh cinta? Ck! Dia pasti sudah gila," batin Noel.

Kemudian suara ketukan pintu disertai seruan Smith terdengar dari arah luar. Membuat Noel tersadar dari lamunannya dan segera berdiri. Ia membukakan pintu lalu mempersilakan rekan barunya itu untuk masuk ke ruangan.

Jika dipikir-pikir lagi, Noel belum terlalu mengenal rekannya itu. Selain pria dengan tubuh atletis yang sangat cerewet dan mudah gugup. "Apa aku mengganggumu, Detektif?" tanya Noel penasaran. "Kau belum keluar ruangan sejak kita kembali dari kedai kopi."

"Tidak, aku hanya sedang memikirkan beberapa hal."

Smith menggumam pendek. "Begitu rupanya."

"Omong-omong, apa sudah ada perkembangan?"

Pria yang usianya terpaut satu tahun di bawah Noel itu pun menggeleng cepat. "Kami belum berhasil melacak alamat IP pelaku penyebaran berita di internet karena sistem keamanannya yang sulit ditembus," ungkapnya. "Juga berlaku pada nomor pelapor anonim yang menghubungi kita tadi malam, Detektif."

"Kau ingat, 'kan? Kau bisa santai dan memanggil namaku saat kita sedang tidak bertugas." Noel tersenyum tipis sebelum melanjutkan, "Jadi menurutmu, pelapor misterius dan penyebar berita di internet ini memiliki kemungkinan besar merupakan orang yang sama?"

"Mungkin iya, mungkin tidak. Selama kami belum menemukan apa-apa, kita tidak dapat banyak berspekulasi." Smith mengedikkan kedua bahunya dan melanjutkan, "Tapi yang pasti, insiden ini pastilah sudah disusun secara detil dan terstruktur."

"Apa ada informasi lain?"

"Kami menemukan waktu terakhir ponsel korban aktif adalah tiga puluh menit sebelum kita tiba di lokasi." Kedua alis Noel berkerut curiga. "Ponsel ditemukan aktif di sekitaran Menara Space Needle, Broad St, Seattle, radius 20 M dari TKP."

Noel mengusap brewok tipis yang memenuhi dagu hingga rahangnya dengan perlahan. "Artinya, dia masih berada di sekitar lokasi saat insiden berlangsung." Noel mendesah dan menggeleng tak habis pikir. "Bagaimana dia bisa dengan tega meninggalkan korban dan melimpahkannya pada polisi yang membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai ke lokasi alih-alih turun dari kendaraan dan membantunya? Ini benar-benar gila! Lalu bagaimana dengan kamera cctvnya?"

"Kami tidak menemukan adanya cctv di sekitar TKP. Kamera pengaman berada sekitar 20 M sebelum terowongan Metro dan 10 M sesudah terowongan," Smith menegaskan. "Pelaku melakukan aksinya pada titik yang buta cctv. Dia pasti sudah memahami medan dengan sangat baik."

"Sial! Berapa lama dia menyiapkan insiden ini?!"

Smith mengangguk setuju dan menatap lawan bicaranya serius. "Proses pencarian akan terus kami lakukan, tapi bagaimana jika kita menerima tawaran nona Morran untuk bergabung?" Noel mengangkat satu alisnya heran saat tiba-tiba nama Alexandra disebut. Ia tidak suka, tidak tertarik pula. Namun hanya dengan mendengar nama wanita itu dengan sebegitu jelas, ia langsung merasa kesal. "Kurasa bukan ide yang buruk untuk membiarkannya masuk dalam penyelidikan ini."

"Maksudmu, wanita sombong itu?"

"Ayolah, Noel." Smith berubah menjadi sedikit lebih santai sekarang. "Semua yang dikatakan wanita itu tidak sepenuhnya salah. Sebagai kekasih, dia juga pasti ingin melakukan yang terbaik. Jadi kurasa tidak ada salahnya jika dia ingin bergabung," bujuk Smith pada rekan barunya itu.

Usia mereka yang hanya terpaut satu tahun menjadikan ruang komunikasi di antara mereka berjalan lebih mulus daripada rekanan polisi lain. Tapi Noel jelas menunjukkan ketidaksetujuannya atas pemikiran Smith barusan. Ia bersikukuh menolak meski Smith mengejeknya karena sudah bersikap kekanakan.

"Kau gila, hm?" Noel mencibir. "Dia bahkan melarangku untuk jatuh cinta padanya. Kau pikir pekerjaan kita ini seperti acara-acara drama yang kau tonton di televisi? Ck. Dialah yang bersikap kekanakan."

Smith tertawa pendek. "Jangan terlalu membencinya. Barangkali perasaanmu suatu hari nanti berubah padanya," godanya diiringi kedipan mata jahil.

Noel mencebik. "Jangan membahasnya lagi. Omong-omong, bisakah aku melihat hasil foto yang kau ambil di TKP? Kau sudah mengirim salinannya pada chief bukan?"

"Tentu."

Smith lalu kembali ke mejanya dan mengambil hasil foto yang telah ia cetak sebelum akhirnya kembali ke ruangan Noel. Pria berambut cokelat itu lantas meletakkannya di atas meja dan menyusunya dengan rapih agar sang rekan dapat memeriksanya dengan mudah.

"Dilihat dari kondisi samping mobil korban yang tidak mengalami kerusakan parah, tampaknya mobil tidak mengalami selip ataupun hilang kendali sebelum menabrak pembatas jalan, cuaca malam itu memang dingin dan sedikit berkabut, tapi aku dapat memastikan bahwa jalur di dalam terowongan tidak dalam keadaan licin," tukas Noel. "Aku juga melihat kaki korban berada di pedal rem, tapi tidak ada tanda-tanda bekas ban yang berusaha berhenti di jalan. Ia hanya seperti berjalan lurus dan begitu saja menabrak pembatas jalan."

Smith mengangguk cepat. "Aku setuju denganmu." Ia lalu menyilang kedua tangannya di dada. "Jika yang dikatakan Dr. William benar, mungkin korban tiba-tiba saja mengalami gagal jantung dan tidak sempat menghentikkan mobilnya."

"Ya, menurut riset yang kulakukan, botolinum tipe H memang bisa melemahkan otot dan langsung menewaskan satu orang dewasa hanya dengan mengonsumsi lebih dari dua nanogram saja."

"Mengerikan!" Smith bergidik. "Tapi bagaimana kita menjelaskan bagian depan mobil yang penyok? Walaupun mobil berada dalam kecepatan tinggi, apakah mungkin, jika mobil tidak terbakar dan justru hancur seperti menabrak rombongan gajah?"

Noel kembali melihat susunan foto-foto di atas mejanya dan menggumam panjang. "Pelaku benar-benar berniat menjadikan insiden ini tampak seperti kecelakaan. Tapi ia lupa dengan luka pukul yang pasti membekas di wajah korban." Smith mengangguk setuju. "Tapi aku masih penasaran dengan satu hal. Bagaimana berita menyebar dengan cepat di internet bahkan polisi saja baru tiba di lokasi beberapa menit sebelumnya?"

"Dari pengalamanku, sepertinya pelaku ingin memublikasi berita kematian Louis untuk tujuan tertentu."

Kening Noel berkerut dalam. "Publikasi?"

"Pola yang dilakukannya sama dengan pelaku pembunuhan yang pernah kutangani beberapa tahun silam," lanjut Smith. "Tujuannya untuk menebar ketakutan, ancaman, teror atau menggagalkan sebuah momen besar."

"Momen besar?" Noel mengusap dagunya perlahan, sebelum kembali menatap lawan bicaranya intens. "Jangan jangan...,"

Smith yang penasaran pun langsung mencondongkan wajahnya ke Noel dengan antusias. "Ada apa, Detektif?"

"Jangan-jangan ... berita kematian korban memang sengaja dipublikasi dan disebarluaskan untuk menggagalkan rencana pernikahan korban dengan Alexandra." []

ANOTHER YOU #ODOC (TAMAT// Pindah ke Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang