Part 7. Ke tembak

503 124 29
                                    

Sarina duduk di kursinya dengan wajah kesal. Angel dan Celine langsung mendekat di mana Sarina duduk.

"Kenapa lo?" Celine duduk di sebelah Sarina, sedangkan Angel duduk di depan mereka.

Sarina menggeleng. "Gue nggak mau nyusahin kalian."

"Loh? Gapapa kok lo kan teman kita." Angel terlihat bingung. "Ceritain aja kalau lo memang ada masalah. Mana tahu kita bisa bantu."

Sarina menggeleng. "Berat ceritainnya."

"Ceritain aja kali Sar, kita ini temen lo kan? Jadi kenapa lo ragu ceritainnya ke kita?"

Sarina hanya diam. Angel dan Celine semakin bingung dibuatnya.

"Awas, gue mau duduk." Third entah dari mana datangnya mengusir Celine yang duduk di kursinya.

Celine menoleh dan berdiri. "Sori."

"Lama banget sih?" Third meletak tasnya di atas meja. Celine dan Angel lalu pergi.

"Mau ke mana?" Third menahan tangan Sarina yang hendak berdiri.

"Bukan urusan lo." Sarina melepaskan tangannya dari genggaman tangan Third.

"Urusan gue."

"Apaan sih nggak jelas." Sarina lalu berlari ke luar kelas.

Third memandangi kepergian Sarina. Ia yakin gadis itu kini sedang sakit hati. Karena, ulah teman-temannya sendiri. Third menghela napas berat.

Angel dan Celine akhirnya tahu apa penyebab Sarina murung. Mereka pun mengikuti Third yang berjalan ke luar kelas.

*******

"Maafin ulah temen gue untuk ke berapa kalinya. Gua nggak bisa melarang mereka melakukan itu. Fatal bagi gue nantinya."

Sarina membuang wajah. Third mendekat dan duduk di sebelah Sarina.

"Udah lah Third. Maaf lo itu nggak berguna bagi gue," ucap Sarina sarkas.

Gue pengen banget melarang mereka untuk buli lo, tapi gue takut merusak hubungan gue sama mereka. Apa gue harus relain persahabatan gue demi lo, Sar?

"Sar ... gue kasian lihat lo yang di buli terus sama mereka. Se-"

"Lo cuma bisa kasian, nggak lebih dari itu." Sarina tersenyum masam.

Third terdiam. Dadanya tiba-tiba sesak. Ada rasa ingin memberontak di dalam sana. Tapi, ia tidak tahu pemberontakan untuk apa.

"Sar ... ."

Sarina menoleh. "Apa lagi?"

Jleb.

"Hmm ... gue itu ... ."

"Itu apa?" Sarina terlihat bingung.

Jangan-jangan dia mau nembak gue lagi?

"Au ah." Third membuang muka.

Sarina mengembuskan napas lega. Hatinya belum siap.

"Lo nggak bisa pergi dari sini? Dari tadi lo ngikutin gue terus." Sarina menatap sepatunya.

"Nggak."

"Gue mau ke kelas. Jangan ikutin gue." Sarina berdiri.

Third mengernyit. "Lah? Kenapa nggak boleh? Gue juga mau ke kelas. Bel mau bunyi, kan?"

Third benar. Sarina lah yang salah memilih cara mengusir Third.

"Terserah lo." Sarina berjalan meninggalkan Third.

"Gue sebenarnya suka sama lo. Tapi, karena mereka semuanya berubah." Third mengigit bibirnya setelah mengucapkan isi hatinya. Mungkin inilah pemberontakan di dadanya tadi.

Sarina terdiam. Jantungnya tiba-tiba berdetak cepat. "Lo, la-lagi bercanda, kan?" Sarina memutar badannya, kembali menghadap Third.

Third balas menatap Sarina dengan bibir yang terkatup rapat.

"Jawab Third."

"Maafin gue, Sar, yang nggak bisa melindungi lo saat temen-temen gue buli lo. Sebenarnya gue udah ada rasa sama lo semenjak lo marah-marah waktu itu."

Sarina memandangi Third separuh tak percaya. Ada rasa kecewa di hatinya. "Jadi lo nembak gue? Cih, Ketua Tukang Buli suka ke gue, palingan nanti gue di buli terus tuh. Udahlah Third, gue capek." Sarina melangkah pergi.

Gue ditolak?

Third memandangi punggung Sarina yang menjauh meninggalkannya.

******

"Rick, mana yang lain?"

Erick tak menyahuti. Ia sibuk merapikan buku-bukunya.

"Woi jawab dong, gue udah capek-capek ke kelas lo tahu." Third menggeram.

Erick tetap diam. Ia berjalan ke luar kelas. "Lo pikir aja, lo itu masih temen gue atau nggak."

Third mengernyitkan dahinya bingung. "Maksud lo?"

Erick tersenyum miring. "Jangan sok bego Third. Gue tahu kok apa yang terjadi. Sekarang lo pilih gue sama yang lain atau Sarina?"

Mata Third membulat. Kedua pilihan itu takkan pernah ia lepaskan. Bagaimana pun caranya.

******

Votmen ya!

Love Warning [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang