Part 1. Anak Baru

1.1K 239 147
                                    

Seorang gadis berwajah campuran Indonesia Thailand turun dari mobilnya. Tak lupa ia berpamitan kepada sopir pribadinya. Dengan jantung deg-degan ia melangkah masuk ke sekolah barunya. SMA Airlangga. Sekolah yang terkenal di setiap penjuru pusat kota. Ia terpaksa harus mengikuti orang tuanya, walau harus merelakan semua di tempat lamanya. Persahabatan dan kisah cintanya pun kandas karena pindah ke Jakarta ini.

"Waw, anak baru guys! Cantek pula tuh. Ini nih baru glowing."

Terdengar suara-suara bersahutan, sepanjang Sarina melewati koridor kelas 11. Gadis itu hanya tersenyum membalas jika ada yang menyapanya.

"Tapi...kok kacamatanya gede amat. Kan ketutup mukanya."

"Iya, gayanya juga cupu banget. Padahalkan cantik."

"Rambutnya kayak kapas, gelundel-gelundel."

"Termasuk oke tuh cewek. Tapi...gue takut aja dia kena buli sama geng-nya 3rd."

Geng 3rd adalah sebuah perkumpulan siswa Bad Boy yang di ketuai oleh Third. Anggotanya beranggotakan lebih dari sepuluh. Tapi, karena banyak yang pindah dan sering terjadi pertengkaran, sekarang hanya tinggal lima orang. Yaitu, Third, Marc, Porse, Heksa, dan Erick. Mereka selalu bersama-sama, di mana pun, dan kapan pun itu. Persahabatan mereka sangat erat. Bahkan, banyak orang yang iri dengan hubungan mereka. Bagi mereka persahabatan adalah segalanya. Third selaku ketua bertanggung jawab jika ada yang berselisih paham. Dan, mereka benci dengan cewek cupu. Cewek yang sok polos tapi sebenarnya busuk. Cewek cupu yang menurutnya tidak pantas berada di SMA Airlangga ini.

Bel masuk berbunyi. Gadis itu entah kenapa lupa kelasnya yang ditunjukkan kepala sekolah saat mendaftar kemarin. Ia mematung di dekat kelas 11 yang sangat asing baginya.

Tak ada pilihan, Sarina akhirnya memilih bertanya kepada seorang laki-laki yang sedang berjalan menggunakan pakaian basket.

"Permisi, kelas 11 IPS 1 di mana, ya?"

Laki-laki itu berhenti, ia lalu menoleh ke arah suara yang menyapanya.

"Lo nanya ke gue?"

Sarina mengangguk.

"Lo salah nanya ke gue. Tapi, kali ini akan gue coba jawab." Laki-laki itu menjeda sejenak.

"Kelas 11 IPS 1 di lantai 2 dekat ruang Bk," jawabnya agak sarkas. Bulu kuduk Sarina langsung berdiri. Bawaannya horor, tapi kegantengannya malah membuat Sarina deg-degan. Memang tidak seganteng Manu Rios. Tapi di Asia Tenggara itu sudah menggugah selera.

"Oke makasih ya? Btw, nama kamu siapa?"

Ini kesempatan gue. Tapi gue harus tetap jaga image, batin laki-laki itu.

"Nama gue Third. Dan, mulai sekarang lo harus hati-hati sama gue."

"Lah kok gitu?" tanya Sarina terdengar menantang.

Third hanya diam. Laki-laki berambut di cat pirang itu pun melangkah pergi meninggalkan Sarina dan sekerumunan murid-murid yang melihatnya berbincang dengan Sarina tadi. Ini sebuah petaka baginya. Bagaimana jika teman-temannya yang lain tahu jika ia berbicara dengan seorang gadis cupu? Third menghembuskan napas lelah.

******

"Perkenalkan nama saya Jubjang Sarina Rutanna. Panggil aja Sarina. Saya pindahan dari Yogyakarta."

"Baik, Sarina silakan duduk. Kamu boleh duduk di bangku paling belakang, karena cuma itu yang kosong. Baik, anak-anak mari kita lanjutkan pelajaran mengenai sejarah perkembangan teknologi di Indonesia."

Sarina mengangguk dan pergi ke bangku yang ada di belakang. Sarina sebenarnya enggan duduk sendiri, terlebih di barisan paling belakang pojok. Tapi, apa daya anak baru takkan mungkin membantah.

Sarina duduk dan meletakkan tasnya. Beberapa pasang mata tak henti menatap Sarina dengan tatapan yang sangat aneh dan tak bisa diartikan. Sarina berusaha biasa saja dengan tatapan seperti itu.

Sarina mengeluarkan ponselnya dari saku dan men-chat Kharin, teman lamanya di Yogyakarta.

JubjangSarina: Rin, gue udah resmi jadi murid SMA Airlangga. Sumpah gue gugup. Doain yang terbaik ya?

Beberapa menit masuk balasan pesan dari Kharin.

Kharin: Yang semangat. Lagian itu sekolah terfavorit, persaingan ketat, harus rajin belajar. Jaga image, biar banyak yang naksir, jangan terlalu cupu lagi. Kalau bisa lo ganti kacamata lo sama yang lebih keren. Gue selalu mendukung lo, di mana pun itu. Dah, gue sibuk.

Sarina tersenyum melihat balasan dari Kharin yang dirindukannya. Ia jadi teringat Adrian, mantan pacarnya yang terlalu parah.

"Permisi, boleh saya masuk, Bu?"

Sebuah suara menyita perhatian seluruh siswa yang ada di kelas. Sarina mengalihkan perhatiannya pada sosok yang berdiri di ambang pintu.

"Kenapa kamu telat lagi? Ya udah masuk, Ibuk muak dengar alasan kamu yang itu-itu terus."

Sarina melotot melihat orang yang kini sedang berbicara dengan guru yang mengajar. Dan orang itu berjalan ke bangkunya.

"Lah ngapain kamu duduk di sini?" tanya Sarina saat Third duduk di sebelahnya.

"Emang ini tempat duduk gue," balas Third santai.

"Hah?"

Pantesan orang-orang pada lihat gue pas duduk di sini. Nyatanya tempat duduk dia. Eh? Bukannya dia orang yang ngasih gue alamat kelas tadi?

"Eh, bukannya lo-" ucap mereka bersamaan.

"Elo cewek yang tadi kan? Lah kenapa kita sekelas?" tanya Third agak tersulut emosi.

"Loh, bukannya lo yang nunjukin kelas gue?"

Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Anehnya kenapa Third tak sadar ternyata gadis itu menanyakan kelas yang ternyata adalah kelas dia sendiri?

Mampus gue! Apa lagi nanti kata marc sama yang lain?

Sarina mengeluarkan bukunya dari tas dan mulai menulis pelajaran yang ada di papan tulis.

Hari ini benar-benar...euh!

*****

Nah gini nih tampilan baru Love Warning setelah direvisi. Gimana? Enak nggak dibaca? Atau biasa aja? Soalnya yang lama blak-blakan banget.

Vote dan komen.

Baca terus sampe akhir, ya. Cuma 13 part kok.

Instagram: cindyliaa_

Love Warning [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang