First Apartment, Alexandra's place.
07:00 pm.
Alexandra baru saja pulang setelah seharian sibuk berbelanja. Ia menghabiskan hampir waktunya hari ini untuk berkeliling kota Seattle demi menghilangkan perasaan kesalnya pada sang ibu.
Bagaimana bisa hidupnya tiba-tiba menjadi sangat menyedihkan hanya dalam beberapa hari saja? Pertama, Louis meninggal dan pernikahan mereka dibatalkan. Kedua, ia mengetahui bahwa kekasih dan sahabatnya berselingkuh selama ini dan terakhir ia didepak dari pekan mode internasional yang selama ini menjadi salah satu impian terbesarnya hanya karena wanita murahan seperti Stella.
Wanita berambut brunette itu lalu menghela napas berat sebelum keluar dari mobilnya. Sambil membawa beberapa kantung belanja, ia pun berjalan santai ke apartemennya mewahnya.
"Alexandra," sapa seseorang dari arah belakang.
Alexandra pun berbalik dan terperanjat saat menemukan Noel berdiri di hadapannya. Ia bahkan mundur beberapa langkah ke belakang saking terkejutnya. "K-kau?" Matanya yang biru melihat ke kanan dan ke kiri dengan bingung. "Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau bisa tahu rumahku? Kau pasti menguntit, bukan?"
Namun Noel hanya diam seperti biasa. Wajahnya tak berekspresi, tapi mata cokelat gelapnya tampak lebih sendu dan menyorotkan simpati dari biasanya.
"K-kalau kau hanya diam dan ingin menatapku dengan pandangan mengerikan itu, aku akan masuk sekarang," ucap Alexandra gugup.
"Sebentar," sergah Noel begitu model cantik itu hampir berbalik pergi. Ia pun maju beberapa langkah dan menyodorkan sekotak waffles dari tangannya. "Apa kau baik-baik saja, Alexandra?"
Butuh beberapa waktu hingga wanita bertubuh ramping itu tersadar dari lamunannya dan menerima waffles pemberian Noel. Ia kemudian mempersilakan detektif dengan brewok tipis yang memenuhi dagu dan rahangnya untuk masuk ke dalam apartemen mewahnya.
Noel diminta menunggu di halaman depan karena Alexandra harus menyimpan seluruh kantung belanjaan yang totalnya hampir ratusan ribu dollar Amerika. Detektif itu kemudian duduk di sebuah kursi panjang berbahan kayu (bench) yang menghadap langsung ke taman bunga milik Alexandra. Tidak seperti kebun pada rumah-rumah besar lainnya, ia hanya memiliki beberapa jenis tanaman pada halaman depan dan sisi lainnya untuk garasi.
"Aku melihatmu minum kopi caramel di kedai," kata Alexandra sembari menyodorkan secangkir kopi panas pada Noel. "Rasanya mungkin tidak persis sama, tapi akan membuatmu hangat di malam yang dingin seperti ini."
Mata mereka saling menatap untuk sepersekian detik sebelum tangan kokoh milik Noel menyambut kopi yang disuguhkan sang tuan rumah dan mencicipinya.
"Bagaimana?" Alexandra duduk di sebelah Noel dan memandangnya penasaran. "Enak, bukan?"
Noel mendesah puas dan meletakkan cangkir kopi itu di sampingnya. "Seperti katamu, rasanya cukup membuatku hangat di malam yang dingin ini." Alexandra mengulum senyum. "Omong-omong, bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Perasaanku?" Alexandra lalu tertawa. "Sejak kapan kau peduli pada perasaan seorang wanita manja yang selalu mengusikmu, Detektif?"
Noel ikut terkekeh. "Aku bertanya-tanya, apakah wanita manja ini akan membakar rumah sahabatnya atau justru langsung memutilasinya setelah tahu apa yang terjadi selama ini di belakangnya," candanya.
Namun raut Alexandra justru berubah muram. Ia berpaling dan mendongak ke atas. "Bintang di atas sana sangat indah, bukan?" Wanita itu tersenyum getir saat Noel ikut melihat ke arah yang sama dengannya. "Tapi pasti berat untuk tetap bertahan di atas sana sementara cuaca dingin dan kegelapan terus mengelilingimu."
Noel menoleh dan menatap wanita di sebelahnya dengan gusar.
"Aku selama ini hanya tidak sadar bahwa cuaca dingin dan kegelapan adalah satu-satunya yang kumiliki dari atas sini," katanya seraya menatap Noel. "Tapi bukankah aku seharusnya bangga, karena cahayaku tetap bersinar terang meski semuanya berusaha menarikku jatuh?"
"Alexandra ...,"
Wanita itu lalu menyela. "Ah, aku jadi ingat. Besok Shawn akan kembali ke Seattle," tukasnya antusias.
Kening Noel pun berkerut dalam. "Shawn?"
Alexandra mengangguk cepat. "Adik angkat Louis. Selama ini ia tinggal di Inggris karena pendidikan, tapi kurasa berita kematian kakaknya membuat ia ingin kembali." Ia lalu bersedekap. "Dahulu kami sangat dekat, kurasa sebelum perjodohan itu dilakukan."
"Kau dan Louis ... dijodohkan?"
"Ya, ini agak konyol." Alexandra mengedikkan kedua bahunya cepat. "Aku berteman lama dengan Shawn dan kupikir orang tuaku akan menjodohkanku dengannya, tapi hari itu aku justru dipertemukan dengan Louis dan kami merasa cocok."
Noel melipat kedua tangannya di dada dan menaikkan satu alisnya penasaran. "Bagaimana dengan Shawn?"
"Dia pergi karena harus melanjutkan pendidikannya di luar negeri dan dia tadi pagi memberiku kabar bahwa dia akan kembali." Alexandra tersenyum simpul. "Aku akan menjemputnya di bandara."
"Aku akan mengantarmu!"
Mata biru Alexandra menatap tak percaya ke arah Noel. Ia lalu mendengkus pendek dan mengangkat sebelah alisnya. "Ada apa denganmu? Ini sungguh bukan gayamu omong-omong," godanya. "Lagipula Shawn tidak mudah bergaul dengan orang asing, terutama orang asing dengan mata mengerikan sepertimu."
Namun Noel tiba-tiba berdiri dari kursinya dan menatap lurus ke arah Alexandra. "Jadi kau tidak mengizinkanku untuk mengantarmu ke bandara?"
Alexandra terkesiap. "A-aku ... itu--" ucapannya tergantung di udara saat Noel melenggang pergi tanpa mengucapkan apapun kepadanya. Ia pun bangkit dan berkacak pinggang. "Hey! Aku belum selesai bicara!"
Namun Noel tetap berjalan menjauh tanpa sedikitpun menggubris panggilan Alexandra di belakangnya.
"Hey! Dasar Noel sialan!" Alexandra berdecak kesal dan menatap punggung Noel yang semakin menghilang di kejauhan dengan perasaan kesal. "Berani-beraninya kau datang dengan bersikap baik lalu kembali menjadi brengsek! Sial kau Noel, aku akan membalasmu!" []
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER YOU #ODOC (TAMAT// Pindah ke Dreame)
Mystery / ThrillerAlexandra menemukan kekasihnya Louis tewas dalam sebuah kecelakaan misterius. Bersikukuh bahwa insiden ini merupakan pembunuhan berencana, Alexandra pun bergabung dalam penyelidikan rahasia yang dipimpin oleh Detektif Noel. Mampukah Alexandra dan De...