Part 2

15 1 0
                                    

Aku, Rana. Mahasiswi tingkat akhir di salah satu universitas di Kota Yogyakarta. Kalian sudah tahu kan keluarga aku seperti apa? Kami kehilangan ayah tercinta kami. Kalian tahu? Bagian tersulit dari hidup ku ini adalah kehilangan orang-orang yang aku cintai. Kami terpisah oleh jarak yang bahkan tidak kasat mata, tak terjamah oleh manusia seperti kita.
Ayah, adalah sosok pria lembut. Selama 23tahun aku hidup, beliau jarang sekali memarahi ku. Aku ingat, dulu ayah pernah marah besar karena aku pergi bermain tanpa berpamitan, sampai rumah basah kuyup karena kehujanan. Aku tahu, ayah akan marah saat itu. Sungguh aku ketakutan ketika beliau hanya melirikku ketika aku memasuki rumah.
Kenangan itu selalu memebekas, di hari itu aku mulai berjanji untuk tidak pernah mengecewakan beliau.
5 tahun lalu, ayah meninggalkan kami yang pada saat itu aku baru saja mendapat surat bahwa aku diterima di universitas pilihanku. Rasa senangku tertutupi oleh duka yang kami rasakan. Bunda sungguh hancur saat itu, tidak mudah bagi bunda untuk mengikhlaskan laki-laki yang sudah menemaninya selama 30 tahun. Aku meraung-raung saat itu, tidak sanggup melihat ayah terbujur kaku, hanya abang ku yang terlihat baik-baik saja. Tapi aku tahu, sorot mata nya mengatakan dia tidak baik-baik saja.
Ayah mengalami kecelakaan saat pulang dari tempat ia bekerja. Saat itu ayah lembur dikantor agar semua pekerjaannya cepat selesai. Aku tahu ayah bekerja keras untuk kami, apalagi aku akan mulai masuk universitas, tentu saja biaya nya tidak sedikit. Karena kelelahan bekerja sehingga membuat beliau tidak konsentrasi saat mengemudi akhirnya ayah tertabrak oleh truk. Ketika pihak rumah sakit menghubungi bunda, bunda langsung pingsang. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Abang yang saat itu juga masih di kampus langsung ku hubungi agar cepat pulang. Selagi menunggu abang, bunda sadar dan menceritakan apa yang terjadi. Kami segera bergegas ke rumah sakit, tak lupa mengabari abang untuk ke rumah sakit juga.
Memang nasib kami tidak beruntung, sesampainya dirumah sakit ayah sudah tiada.

KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang