"Kenapa kamu nggak minta diantar supir Mama ke sini?"
Jeongguk tanya setelah keduanya bebersih dan ganti sprei tempat tidur; air hangat showernya masih terasa pun sabun beraroma rempah. Taehyung kenakan pakaian Jeongguk—kaus oblong dan celana piyama—kebesaran, namun pasangannya tak berhenti diam-diam mengagumi.
"Sama sekali gak terpikir." Taehyung angkat bahu; ia benamkan pipi di bahu Jeongguk, merasa luar biasa nyaman dengan telapak tangan Jeongguk yang tak berhenti buat lingkaran abstrak di punggung. "Aku cuma pengen cepat sampai, ketemu mas Jeongguk, dan ...."
"Dan ...?"
Hening sejenak. Taehyung teringat bagaimana Mama pun tawarkan hal yang sama. Namun kakinya sudah tak bisa berhenti gapai kunci mobil. Kalimat Mama yang akhirnya beri tahu vila yang ditinggali Jeongguk, pun pesan singkat yang tiba-tiba sampai—bahkan waktu tiba di sini pun, Taehyung tak ingat sempat matikan mesin mobil atau belum.
"Aku kangen mas Jeongguk." Taehyung ucap pelan, lantas sembunyikan wajahnya dari jarak pandang.
Lawan bicaranya hela tawa pelan. "Hei, liat saya sini."
Taehyung geleng kepala.
"Tae—"
"Nggak mau."
Sebelah tangan usap kepala Taehyung yang masih keukeuh sembunyi, dan agaknya Jeongguk ingin momen ini tidak secepatnya berakhir. Seminggu kemarin dunianya gelap; Jeongguk seolah kembali ke masa-masa di mana ia salahkan diri sendiri atas kepergian Papa. Kalau saja ia bisa lulus lebih cepat, kalau saja ia turut ingatkan Papa supaya tidak terlalu keras terhadap diri sendiri, kalau saja—
"Mas Jeongguk?"
Yang namanya dipanggil tersentak karena ujung ibu jari elus pipinya. Lembut. Hati-hati. Hazel Taehyung tatap khawatir waktu Jeongguk layangkan pandang.
"Saya—menyesal, Taehyung."
Pasangannya tak respons apa pun. Taehyung minta Jeongguk keluarkan segala perasaannya terkait Papa malam itu. Five stages of grief—Taehyung ingat. Jeongguk masih berkutat di state keempat; depression. Masih belum ada tanda dalam dirinya untuk menerima fakta, kasarnya begitu. Dan makin lama seseorang ada di fase tersebut, makin tersiksa pula mereka. Agaknya Taehyung tak tega.
"Mas Jeongguk tahu arti bunga magnolia?" Taehyung lempar pertanyaan tiba-tiba; Jeongguk jawab dengan gelengan. Lantas, Taehyung benarkan posisinya, sandarkan punggung di muka dipan lalu biarkan pasangannya istirahatkan kepala di pangkuan. "Mereka lambangkan martabat—utamanya dari keluarga bangsawan. Tapi, di era sekarang, dalam pernikahan, they reflect one's purity and nobility. Aku pengen mas Jeongguk mengerti; dan mulai terima kenyataannya. Papa berpulang dalam keadaan perjuangkan keluarganya. Dan itu bukan salah siapa pun—termasuk mas Jeongguk." Jemari Taehyung sisiri surai raven pasangannya; pelan. Tenangkan. "Kalau ada hal sekecil apa pun yang ganggu pikiran mas Jeongguk; jangan lupa. Aku bakal selalu ada buat mas Jeongguk. Oke?"
Jeongguk tak jawab. Sang putra Jeon layangkan tangan tangkup sebelah pipi Taehyung.
Dadanya sakit—in a good way. Haturkan terima kasih ke seluruh langit dan bumi. Ketika dia pikir hanya ada Mama—seseorang yang perlu ia jaga; kini Jeongguk dapatkan sebuah keluarga kecil. Di mana ia bisa pulang ke sana dan temukan rasa bahagia yang dulu sempat hilang di tengah hidupnya.
—
Jeongguk practically dilarang berada lebih dari sekian meter dari Taehyung setelah itu.
Sejak Minggu malam Taehyung menyusul ke vila; lalu keduanya lakukan seluruh prosesi pengantin baru—yang telat—akan ada nada merajuk manakala Jeongguk berada agak jauh dari Taehyung. Katakanlah saat mengambil sprei, mencari handuk tambahan, bahkan saat Jeongguk hendak nyalakan air panas di kamar mandi. Jeongguk baru paham. Taehyung is someone who needs a constant affection—dan rasanya ia ingin menampar dirinya yang kemarin karena tidak tahu lebih cepat.
Sedikit momen di pagi hari; awalnya dinikmati namun kemudian Taehyung kerucutkan bibir. "Kita harus ganti sprei lagi," cemoohnya.
"Siapa yang putuskan goda saya pagi-pagi, hm?" Kalimat Jeongguk bernada usil—tak bisa hapus memori tentang Taehyung setiap kali mereka saling puaskan satu sama lain.
Lantas Taehyung bersedekap. Keduanya berada di dapur seselesainya Jeongguk beri tahu Namjoon akan ambil cuti dua hari ke depan. Dan untunglah isi lemari pendingin masih lengkap.
"Mas Jeongguk mau makan apa?" Kepala Taehyung terbenam di balik pintu kulkas—jelas tengah perhitungkan sesuatu.
"Kamu."
Yang digoda wajahnya memerah. "Mas Jeongguk! Serius. Kita butuh sarapan seenggaknya."
"Supaya bisa ke tempat tidur lagi setelah ini?"
"Terserah. Pokoknya aku mau makan! Jangan rewel kalau nanti lapar."
Jeongguk helakan tawa; simpan teleponnya di meja island. Vilanya terletak di daerah pegunungan, ia suka suhu dan suasananya di pagi hari.
"Saya bakal makan apa pun yang kamu masak, Sayang," katanya, lalu buka pintu freezer dan keluarkan beberapa paket daging beku. "Mau bulgogi?"
Hazel Taehyung yang berbinar telak silaukan Jeongguk. "Boleh ramen juga?"
"Tentu, Tae."
Ucap terima kasih di pipi pasangannya. Taehyung lalu jalan cepat tuju lemari gantung, keluarkan bungkus ramen instan dan siapkan di permukaan pantry.
Setelahnya, di tengah sesi memasak, Taehyung raih ponsel Jeongguk—sementara si empunya sibuk campurkan bumbu untuk bulgogi. Sayuran sudah ditata dan rapi; mereka hanya perlu masak bulgogi dan tunggu air mendidih untuk ramen.
Ketikkan judul lagu, atur loud speaker mendekati maksimal. Jeongguk tolehkan kepala saat nada pertama penuhi ruangan.
"Mas Jeongguk sini." Suara Taehyung agak teredam.
Berdiri berhadapan; Jeongguk biarkan Taehyung lingkari lehernya dengan kedua lengan. Pinggang pasangannya terasa pas dalam genggaman.
Vibe lagunya ingatkan Jeongguk akan spasi hanya untuknya berdua dengan Taehyung—sunyi, jauh dari apa pun. Slow dancing di tengah pantry; masing-masing hanya kenakan celana piyama rumahan dan kaus oblong. Sisa-sisa momen semalam isi dekorasi di sekitar leher Taehyung; pun Jeongguk—itu yang terlihat; untuk sisanya, Jeongguk pastikan hanya ia sendiri yang boleh lihat.
Harum vanila pasangannya menenangkan. Seperti rumah. Di mana pun Taehyung berada, di situ rumahnya. Benamkan hidung ke rambut pasangannya waktu Taehyung sandarkan dahi di bahu Jeongguk.
"My lover."
Hela tawa Taehyung muncul kemudian. Dan Jeongguk putuskan itu adalah hal favoritnya mulai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 11:11 • KOOKV
Fiksi Penggemartaehyung berpikir, mungkin lebih baik ia dijodohkan atas dasar rekan bisnis saja sekalian. lebih nyata. hidupnya terasa seperti mainan sekarang. +kookv. +older!jeongguk (cannot move on from mas jeongguk). +marriage!au (help me; bear with me). +basic...