●sebelas●

664 96 14
                                    

"kalo dipikir-pikir apa sih yang kurang dari Adel? Dia cantik, sama kayak Kinan. Dia juga baik, pada kenyataannya. Dia sadar dia salah, makanya sebagai penebus dosa setiap hari dia berusaha untuk jadi istri yang sempurna buat elo meskipun gak akan pernah bisa sampe kapan pun. Tolol tau gak lo?"

"Adel emang cantik, dia juga baik. Dan sebagai imbalannya gue juga udah bertahan sama dia selama ini. Lima tahun, Jun. Bayangin. Elo yang tolol. Karena lo gak bakal ngerti gimana rasanya jadi gue. Apa yang selama ini gue dapetin pas sama Kinan, gak gue temuin didalam diri Adel."

"lo tau setiap orang itu berbeda kan?"

"tau."

"kalo begitu lo juga tau dong, mau lo arahin kayak gimana juga Adel gak akan bisa sama persis kayak Kinan. Dua-duanya punya karakter yang berbeda."

"dan cinta gak bisa dipaksain. Lo juga tau itu, pakar cinta."

Juna bungkam sambil menarik nafas kuat-kuat untuk meredam emosinya sendiri. Kepalanya mulai mendidih hanya karena berdebat dengan Attala.

"gue mau lanjut kuliah kayaknya, menurut lo gimana?"

"ada niat dari mana lo buat sekolah lagi?"

"biar gue bisa ngelepasin beban gue dengan hal yang positif."

"mau sampe kapan sih kayak gini, Ta?" Juna memicingkan mata. "gila tau gak lo."

Sementara itu Attala tak membalas lagi. Cowok itu mengalihkan pandangan kearah lagi. Nampak sudah muak dengan semua ocehan Juna yang baginya tak berpengaruh apapun.

"punya pendirian dong. Jangan jadi laki-laki yang cemen, tegasin iya atau enggak. Gue harap lo bisa pertahanin rumah tangga lo tanpa harus adanya alasan." tuturnya panjang memberi petuah. Terserah mau didengar atau tidak, yang penting Juna sudah menyampaikan pendapatnya. "nih,"

Attala menoleh, memandangi sebuah undangan pernikahan yang disodorkan oleh Juna. Tak lama undangan dengan warna dominan gold itu berpindah ke tangannya. Sorot mata Attala berubah ketika membaca dua nama insan yang tertera disana. Juna & Prita.

"gue udah bukan Juna yang dulu lagi. Ini cewek gue satu-satunya yang bakal gue seriusin sampe maut memisahkan." ujar Juna mendapati keterkejutan dibalik ekspresi sahabatnya itu.

Sudut-sudut bibir Attala tertarik keatas membentuk senyum. Sambil membaca sekilas undangan tersebut, Attala terkekeh pelan.

"akhirnya, selamat Jun. Gue gak nyangka lo bakal ada dititik ini."

"sialan. Lo kira gue mau apa ngelajang sampe ubanan?" cibir cowok bersurai lurus itu, yang langsung disusul tawa dari Attala.

"ya tapi lo gak kedengeran deket sama perempuan manapun. Gak cerita-cerita sama gue pula."

Sementara Juna hanya menimpali dengan senyum tipis. Baginya Attala sudah memiliki banuak pikiran, maka untuk sekadar bercerita tentang ia yang menggaet wanita asal Jogjakarta saja rasanya tidak perlu.

☀☀☀☀☀

Sukses membangun benteng pertahanan selama bertahun-tahun, saat ini Attala harus kembali dilanda kegalauannya. Sifat-sifat asli yang sudah ia sembunyikan kembali terlihat mendominasi.

"Ta, aku boleh minta sesuatu gak?"

Attala yang sedang berfokus pada ponsel dengan posisi setengah berbaring diatas tempat tidur itu menoleh. Terdiam saat Adel mengambil posisi duduk disebelahnya.

"apa?"

"aku mau gabung ke komunitas baking, soalnya kan aku suka bikin-bikin kue gitu. Biar nanti kalo ada kesempatan aku bisa buka orderan. Tapi aku butuh dana untuk gabung sama mereka."

✔ Before We Done;Spin off Attala // NCT TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang