🍃About him; Iqbaal

2.1K 228 16
                                    


Selamat membaca.

___ ___ ___

Perasaan sedih tentunya dimiliki oleh semua manusia. Rasa lelah yang teramat juga terkadang membuat kita merasa sangat tidak berarti lagi di dunia.

(Namakamu) juga mengalaminya. Gadis yang saat ini duduk dikelas dua SMA itu juga merasakan yang namanya lelah dan sedih.

Tapi ada satu hal janggal yang terjadi di saat ia merasa sedih, lelah atau bahkan putus asa.

Saat ia merasa lelah dengan semuanya, ia akan menangis dan ketika ia menangis, matanya akan melihat lebih dari sepuluh orang-orang aneh yang berada di sekelilingnya.

Maksudnya, mereka sama. Mempunyai mata, tangan dan kaki. Hanya saja jika di bandingkan, mereka terlihat jauh lebih pucat.

(Namakamu) menyadari keanehan ini ketika ia duduk di kelas satu SMP. Tetapi saat itu, ia tidak begitu perduli. Yang ia syukuri adalah saat seorang lelaki dengan seragam SMP menghampiri dirinya yang kala itu sedang menangis dalam diam di perpustakaan.

Sekolahnya bukan seperti yang sering kalian lihat di film-film. Dimana lumayan banyak orang terlihat sibuk di perpustakaan.

Sekolah (Namakamu) tepat di perpustakaan nya adalah tempat yang jarang sekali di masuki oleh siswa. Bukan berarti tidak ada yang masuk, hanya saja tidak ada yang berniat berlama-lama duduk disana atau sekedar menumpang tidur seperti yang suka ia baca di novel.

Perpustakaan di sekolah SMP nya saat itu sangat sepi. Hanya ada dirinya juga sang penjaga yang sedang sibuk di mejanya. Ah, setidaknya ada seorang lelaki yang duduk di meja ujung saat itu.

(Namakamu) tidak berpikir apapun. Ia hanya meluapkan air matanya tanpa suara. Hingga ia mendengar suara kursi dihadapannya berdecit tanda jika seseorang menarik kursi tersebut.

Gadis itu buru-buru menghapus air matanya kemudian mendongkak untuk melihat siapa yang datang.

Rambut yang di sisir kearah kanan, mata yang menyorot tajam namun terlihat menenangkan. (Namakamu) melihat lelaki yang tadi duduk di meja ujung, kini berhadapan dengan nya.

"Kamu ini kenapa?" tanyanya dengan begitu tenang.

(Namakamu) tersentak, bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apa suara tangisnya terdengar hingga meja ujung sana?

"Nangis di tempat seperti ini gak akan bikin kamu tenang. Cari tempat yang terbuka, nangis sepuasnya. Jangan di tahan-tahan." ucap lelaki tersebut dengan nada berbisik di akhir.

(Namakamu) tidak menjawab apapun. Si lelaki yang tidak ia ketahui namanya pun tidak berniat berlama-lama duduk disana. Ia beranjak dari kursi kemudian berjalan keluar dari perpustakaan.

Huffft.

Gadis itu menghela napas. Padahal ia sudah berusaha menangis tanpa suara, tapi sepertinya itu sulit di lakukan di tempat hening begini.

(Namakamu) memutuskan untuk membasuh wajahnya dengan tissue basah yang selalu ia bawa sebelum akhirnya ikut beranjak dari sana.

Ketika (Namakamu) hampir dekat dengan meja sang penjaga, beliau mendongkak lalu memerintah, "Nak, tolong ambilin buku sains kelas tiga ya. Satu biji aja." katanya.

(Namakamu) tersenyum kemudian mengangguk. Berjalan cepat mencari buku yang disebutkan lalu kembali ke meja sang penjaga dengan sebuah buku di tangannya.

"Ini, bu."

Bu Anna, begitu anak-anak menyebutnya. Wanita berhijab abu-abu itu mengulurkan tangan, menerima buku tersebut sambil tersenyum kearahnya.

Random x IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang