Hari semakin larut, tapi dua anak kecil yang beranjak remaja melanggar peraturan kembali. Bukan sekali dua kali mereka melakukannya, karena setiap waktu pasti saja akan ada ulah yang selalu mereka buat. Kali ini mereka mengabaikan jam malam lagi yang seharusnya untuk istirahat ———terlelap. Tapi, mereka malah lebih memilih menghabiskan waktu untuk membuat kebahagiaan lainnya.
. . ."Pip pip monitor monitor! Panggilan agen satu kepada agen dua! Panggilan agen satu kepada agen dua!"
"Roger Rogers! Panggilan diterima! Agen dua terhubung kepada agen satu!!"
"Agen satu siap akan melapor!"
"Laksanakan! "
"Siap! Dilaporkan kondisi lapangan aman! Bos besar telah meninggalkan markas!"
"Ulang! ulang! Rogers ulangi lebih rinci!"
"Baiklah! Dilaporkan kondisi lapangan aman! Bos besar telah meninggalkan markas pada pukul dua dua lebih dua dua, sekali lagi kondisi lapangan aman terkendali! Laporan selesai!"
"Laporan diterima! Agen dua siap menuju lapangan! Agen satu diharapkan menunggu konfirmasi lanjutan!"
"Siap menunggu! Agen satu akan siap sedia dipos penjagaan!"
Aku menyengir sangat lebar sampai-sampai mataku ikut tertarik mendatar ———menyipit lucu.
"Kita berbakat!" Mika berseru lalu disambut oleh suara renyah dari belah bibir-ku ——aku tertawa lepas.
"Hahahaha kita keren" Aku bertepuk tangan heboh sedangkan Mika menunjukkan ibu jari ke udara.
Kita mulai berjalan meninggalkan panti asuhan, sedikit berjalan-jalan pada malam yang dingin ini tidak apakan?
Sebenarnya aku dan Mika tak tau mau kemana, kita tak memiliki tujuan yang pasti. Kita hanya mengikuti kemana kaki ini melangkah.
Suasana malam hari ini sepi dan sedikit gelap, kalian ingat Mika takut pada kegelapan? Nah sekarang pun dia juga merasakan ketakutan, bahkan daritadi Mika gandeng lenganku erat-erat seperti mau nyebrang jalan aja.
"Ka lepas ih!"
"Takut" Mika semakin mendekatkan diri padaku.
"Ih risih tau gak! Jangan deket-deket dong!" Aku mencoba melepaskan genggaman tangannya sambil sedikit mendorongnya. Tapi Mika masih keukeh gak mau jauh-jauh dariku.
"Udah dibilang takut ya takut!! Ngerti gak sih?!" Mika bahkan udah nyolot, saking takutnya kalik ya. Tapi aku gak peduli, aku tetep lepasin genggamannya. Dengan susah payah aku mencoba untuk lepasinnya. Setelah perjuangan penuh caci makian dari Mika, akhirnya genggaman itu terlepas. Aku langsung aja lari tinggalin Mika.
"Huweee minahhh jangan lariiiii!!!"
Saat aku tak melihat Mika lagi dibelakang, lalu aku bersembunyi di balik pohon. Kali-kali mengerjai Mika asyik juga hahahaha.
Lama aku tungguin Mika gak muncul-muncul, aku kira Mika puter balik kali ya. Dia pulang sendiri di panti, eh tapikan Mika penakut mana berani dia pulang sendirian tengah malam beginikah.
"Mika mana sih? Keburu jadi patung batu arca kalo nungguin dia nongol. Hmm! " Aku mendengus keras-keras.
"Puter balik aja deh! Kali dia dibegal wewe" Sebagai teman yang baik nyrempet ngeselin: D aku mau tak mau harus cariin Mika. Kalau Mika diculik wewe beneran kan repot ih.
"Ka Mika uhuyy lo dimana? Mika? MiKamini woyy!! Lo jangan ngumpet dong! "
Dari kejauhan aku melihat seonggok manusia yang sedang duduk dipinggir jalan sambil nunduk, nenggelemin kepalanya dilipatan kaki yang ditekuk. "Itu manusia sapa sih? Malem-malem tidur dijalan" Aku menggaruk tengkuk sekilas lalu tersadar bahwa baju yang dikenakan oleh orang tersebut mirip——sama persis dengan yang dipakai Mika.
KAMU SEDANG MEMBACA
come to happiness
Teen FictionKarena keinginan tak harus terwujud . . . Hanya berisi sebuah kisah anak remaja yang beranjak dewasa dengan segala tingkah polosnya dalam menghadapi kehidupan yang sesungguhnya Selalu berfikiran apa adanya ketimbang ada apanya Lebih suka menerima...