Sekarang, memberi salam di pipi maupun bibir rasanya sudah lumrah. Mungkin kikuk, awalnya, karena seringkali mereka tertegun selama beberapa saat dan hanya buyar kalau Taehyung lantas menggeram sambil menutup muka atau Jeongguk buang pandang. Puncaknya kala keduanya putuskan habiskan sisa akhir minggu di depan teve raksasa di ruang tengah—sementara tokoh utama dalam film berjalan menjauhi api, Taehyung permisi untuk isi kembali mangkuk kudapan mereka.
"Mas Jeongguk pilih film lagi. Biar aku panasin makan malam." Lalu ia bangun dan beri hadiah kecil di pipi pasangannya. Refleks. Karena Jeongguk lakukannya pagi ini waktu ia bangun untuk lari pagi.
Duduk berdekatan di sofa; dengan Taehyung bergulung erat di dalam kungkung lengan pasangannya; nyatanya belum bisa mempersiapkan Jeongguk untuk menerima hadiah dari Taehyung. Ha. Jadi, berakhirlah skenario itu dengan kecanggungan.
"K—kamu ...."
Taehyung berdiri sembari pasang wajah inosen. "Habis tadi pagi mas Jeongguk cium pipi aku," katanya pendek.
Yang disebut namanya balik melongo, sebelah tangan tangkup area pipi yang barusan diserang."Tae—"
"Mas Jeongguk apa sih!" Kebiasaan Taehyung kalau malu—tutupi muka dengan kesepuluh jari lalu buat suara abstrak biar menyalurkan rasa malu sekaligus gugupnya. Iya. Satu hal yang selalu buat Jeongguk lupakan seluruh bebannya. "Aku maluu!"
Masih pegang pipi, Jeongguk lantas bangun dan hampiri kesayangannya; iya. Sekarang sudah diikrarkan besar-besar. Orang-orang di kantor pun tahu.
Rumor has it kalau Taehyung yang menelepon, Jeongguk akan pasang tanda do not disturb bahkan.
Genggam dua tangan Taehyung, geser, supaya Jeongguk bisa lihat pasang manik hazel pasangannya.
"Kamu ngapain malu gitu?" tanya Jeongguk lembut, "harusnya saya yang panas dingin."
Taehyung majukan bibir—ujian untuk Jeon level dua. "Habisnya aku mau tes; kenapa tiap mas Jeongguk yang cium aku, mas Jeongguk biasa aja."
Senyum kecil; Jeongguk layangkan tawa. "Luarnya biasa; dalemnya saya merinding, Tae." Well, perkataan publik tentang Jeon Jeongguk yang speak his mind truthfully nyatanya benar. Dan sialnya, Taehyung tambah gugup. "Manis kamu kalau merah mukanya."
Makin-makin, tomat kalah.
"Mas Jeongguuuuuk!"
—
Kembali Senin, kembali pada rutinitas masing-masing. Acara menontonnya dengan Jeongguk tadi malam selesai sebelum pukul sembilan. Kenyang dan masih menikmati skinship yang mulai lumrah, Taehyung dorong pasangannya ke kamar mandi buat ganti piyama.
Seperti biasa pula, Jeongguk tak pernah tinggalkan rutinitasnya lari pagi—selelah apa pun, semenggoda apa pun berbaring di samping Taehyung dan menunggu sampai ia mengerjap bangun.
Sapaan pagi—lagi; kali ini di dahi. Taehyung-nya menggeliat pelan dan tarik selimut hingga ke dada. Tidak salah. Desember di ujung hidung. Udara mulai dingin. Mungkin Jeongguk hanya akan habiskan waktu di treadmill ketimbang lari di luar—bisa-bisa dia flu.
Taehyung sudah duduk-duduk di island sekembalinya Jeongguk. Dan sekitar lima belas menit kemudian, keduanya duduk berhadap-hadapan. Sarapan. Kebiasaan mereka yang melewatkan sarapan terganti dengan rutinitas pagi yang baru.
"Nanti siang ke studio?"
Taehyung anggukkan kepala. Ia mulai menyukai kebiasaan paginya sekarang. Menyendok sereal ditemani obrolan ringan. Cologne Jeongguk tercium lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 11:11 • KOOKV
Fanfictaehyung berpikir, mungkin lebih baik ia dijodohkan atas dasar rekan bisnis saja sekalian. lebih nyata. hidupnya terasa seperti mainan sekarang. +kookv. +older!jeongguk (cannot move on from mas jeongguk). +marriage!au (help me; bear with me). +basic...