Hi Hello

120 9 0
                                    



Don't like don't read.












Aku menyusuri jalanan sepi di depanku ini, menenteng sebuah tas yang sama seperti yang ku gendong dipundak. Juga koper besar di tangan kananku, jika orang melihatnya pasti merasa aku adalah salah satu pelajar yang sedang menikmati libur panjang.

Tapi tidak, aku sedang menuju tempat yang akan menjadi tempat tinggal ku sekarang. Padahal kemarin aku sudah kemari untuk bernegosiasi dengan pemilik bangunan, tapi sekarang bahkan aku lupa tempatnya. Bangunan di sini terlihat sama, terlihat kumuh.

Mencoba mengingat, ah ya! Itu dia, kamar paling ujung. Dengan pintu coklat, kamar paling murah dan ternyata aku yang harus membersihkannya sendiri. Maklum saja, aku menyewanya dengan harga murah, mencoba melupakan wajah pemilik bangunan yang terlihat tidak bersahabat. Dari wajahnya saja aku bisa melihat, dia orang yang tidak menolerir tunggakan bulanan kamar ini.

Hah sudahlah...

Kalian pasti berfikir aku sedang berpindah karena aku baru mendapat sekolah jauh dari rumah kan?

Tapi sekali lagi, itu tidak benar. Aku pindah dari tempat sebelumnya karena keadaan. Sebelumnya aku tinggal di sebuah panti asuhan, dan sekarang umurku sudah 15 tahun. Yang seharusnya sudah menghidupi diri sendiri, karena saat umur ini panti asuhan melepas tanggung jawab kepada yang diasuh.

Kenapa tidak diadopsi seseorang? Karena sialnya aku dilahirkan entah oleh siapa, singkatnya aku tidak memiliki berkas yang lengkap dan jelas. Mana ada orang normal yang mau mengadopsi seorang anak yang tidak jelas asal usulnya, mungkin saja seorang yang berbahaya misalnya.

Sebenarnya aku pernah berniat diadopsi saat berumur 13 tahun oleh seorang pria dewasa yang tidak memiliki anak dan tidak memiliki istri.

Aku tidak bodoh, aku selalu mencari tahu siapa yang berniat mengadopsi diriku. Latar belakang yang buruk, aku akan menolak walau dia orang kaya sekalipun. Yang ada di pikiran kalian pasti, aku akan dibawa kerumahnya, tinggal enak di rumahnya. Tapi tidak, dia seorang yang berbahaya, buktinya dia tidak mementingkan berkas. Dia berniat buruk terhadap diriku, sesuatu yang menjijikan. Argh... jangan membahas itu.

Ya sebelumnya aku tinggal di sebuah panti asuhan. Perlu digarisbawahi, dari lahir. Bahkan tidak ada yang tahu siapa orang tuaku.

Jangan mengasihani ku, kalian pikir di panti asuhan pasti hidup dengan buruk, tidak ada kasih sayang, tidak ada kebahagiaan, bahkan hanya ada tangis. Ayolah itu tidaklah benar, di sana adalah tempat yang hangat.

Hidup susah? Itu tidak sama sekali. Kita hidup berkecukupan, bahkan lebih dari itu. Uang selalu mengalir dari seorang donatur, baik yang datang setiap bulan karena merasa memiliki uang lebih, seseorang yang baik dan ikhlas.

Ada juga yang hanya datang sekali, mendonasikan uangnya, berfoto-foto dan berakhir hanya untuk terlihat baik di muka umum. Biasanya ini kelakuan anggota pemerintahan yang berniat menjabat.

Sering juga ada beberapa sekolah yang mengajak siswa-siswinya berbagi dengan kami. Memberikan beberapa makanan dan alat tulis.

Jangan pikir kita tidak bersekolah, kami bersekolah dengan baik. Bahkan di sekolah swasta, yang pemiliknya juga donatur panti asuhan tempatku tinggal.

Tapi tidak lagi dibolehkan untukku, aku sudah lewat batas usia tinggal di panti asuhan. Juga tidak ada high school yang dimiliki seorang donatur disana. Sekarang aku harus berusaha sendiri, berpindah dari Daegu ke Seoul untuk melanjutkan hidup dan tentu saja bersekolah.

Harus sedikit lebih berusaha daripada kalian saat mendaftar sekolah. Aku harus mencari beasiswa, tidak akan mampu membayar biaya sekolah. Untuk tinggal sebulan ini aku mendapat tunjangan dari panti asuhan sih. Tapi untuk selanjutnya aku harus lebih berusaha.

China Sebelah : NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang