"Ananda ayo kita lompat bersama" Akhirnya pemberontakanku agar dilepaskan dari cengkraman orang yang jiwanya agak tergoncang (?) ini, berakhir. Aku tidak melawannya lagi. Aku menutup mataku rapat-rapat menanti kematian yang beberapa menit lagi menjemputku.
"Ada kata-kata terakhir?" Hanya gelengan seadanya yang aku suguhkan. Bukan karena aku merasa takut akan kematian sehingga aku jadi lemas dan terpuruk. Karena percayalah bila bisa sebelum aku mati aku ingin balik jungkir roll depan roll belakang split kayang dan berbagai olahraga ringan lainnya sebagai pemanasan, barang kali bisa membuat atau memperlancar pelepas nyawa dari ragaku. Tapi, karena keadaan tidak memungkinkan sehingga keinginan itu hanya akan menjadi angan-anganku semata.
Detik menjadi menit aku dengan sabarnya tetap menunggu. Hanya keheningan yang mendominasi saat ini.
"Ini kapan lompatnya?!! Kasian malaikat pencabut nyawanya udah nungguin daritadi!!" Aku masih memejamkan mataku, hanya kegelapan yang kulihat.
"Kok lo jadi ngebet banget pengen mati sih? Kalo pengen mati yaudah sana gue gak ngelarang kok" Perlahan aku membuka mataku. Pemandangan orang itu yang sedang tersenyum mengejek menjadi yang pertama kali aku lihat. Itu muka pengen aku cakar.
"Heh lo kan mau kita lompat!! Kita kan mau mati bareng-bareng ayoo!!!" Aku tarik tangannya itu agar kita lebih mendekat ke pembatasan gedung, bahkan aku sudah bersiap-siap naik pagar pembatasnya.
"Bodoh! Siapa juga yang ngajak mati? Orang gue bilang ayo lompat bareng-bareng doang kok. Liat nih kek gini" Sambil memperagakan lompat ditempat ia tertawa bahagia. "Ahahaha hahaha lo bodoh banget sih ahahaha hahaha" Ini orang pengen banget aku lempar dari bumi.
"Heh bambank!!! Lo ngerjain gue?!! Sini lo gue botakin!!" Kesabaranku menipis, ternyata ini orang cuma bohongan. Sebelum aku sempat melancarkan aksi penganiayaan itu orang udah kabur duluan. Akhirnya kita jadi kejar-kejaran.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
"Capek........... Lo kok cepet banget sih larinya? Gak ngerti apa ini gue capek?"
"Lagian ngapain sih lari-larian ya gue kejarlah"
"Lo kan jadi mau botakin gue, ya gue lari lah" Aku menyeringai. "Oh iya gue lupa" Sebelum itu orang kabur lagi udah aku kunci pergerakannya lalu aku jambakin rambutnya.
"Awuwwww sakit woyy! Lepasin!!" Aku hanya pura-pura tuli mendengarnya. "Entar belom 5menit" Jawabku santai.
"Nih udah gue lepas nih. Belom juga ada 5menit gue baik banget kan? Iya kok tau gue baik gak usah dijawab lagi" Orang itu mendengus sebal menanggapiku.
"Udah ah capek. Mending kita tidur aja yuk! Mau tengah malam nih" Aku menanggapi ucapannya dengan mengulurkan tanganku dihadapannya.
"Hah apaan?"
"Kado ulang tahunku mana?" Sambil aku menaik turunkan sebelah alisku.
"Gak gak ada"
"Idih pelit"
"Biarin. Udah deh ayo buruan masuk ke dalem, dingin nih"
"Gak mau gue tuh pengen menyambut hari ulang tahun gue dengan cara yang beda. Gue mau hari ini jadi hari terindah, jadi gue mau buat sesuatu yang menyenangkan dan tak terlupakan"
"Yang tadi itu udah pengalaman tak terlupa. Mau lompat dari lantai 3, keren tuh"
"Itu mah percobaan pembunuhan heh! "
"Lah itu kan elo sendiri, gue cuma ngajakin lompat bareng aja kok"
"Lah terus ngapain kepinggir pembatas gedung segala hah?!! Segala pake kata-kata terakhir lagi!"
"Itu mah cuma biar seru aja heheh" Aku mendelik tak percaya.
"Lagian ya itu pengalaman buat ultah elo. Tau gak gue udah mau sport jantung? Lo kan tau gue takut ketinggian, udah gue rela-relain berkorban demi elo"
Aku mendengus "heh itu mah elo nya sendiri mau ngerjain gue"
"Yaudah sih jangan ngambek"
"Siapa juga yang ngambek. Liat nih gue senyum" Aku tersenyum dengan terpaksa. Beda dengannya yang udah tertawa lagi. "Hahahahah"
"Sekarang mau apa?"
"Lo mau ngasih kado ke gue? " Mataku udah berbinar bahagia. Tapi setelahnya aku mendelik. Dia memukul sekilas kepalaku.
"Kado mulu yang diinget. Gue itu nanya lo mau apaan biar hari ultah lo beda dari tahun-tahun lalu. Yang penting itu momennya bukan kadonya biar bisa jadi hari istimewa.
"Heh lo dengar ya, kado itu juga termasuk hal yang istimewa tau." Seketika aku mengerucutkan bibirku kembali. "Gue kan gak pernah dapet kado kalo ulang tahun"
"Yahh kasian"
"Sadar diri elo kan juga bego! "
"Gak ya, dulu waktu kecil orang tua gue selalu ngerayain ultah gue kok. Jadinya gue banyak kado deh. Gak kayak lo kacian" Sambil itu menjulurkan lidah tanda mengejek. Beneran ngeselin.
"Tau ah bodo bodo bodo"
"Hahahahahahahaha"
"Idih malah ketawa. Udah diem, lo mau gak bikin hari ulang tahun gue lebih berwarna" Itu orang diam kaya lagi mikirin soal matematika, susah banget.
"Hmm bole lah bole lah"
"Oke sekarang kita bikin listnya dulu"
"Pake list segala? "
"Ya harus lah"
"Lo tulis deh, gue gak mau ikut campur"
"Alah ngomong aja lo gak mau bantuin gue mikirin list"
"Tau aja lo hehehe"
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
"Yeah akhirnya jadiii" Aku berseru bahagia.
"Lo lama banget cuma bikin list doang"
"Susu gue"
"Hah susu gue? "
"Idih gak tau bahasa keren ya lo? "
"Apaan?"
"Susu gue"
"ya apaan? "
"Suka-suka gue"
"Alah norak"
"Biarin" Aku menjulurkan lidah kearahnya. "Oke list pertama gue mau lihat pergantian hari. Gue mau lihat kegelapan malam digantikan kecerahan yang dipancarkan oleh sinar mentari"
"Oke nanti pagi-pagi banget kita keluar lihat matahari terbit"
"Bukan itu yang gue maksud"
"Terus? "
"Gue tuh mau disini sampai matahari terbit menggantikan kegelapan dilangit"
"Jangan gila deh! Ini udah tengah malem. Nanti kalo ada yang tau kita kabur dihukum mau? "
"Makanya jangan sampai ada yang tau" Dia memandangku dengan ekspresi keruh. "Gue gak ngelakuin hal jahat okee jangan pandang gue seakan-akan gue habis bunuh orang"
"Gak inget tadi lo mau ngapain?"
"Itu kan karena elo. Lagian ini gue cuma mau lihat berakhirnya hari ini doang kok ya ya ya"
Dengan wajah terpaksa ia menyetujui keinginanku. "Iya deh Iya"
"Asikk" Aku berseru bahagia tanpa peduli dia yang malah sibuk mencibir.
☆*:. o .:*☆ ☆*:. o .:*☆ ☆*:. o
TBC
Gak tau ini terasa aneh banget
KAMU SEDANG MEMBACA
come to happiness
Teen FictionKarena keinginan tak harus terwujud . . . Hanya berisi sebuah kisah anak remaja yang beranjak dewasa dengan segala tingkah polosnya dalam menghadapi kehidupan yang sesungguhnya Selalu berfikiran apa adanya ketimbang ada apanya Lebih suka menerima...