20 Maret 2009
Tuhan aku tak pernah menyesal dilahirkan dalam kondisi apapun. Aku justru berterima kasih kepada-Mu yang telah memberikan kehidupan ini padaku. Walaupun kehidupanku tak lebih baik dari yang dipikirkan orang, aku cukup bersyukur atas kehadirannya. Aku tau diluar sana masih banyak kehidupan yang tidak seberuntung dariku. Jadi bolehkan aku merasa sedikit bahagia? Bukan bermaksud untuk berbahagia diatas penderitaan orang lain. Tapi, aku hanya ingin berbahagia karena tak ingin mengecewakan seseorang yang sangat berarti dalam hidupku. Seseorang yang telah mengorbankan nyawanya untuk menghadirkan diriku di dunia ini. Aku tak ingin membuatnya sedih hanya karena aku tidak merasa bahagia atas kehidupanku ini. Jadi, aku akan selalu berusaha berbahagia walaupun keadaan memaksaku untuk terjatuh.
Happy birthday Mina
I always hope to you as a me will be happy^^Didedikasikan untuk diriku dari diriku sendiri, Minjaeminna Aqnetta
"BOOOo!!! "
"EHKODOKKODOKJANTUNGCOPOT!!ASTAGACOPOTCOPOT!!!" Aku terlonjak ketika mendengar suara mengagetkan yang berbunyi tepat disamping telingaku.
"AhahHHahahHAaha Mina hahahahhHHaa comelnyaaa ahahHHahHHAaaa" Tanpa rasa bersalah atau panik melihat reaksiku sang oknum yang telah mengagetkan ku kini hanya tertawa lepas.
"Ihhhh ngapin sih lo ngagetin gue hah?! Kalo jantung gue copot beneran gimana?! Mau tanggung jawab?!!"
"Ahahahaha iyaiya maaf hahahahaa"
"Minta maaf kok masih ketawa mulu idih" Sambil menetralkan detak jantungku yang meningkat, ingat ini karena terkejut bukan karena jatuh cinta. Aku mencibir seseorang yang telah berani-beraninya mengagetkanku tanpa rasa bersalah. Dia daritadi hanya asik tertawa.
Sejenak ia menghembuskan nafas untuk menghentikan tawanya. "Iya hftt...... Ini gak ketawa lagi. Lo lucu sih ekspresi tabokable ahahahaha" Ini yang katanya gak ketawa lagi mana ya??
"Idih itu lo masih ketawa lebar lagi. Kemasukan nyamuk gue gak tanggung jawab" Aku mengangkat bahu cuek
"Harusnya lo tanggung jawab lah. Kan lo penyebab gue ketawa" Akhirnya ketawa ini orang berhenti juga.
"Serah deh serah mana gue peduli. Pergi gih sana! Ngapain ganggu gue?"
"Harusnya gue yang nanya ngapain elo disini malem-malem? "
"Bukan urusan elo"
"Aduh maungnya nongol deh" Langsung itu aku teplok lengannya.
"Aduh sakit ini. Kau tega Ananda menyakiti Adinda. Kalau tangan Adinda diamputasi gimana? " Dengan nada seolah tersakiti ia berseru sambil mengusap usap lengannya.
"Gue sih lagi tutup telinga ya gak bisa lihat" Aku membalas drama picisan ini dengan cuek.
"Bodoh! Lama-lama gue pengen melintir kepala orang deh" Ia tersenyum sok menawan, padahal aslinya hmm.
"Udah ih sana pergi ganggu aja!" Aku mendorongnya menjauh tapi dia tak bergerak pun seinci.
"Yaudah makanya ayo tidur! Nggak inget besok pagi-pagi harus loper koran?"
"Iya nanti gue kebawah lo pergi tidur aja duluan"
"Gak bisa Adinda tidurnya pengen meluk Ananda tercinta" Sambil mengedipkan sebelah mata mencoba menggodaku dengan gaya tak bermutu nya.
"Ih jijik" Aku bergidik ngeri melihatnya. Walaupun ia sering bertingkah laku seperti ini tapi gak tau kenapa aku masih merasa geli sendiri.
"Ahahahahah lagian ngapain sih malem-malem bukannya tidur malah bengong sendirian disini? Lo gak tau gue daritadi muter-muter cari elo? "
"Alah muter-muter apaan? Paling juga lo cuma nyari gue dikolong tempat tidur atau gak dikamar mandi terus langsung kesini kan?"
"Hehe abisnya kan elo suka disitu kalo ngumpet"
"Idih itu mah elo. Udah deh gue lagi bahagia jangan ngerusak hari bahagia gue"
"Hari bahagia apaan? "
"Ih kok lo gak inget sih. Ini kan hari ulang tahun gue" Aku mengerucutkan bibirku dengan sebal.
"Lah ultah lo kan besok? Gak lagi amnesia kan? " Sambil itu orang mengulurkan tangannya megang dahiku seperti sedang mengecek suhu tubuh.
Aku hanya tersenyum maklum menanggapi kelakuannya yang kelewat abstrak. "Kayaknya beneran amnesia deh soalnya lo gak demam" Aku mendengus kencang karena mendengar asumsinya yang tidak masuk akal.
Aku tarik itu lengannya langsung aku gigit. "Aduhhh lepas woy!! Gue gak mau berubah jadi vampir!! Gue masih pengen merasakan sinar matahari!! Gue gak bisa diginiin!! Gue kecoa sama elo!! Gue kecoaaa!!" Diapun merubah ekpresi menjadi sedih dengan wajah yang keruh, sedangkan aku hanya memutar bola mataku jengah.
"Please jangan lebai deh. Atau gak gue dorong juga lo biar jatuh dari lantai 3, lo gak mati kan? Katanya udah jadi vampir" Aku mencibir dengan ekpresi datar.
"Jangan dong! Mending kita lompat aja bareng-bareng biar asik" Matanya tiba-tiba jadi berbinar bahagia.
"Gila gila kalo mau bunuh diri jangan libatin gue dalam skandal kelas teri ini deh sayang banget nyawa gue kebuang sia-sia" Dia hanya tersenyum remeh. Lalu pada menit berikutnya ia menyeretku ke pembatasan gedung.
"Heh lo mau ngapain?!! Lepasin gue!!" Aku memberontak sekuat tenaga untuk melepaskan cengkramannya dari tubuhku.
"Ayoo Ananda kita akan lompat bersama" Saat sampai dipinggir ujung rooftop aku melihat kebawah lumayan tinggi, kalau seandainya aku terjatuh apakah akan terasa sakit? Aku hanya bisa pasrah apakah ini akhir dari hidupku? Padahal tadi aku baru saja mengucap syukur atas kehidupanku. Tapi kenapa sekarang nyawaku akan melayang? Apakah rasa syukur atas kehidupan itu merupakan kesalahan? Atau karena aku berbahagia diatas penderitaan orang lain, sehingga Tuhan marah dan akhirnya ia mencabut nyawaku dengan cara yang tidak pernah aku inginkan secepat ini pula. Bila itu benar aku cuma ingin berucap, 'selamat tinggal kehidupan aku akan selalu mengenangmu, kejadian ini adalah kado yang takpernah aku sangka dan terimakasih untuk kematianku yang menjemputku saat hari ulang tahun yang paling istimewa, karena ini adalah hari ulang tahun yang terakhir kali untukku'
______________________________________
TBC
Baru chapter pertama tokoh utama langsung mau koid jhahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
come to happiness
Teen FictionKarena keinginan tak harus terwujud . . . Hanya berisi sebuah kisah anak remaja yang beranjak dewasa dengan segala tingkah polosnya dalam menghadapi kehidupan yang sesungguhnya Selalu berfikiran apa adanya ketimbang ada apanya Lebih suka menerima...