pengalaman kerja!

254 30 5
                                        

Helloooo!👋
.
.
.
.
.
.
"untuk meja 2"
"Meja 5 pesan steak setengah matang, harus setengah matang ingat!"
"Pelanggan di meja 1 komplain, anggur nya salah tahun"
"Siapa yg melayani meja 1?"
"Saya pak!"

Pria tambun berkepala botak itu menatap malas yoongi yang menunduk takut didepannya
"Kau lagi?!?"

"Maaf pak"

"Ini.." dia diam sejenak, memandang keatas seakan berpikir sebelum melanjutkan "ah aku tak tau sudah berapa kali kau melakukan kesalahan, dan kau masih 3 hari bekerja di restoranku!"

"Maaf pak maaf, saya tidak akan melakukan kesalahan lagi"

"Peringatan terakhir, kembali bekerja!!"

Yoongi mengucapkan terima kasih berulang-ulang sambil membungkukkan badan teramat rendah, juga berulang-ulang. Dia menoleh saat dirasa seseorang menepuk pundaknya

"Mukamu sangat pucat, kau yakin baik-baik saja?"

Memaksa tersenyum "aku oke, hanya kelelahan sedikit"

"Badanmu panas astaga"

"Huh, aku baik-baik saja kak josh"

Pemuda berkostum chef itu berkacak pinggang dengan mata melotot mirip ibu-ibu yang marah saat mendapati anak nya tengah berbohong. Yoongi terkekeh

"Kau tak dengar kata bos? Kembali bekerja" ujarnya sambil berlalu meninggalkan si pemuda chef yang mulai mengomel.

Yoongi pergi ke bagian reservasi, dan menemukan seorang gadis yang tengah sibuk di sambungan telepon, tak mau mengganggu dia memilih mendudukkan diri disamping si gadis dan mulai memijat kepalanya pelan

"Kau oke?"

"Umh.hum"

"Kau benar-benar pucat yoon!"

"Aku oke, astaga"

"Wajahmu berkata sebaliknya ish!"

"Heh daripada ngomel lebih baik bantu aku pasangkan ini ke punggungku" selembar koyo diulurkan, mumpung sepi pikirnya

"Eh, badanmu juga panas"

"Seulgi.. pada dasarnya kau memang cerewet tapi cerewet mu benar-benar meningkat hari ini"

"Yak! Aku khawatir bodoh! Bukan cerewet"

Yoongi terkekeh, beda dengan jeonghan yang cerewet disaat-saat tertentu, seulgi terlahir dengan mulut yang tak pernah diam, mulutnya terus saja melontarkan kaliamat, mengomentari apa saja yang ditangkap matanya. Bukan berarti buruk, yoongi malah sering terhibur oleh sahabatnya yang satu ini. Selain jeonghan, seulgi adalah orang yang sangat dekat dengannya di kota ini, sudah seperti saudara, mereka menamai diri mereka trio kebebasan. Karna, motto hidup mereka sama, hidup bebas tanpa kekangan. Konyol memang.
Dipandangnya seragam 'dinas' yang sedang ia kenakan, kemeja hitam dengan rompi biru garis-garis, dipadukan dengan rok selutut, kaki putihnya ditutupi stocking hitam. Dulu dia sering makan malam di restoran ini, dan dia benar-benar tak pernah membayangkan akan menginjakkan kaki disini sebagai pelayan, catat ya, SEBAGAI PELAYAN
Tapi apa boleh buat, dia sudah tak boleh manja mengingat betapa gentingnya situasinya saat ini. Berterima kasih pada seulgi yang mendapati yoongi uring-uringan 4 hari lalu karna tak bisa menemukan pekerjaan. Seulgi membawa yoongi ke restoran ayahnya, dan memaksa ayah nya itu untuk mempekerjakan yoongi. Ya, pria tambun dan botak lagi berwajah garang yang tadi mengomeli yoongi adalah ayahnya seulgi. Yoongi sih tak masalah karena saat dia diterima kerja 4 hari yang lalu, ayahnya seulgi sudah mewanti-wanti kalau dia tak akan memperlakukan yoongi berbeda dengan karyawan lain, walau dia adalah sahabat anaknya sekalipun, pria itu sangat menjunjung tinggi keprofesionalitas dalam bekerja. Pria itu bahkan tak segan memarahi seulgi kalau gadis itu melakukan kesalahan.
Seulgi bekerja di restoran ini juga?? Oh tidak, dia sedang di training, karena restoran ini memang didirikan atas nama seulgi, dan akan segera dialihkan ke tangannya, tapi ayahnya berpikir sebaiknya seulgi di beri pengalam kerja dulu, dia tak mau anaknya menjadi ketergantungan, dan terbiasa menerima apapun dengan instan, dia ingin seulgi berjuang dari bawah.
Selain seulgi, dia juga dekat dengan salah satu chef, bernama joshua yang adalah kakak dari seungchol, pacarnya jeonghan. Well, yoongi bersyukur setidaknya masih ada orang yang dia kenal di lingkangan kerja baru nya.

"Yoon, maaf ya.. kalau saja ayah mau menyerahkan restoran ini langsung ke tangan ku, aku takkan membiarkan mu lelah seperti ini, aih.. yoongi ku yang malang.." dipeluknya yoongi dari samping

"Heh, rencana ayahmu ini sudah bagus tau, biar kau merasakan susah nya dunia kerja, jadi nanti kau bisa menghargai pekerjaan mu walau sekecil apapun itu. Lagi pula posisi apa yang cocok untuk bocah lulusan Sma seperti ku"

"Aku bisa berikan meja reservasi untukmu, hanya perlu duduk manis dan mereservasi, tak perlu berlarian dia dapur"

"Heheh.. ah kau memang sahabatku.." dipeluknya balik seulgi.
Mereka sibuk tertawa saat tamu lain datang, seulgi dengan sigap melayani, lalu yoongi membawa mereka ke meja yang seulgi sediakan.
Sebenarnya kepala nya sudah sangat pusing sejak sore tadi, tapi karena dia masih baru 3 hari bekerja, dia pikir sangat tidak mungkin kan meminta izin, ya mau tak mau terpaksa bekerja.
Fokusnya sudah terbagi kemana-mana saat tamu menyebutkan pesanan mereka, dengan kaki gemetar dia menuju dapur, mengantar pesanan pada regu masak

"Kau tidak baik-baik saja! Gosh!" Pekik joshua

"Huh, aku oke! Akan kuambilkan wine pesanan mereka"

Baru beberapa detik dia menghilang di pintu menuju penyimpanan wine, kepalanya mendongak kembali
"Wine tahun berapa?"

"90"

"Oke, 90"

Mengabaikan kepala nya yang sudah akan meletus, dia menggumamkan 'tahun 90' dengan mata yang mengedar kesana kemari.
"Ah itu dia"
.
.
.

"Meja 4"

Yoongi mengambil piring-piring berisi makanan yang tampak menggoda itu, dan meletakkannya di troli, mendorongnya pelan menuju meja 4.
"Selamat menikmati.."
Ucapnya pelan. Astaga, dia sudah tak tahan lagi, rasanya dia bisa pingsan kapan saja. Terhuyung kedepan dan mau tak mau menggunakan meja untuk menahan tubuhnya agar tidak ambruk, yang malah berakibat jatuhnya gelas berisi wine kearah seorang wanita. Wanita itu memekik melihat gaun putihnya yang sekarang sudah bernoda merah dari wine.

"NONA MIN! KAU DIPECAT!"

.
.
.
.
.
.
.

Yoongi membuka matanya yang terasa berat, menoleh kearah jendela, sudah terang. Kepala nya masih mengentak-ngentak tapi dipaksanya bangun, mata menangkap secarik kertas, tepat dibawah ponselnya

'Aku sudah buatkan bubur, makan lah dan jangan lupa minum obat, ada di atas meja. Kalau buburnya sudah dingin, hangatkan dulu ya, maaf tak bisa menungguimu sampai bangun, aku harus mengurus sesuatu di sekolah, aku akan kesini lagi kalau urusan ku selesai. Oh seulgi juga bilang akan mampir nanti. Bye yoon

Jeonghan'

Dengan malas dia menuju meja makan dan menemukan semangkuk bubur disana, masih hangat. Ahh, mungkin jeonghan belum lama pergi. Dihabiskan nya bubur itu dalam diam, lalu menenggak obat setelahnya.
Meninggalkan meja makan, dia menuju ruang tengah, dengan sedikit menghempaskan tubuh di sofa, dia meringkuk sambil terus menghela nafas. Dipandangi foto ibunya dilayar ponsel, ah, dia sangat rindu wanita itu.

Tangis yang sedari tadi dia tahan keluar sudah. Dia mulai menyalahkan dirinya yang tak bisa menjadi lebih berguna, mengapa dia tak bisa lebih mandiri, dan mengurus diri sendiri. Dia terlalu bergantung pada keluarga nya, memang dia hidup sendiri disini, tapi dia sama sekali tak pernah berniat untuk hidup mandiri, dia lebih suka mengharapkan keluarga nya untuk memenuhi kebutuhannya. Dia merasa bodoh karena mengikuti lifestyle teman-temannya yang lebih suka meminta daripada mencari sendiri. Harusnya dia bisa seperti jeonghan yang sudah bisa membiayai hidupnya sendiri dengan bekerja sampingan bahkan saat masih sekolah dulu. Tapi tidak, dia lebih suka menunggu rekeningnya diisi dan menghamburkannya tanpa mau tau bagaimana ayahnya bekerja untuk itu. Ya, dia mulai benci dirinya sekarang.

"Halo?"

"Yoongi?"

"Kak joon?"

"Iya yoon, ini kak joon, ada apa?"

"Aku.. akan pulang"

.
.
.
.
.
.
.

Tbc




differentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang