Part 10. Party

417 73 2
                                    

Third Punya Sarina: aku udah sampai di depan rumah kamu.

Sarina tersenyum dan menyimpan ponselnya ke dalam saku gaun selututnya.

Sekali lagi Sarina bercermin. Ia merapikan rambutnya dan berputar ria di depan cerminnya itu.

"Sarina, pacar kamu nungguin!"

Mamah tau dari mana Third pacar gue?"

"Iya Mah." Sarina menyambar dompet kecilnya dan berlari ke luar kamar.

Sarina tersenyum melihat Third tengah duduk di ruang tamu dengan orang tuanya. Ada rasa hangat di dadanya. Sarina menghampiri mereka.

"Hmm, Mah, Sarina pergi dulu ya?" Sarina menyalami tangan kedua orang tuanya bergantian.

"Hati-hati, pulangnya jangan terlalu malam. Third, jagain anak Mamah ya, lagian kan kamu pacarnya."

Third mengangguk. "Syiap Tante, eh Mah."

"Ya udah, kita pergi dulu, Mah."

"Iya."

Third menggenggam tangan Sarina dan membawa ke mobilnya.

"Nggak dibukain pintunya?" tanya Sarina, saat Third telah masuk ke dalam mobil kemudi.

"Nggak, kayak sopir pribadi aja."

Sarina cemberut. "Ya udah." Sarina masuk ke dalam mobil.

"Kamu cantik banget pake baju itu, aku sampai pangling lihatnya." Third tersenyum ke arah Sarina.

Sarina salah tingkah. "Kalau nggak pakai baju ini aku jelek ya?"

Third terkekeh. "Nggak lah sayang, pakai baju apa pun kamu cantik kok."

Sarina tersipu malu. Ia tak pernah menyangka kalau dirinya akhirnya jadian dengan Third. Dirinya pun merasa aneh menggunakan aku-kamu dalam percakapannya. Third sendiri kadang menyebutnya dengan panggilan sayang. Canggung benar-benar canggung.

"Pulangnya jangan terlalu malam ya, Third? Aku takut Mamah sama Papah nanti marah."

Third menghidupkan mobilnya dan melaju stabil di jalan perumahan Sarina dan terus ke jalan raya. "Iya aku tahu, Mamah kamu kan udah bilang juga."

"Makasih ya."

"Bilang, makasih ya sayang, dulu. Baru aku terima, terima kasihnya." Third tersenyum jahil.

"Ih, lebay banget tahu." Sarina mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

"Ya udah."

"Ya udah." Sarina mengulang ucapan Third.

"Ya udah."

"Ya udah aja terus."

"Kan, ngambekan. Aku ngambek juga nih."

Sarina mencuri pandang ke arah Third. "Cowok jelek kalau ngambek."

"Cewek ngagenin kalau ngambek." Third tertawa dan merangkul pundak Sarina. Seperti itulah kegiatan mereka sampai akhirnya sampai di depan rumah Chintami yang dudah didekorasi.

Sarina turun dari mobil disusul Third. Sarina lalu menggandeng tangan Third saat Third sejajar dengannya. "Chintami itu siapa Porsche?"

"Chintami itu sahabat Porsche dan juga sahabat aku. Kami berenam, cuma dia yang cewek."

Sarina menggangguk-ngangguk. "Berarti dia tukang buli juga?"

Third menempelkan jari telunjuknya di bibir Sarina. "Stts, dia nggak kayak gitu, dia baik kok."

Love Warning [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang