Pernikahan Jimin dan Yoongi akan dilaksanakan di awal bulan Maret—begitu yang dibilang di amplop, di awal bulan pancaroba. Saat musim berpindah makin terik; dan musim tinggalkan masa dingin.
Taehyung pandangi bagian depan undangan; foto analog sahabatnya dan pasangannya. Serasi. Tak bercanda waktu ia pernah bilang: "Tuhan pertemukan kamu sama bang Yoongi di jalan bukan cuma maksud untuk say hi aja." Karena nyatanya, dari pertolongan kecil yang Jimin berikan pada Yoongi waktu itu, toh berlanjut pada hal lebih besar. Taehyung merasa bersyukur bisa jadi saksi semuanya.
"Udah, Tae?"
Suara Jeongguk tarik Taehyung dari ketekunannya baca undangan, masih pahat senyum waktu mengangguk pada pasangannya.
Sayup-sayup suara Yeontan yang kadang menyalak lembut dari ruang tengah, absen—Taehyung sudah mengantarkan makhluk cilik itu kemarin ke rumah Mama. Lekas. Setelah malam sebelumnya Jeongguk pulang ke penthouse dan umumkan rencana perjalanan seminggu ke depan. Iya. Lalu disusul Taehyung yang melompat ke gendongan. (Sesi latihan Jeongguk di gym agaknya sangat berguna untuk saat-saat seperti ini).
Kim Seokjin tinggalkan mereka dengan senyum lebar sebelum kembali ke balik setir. Tumpuk koper siap didorong di troli. Jeongguk biarkan Taehyung lingkarkan tangan di lengannya.
"Mau sarapan?" Jeongguk tanya setelah lewati proses pengecekan pertama. "Flight kita masih tiga jam lagi." Iya. Kebiasaannya datang sebelum waktu yang ditentukan.
Taehyung menggumam kecil. Ikuti apa pun keputusan Jeongguk. Cuma ingin ada di dekat pasangannya—katanya. Selepas showcase, Jeongguk dirudung pekerjaan; haruskan dia stay di kantor hingga malam.
Saat akhirnya pesawat take off dan Taehyung harus tutupi ke-tidak biasaan-nya berada di kursi first class, barulah rasa kantuk mulai datang.
Penerbangan sepuluh jam sukses buat kakimu macam tertindih bokong gajah. Jangan salahkan Taehyung yang alami disorientasi waktu akhirnya mendarat di Abu Dhabi. Mas Jeongguk, ini udah sampai? Mas Jeongguk, boleh ke kamar mandi? Mas Jeongguk, laper. Tambahan merengek saat Jeongguk beri tahunya masih akan ada satu penerbangan lagi selama lima jam ke depan.
Terbayang kalau nanti anggota keluarga mereka bertambah satu, Jeongguk akan punya dua bayi. Senyum kecil saat pikiran itu lewat di kepalanya—gulirkan atensi pada Taehyung yang saat itu sandarkan kepala di bahu Jeongguk dan sama sekali tak acuh pada suasana sekitar yang ramai.
—
Greece in winter—beautiful.
Jeongguk beruntung putuskan pilihan Namjoon antara Yunani dan Italia—di mana keduanya memiliki aksen masing-masing; Namjoon berikan lagi alasan terkuatnya.
Walaupun Italia terkenal akan kontribusi seninya ke seluruh dunia; Yunani adalah negara terlupakan. Ajak dia pergi ke reruntuhan Parthenon, jalan-jalan sore di pelataran urban Ionnanina dan makan kudapan musim dingin. Lagi pula, Taehyung pasti kenyang disuapi seluruh histori seniman Italia.
Senyum Taehyung lebar di hari terakhir.
Penerbangan kembali ke rumah masih sampai besok siang, dan Taehyung—kedinginan dan sedikit berkeringat sekembalinya dari hiking, hampir merengek kalau tak ingat ia rindu Yeontan.
"Mas Jeongguk mau tinggal di sini?" Taehyung layangkan tanya saat Jeongguk kembali dari kamar mandi. Uap air panas mengikuti figurnya.
"Terus nanti kerjaan saya gimana, Sayang," tanya balik—Jeongguk bubuhkan cium di pucuk kepala Taehyung yang baru saja kering. Sampo stroberi; seperti biasa; wanginya selalu tenangkan Jeongguk. Dan itu belum ditambah aroma vanila dari lotion pasangannya. Sudah. Nanti dia gila. "Istirahat, hm? Kamu semangat banget barusan hiking-nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 11:11 • KOOKV
Fanfictiontaehyung berpikir, mungkin lebih baik ia dijodohkan atas dasar rekan bisnis saja sekalian. lebih nyata. hidupnya terasa seperti mainan sekarang. +kookv. +older!jeongguk (cannot move on from mas jeongguk). +marriage!au (help me; bear with me). +basic...