Halo,
.
.
"Keluarga lim menawarkan harga yang cukup menarik untuk tanah yang ada di kaki gunung sebelah utara, jauh lebih tinggi dari penawaran keluarga jeon, bagaimana joon? Haruskah kita lepas? lagipula kita butuh dana untuk menutup kerugian dari panen padi yang gagal"
"Hah,, sebenarnya sangat disayangkan, tanah yang ada disana cukup subur, tingkat keberhasilan panen disana juga lumayan"
"Kau benar, tapi kita butuh dana"
Keheningan untuk sesaat sebelum namjoon menjawab "Jimin mengatakan dia dan paman jiyong ingin membantu, tapi terkendala dengan keluarga pamannya, mereka punya 40% tanah dari keseluruhan tanah milik keluarga park, jadi pasti akan ada banyak pertentangan antara keluarga mereka dan pamannya"
"Ahh,, myungho ya kupikir mereka menjual tanah bagian mereka pada pada jiyong saat pindah ke pulau seberang"
"Jimin bilang mereka dapat beberapa persen dari hasil panen, semacam investasi"
Seunghyun terkekeh singkat saat mengingat dia dan myungho, adiknya jiyong sejak kecil memang tak pernah akur, mereka selalu berselisih paham, jadi masuk akal kalau dia menentang niatan jimin yang ingin membantu keluarganya. Namjoon berdehem mengundang atensi seunghyun, pemuda itu menatap ayahnya dengan serius dan berkata kalau ayahnya itu harus segera meyakinkan yoongi untuk menikah dengan jimin. seunghyun bertanya mengapa dan namjoon menjawab kalau jimin dan yoongi menikah, maka mereka akan menjadi satu keluarga, jadi tak akan ada pertentangan pada bantuan yang akan mereka berikan
Seunghyun menghela nafas dalam "Bukankah terkesan kalau kita menjual yoongi?"
"Ya gak sepenuhnya salah sih, tapi kan keluarga park sendiri yang mengajukan lamaran untuk yoongi, anggap saja ini salah satu keuntungan yang kita dapat dari pernikahan jimin dan yoongi"
Lagi keheningan mengisi, namjoon menepuk-nepuk pantat seoknam yang terlelap di gendongannya, setelah kelelahan bermain atau 'menghancurkan' rumah lebih tepatnya bersama namjin kakaknya. Sementara namjin tidur dengan nyaman di lantai beralas karpet bulu, seokjin bergerak otomatis membereskan kekacauan di ruang tamu yang tampak seperti baru saja diterjang badai. Tak ada yang menyadari yoongi dilantai atas yang langsung menunjukkan lantai bawah mendengar percakapan mereka dengan jelas, wajahnya menggelap, niatan untuk mengambil air minum hilang sudah, dia memilih pergi ke tangga menuju atap
.
.
.
Namjoon naik ke atap bermaksud mengambil cabai yang sudah dijebur atas permintaan seokjin, dia pulang lebih awal hari ini jadi untuk menghabiskan waktu sebelum makan malam, dia menawarkan diri untuk membantu seokjin yang sedang memasak. Tadinya seokjin menolak dan mendorong suamniya itu keluar dari dapur dengan alasan pria yang tidak seharusnya berada di dapur, namun bukan namjoon namanya kalau tidak keras kepala, maka seokjin memberinya tugas yang mudah saja, menumbuk cabai.
Di pintu masuk menuju atap dia melihat lisa berdiri gelisah membelakangi pintu itu, tangannya ada di belakang memegangi gagang pintu
"Lisa? ada apa mengapa berdiri disini?"
Seakan baru saja melihat hantu, lisa memandang namjoon dengan wajah terkejut yang gagal dia sembunyikan, dengan suara terbata-bata dia bertanya apa yang sedang kakaknya itu lakukan disana, namjoon menjawab dengan pertanyaan serupa. Lisa terus menghalangi namjoon yang berusaha masuk sampai indra penciuman namjoon menangkap bebauan yang dia kenal dengan baik
"Lisa, minggir!"
Nada tegas dan penuh dominasi itu pun berhasil menggetarkan lisa dan melangkah kesamping membiarkan namjoon masuk, dalam hati dia memohon agar tak terjadi masalah serius walau dia tau itu pasti akan terjadi
KAMU SEDANG MEMBACA
different
FanfictionDia hanya satu pribadi berjiwa bebas dan terkedepan. Ingin hidup tanpa memikirkan nilai2 kuno yang dipikirnya 'berlebihan' JiminTop! Cover pict cr: ig (syugarr91) Masalahnya gak berat2 amat, ceritanya ringan, seringan kapas😂 Judul mungkin ga nyambu...