3.

58 9 0
                                    

Bintang bergemerlap diangkasa hitam memancarkan cahaya penerangan nan indah memukau.

Disinilah aku, dibawah naungan langit kelam bersamanya. Ditemani berjuta bintang dan angin malam yang tak hentinya bertiup. Dua anak kecil penuh kenaifan sedang menunggu tranformasi langit yang menghitam kembali secerah harapan.

"Beneran kita nungguin disini?" Dengan kerutan diwajahnya ia bertanya dengan nada tak yakin.

"Yaiyalah emang dimana lagi?"

"Tapi disini gelap" Ia masih kukuh dengan pendiriannya.

"Ya jelas lah udah malem"

"Kalo ada dedemit gimana?" Sekarang ia malah menunjukkan ekspresi ketakutan.

"Alah palingan juga dedemitnya gak lebih serem dari kakamit"

Plak

"Awwww sakit tauuu. Lo kok main gampar-gampar sih? Suckid tau suckid banget ini entar gue aduin elo ke ibu panti baru tau rasa" Aku berakting seperti tersakiti.

"Idih tukang ngadu. Entar gue juga bilangin elo malem-malem kabur ke rooftop gak tidur malah main"

"Ih itu lo juga ngadu bambank"

"Disini dingin lo kok kabur gak ada persiapan sih?"

"Yakan ini dadakan mana tau pake persiapan lah" Keheningan kembali mengikis eksistensi kita berdua.

***

Karina Miqailla Naresthi atau biasa aku memanggilnya Mika. Dia adalah sahabatku, satu-satunya yang paling dekat denganku di panti asuhan. Kita bertemu sekitar 4 tahun yang lalu di panti asuhan ini. Ia adalah penghuni baru sekaligus teman satu kamarku. Pertama kali diantar ke panti ia dalam keadaan mengenaskan dengan kantung mata yang bengkak dan air mata yang tak berhenti keluar. Ia menangis tersedu-sedu meminta dipulangkan ke rumahnya.

Saat itu Mika adalah anak kecil pendiam dan tertutup yang selalu menyendiri. Ia tak pernah mau bergabung dengan yang lain, bahkan ia sering ingin kabur dari panti asuhan bila ada kesempatan. Ia selalu beranggapan bahwa orang tuanya pasti akan mencarinya, sehingga ia ingin pulang ke rumah. Sungguh anak kecil yang polos, seharusnya ia tau bila seseorang telah berakhir di panti asuhan berarti ada 2 kemungkinan. Pertama karena orang tua tak menginginkan kehadirannya atau yang kedua orang tua telah meninggalkannya untuk selama-lamanya. Sepertiku, ibu telah bersama Tuhan sedangkan ayahku, tak ada yang tau apakah ia masih hidup atau sudah menyusul ibuku bersama Tuhan. Jadi, semua beranggapan ayahku berada diopsi seperti ibuku, apalagi fakta bahwa aku telah tinggal di panti asuhan ini sendari lahir.

Aku sering melihat Mika menangis pilu tanpa suara dimalam hari sungguh menyediakan, mungkin ia belum bisa menerima kenyataan akan kehidupannya. Aku ingin menenangkannya seperti orang dewasa yang memberi petuah penyemangat. Tapi, aku sama seperti Mika yang tak lebih daripada anak ingusan yang terpaksa harus bersikap lebih dewasa dari umurnya.

Kadang aku merasa muak melihat Mika selalu menangis. Jadi, suatu malam yang telah aku rencanakan, aku mengajaknya pergi dari panti untuk melakukan perjalanan singkat. Sebenarnya aku takut ia akan kabur, tapi aku menyuruhnya berjanji sebagai syarat ia tak akan kabur. Dua orang anak kecil berkeliling melihat kehidupan diluar jangkauan umurnya pada malam hari tanpa adanya orang dewasa yang menemani. Mulai saat itu Mika akhirnya tersadar, ia merasa begitu beruntung karena diluar sana masih banyak yang tak seberuntung dirinya. Akhir dari perjalanan ini aku lebih dekat terhadapnya, ia pun mulai terbuka dan lebih menerima kenyataan.

*
*
*

"Heh!! Kebiasaan banget lo ih suka melamun!" Mika sudah menggoncangkan badanku dengan brutal.

Akupun akhirnya tersadar lalu menepis tangannya. "Gue itu gak melamun tauu. Gue itu-"

"Merenung iya tau lo itu merenung" Sambil mendengus Mika menunjukkan wajah datar.

"Nah itu lo tau. Gue kira sia-sia tiap hari kasih tau lo eh ternyata sekarang berguna juga ya lo udah nyambung lagi gak konslet hahahah"

"Stop gue takut lo kerasaukan tau habis bengong langsung ketawa"

Aku mengerucutkan bibirku. "Ih gue kira udah nyambung ternyata sama aja. Berapa kali harus gue bilangin gue itu merenung bukan bengong melamun ataupun tidur pake mata terbuka tapi gue itu merenung m e r e n u n g  merenung"

"Iyaiyaaa berasa gue anak TK lagi deh segala diajarin baca. Lagi pula lo merenungi apaan sih tiap hari merenuuuuuuungg mulu"

"Heh lo bilang seakan tiap waktu tiap jam gue merenung mulu"

"Heh gak sadar diri ya anda, itu kenyataan tau. Perlu gue jelasin. Elo dari bangun tidur pake merenung dulu terus elo mau makan merenung lagi, lo habis mandi merenung juga, ada lagi lo-"

"Sttt diem deh berisik!" 

"Hmm........  Emang lo merenungi apaan sih? Kenyataan pahit idup lo itu? Kalo lo merenung aja gak akan berubah juga kalik"

"Heh itu kata-kata gue kan? "

"Hehe iya"

"Dasar kang kopiii lo"

"Mending kang kopi lah elo kangkung" Aku hanya mencibir dengan bibirku seolah merasa bodo amat.

"Emang lo tadi merenung apaan? Ini gue tanya seriusan loh"

"Hmm gue cuma kepikiran masa lalu waktu ketemu elo aja"

"Emang kenapa? "

"Ngga kenapa-napa, gue cuma bangga sama diri gue sendiri. Kok gue bisa tahan ya temenan sama elo yang kayak tutup botol kecap dikasih nyawa"

"Heh kalo ngomong pen gue gampar. Gue tuh bukanya tutup botol kecap dikasih nyawa tapi gue tuh keluar dari bulir-bulir biji buah jeruk"

"Pantesan lo kek ulet pohon eh ternyata anak biji buah jeruk hahahahahahaha"

"Ngajak gelut nih ayo sini gue gelitikin"

"Aduhh geliii lepasin hahahahaha geli hahahahaa lepas hahahaha"

"Rasain lo HaHa Ha"

*
*
*

"Ka lihat-lihat itu disana mulai ada sinar"

"Iya matahari mau nongol tapi gue ngantuk hoamm" Mika menguap lebar.

"Idih jijik pagi-pagi liat cicak makan buaya"

"Mana ada cicak makan buaya bodoh"

"Ya ada elo nguap lebat amet gak ditutup. Masih pagi gue harus liat pemandangan yang merusak mata aja"

"Ya maap habis ngantuk lo sih ngajakin begadang"

"Idih gak ikhlas banget sih. Nanti amalan kebaikan elo dihapus lagi baru nyaho"

"Tau dah tau. Eh itu matahari terbitnya bangus banget" Mika berseru bahagia.

"Heum bagus banget gak nyesel kan lo gue ajakin"

"Iyaiyaa. Oh ya gue mau bilang. Selamat ulang tahun untuk kesayangan Miqailla, Minaku sayang I love youuuu" Mika berseru ceria sambil mencoba menciumku.

Sekuat tenaga aku menghindar. "Idih apaan nih!! Minggir ihhh jijik" Mika akhirnya menjauh dariku beberapa senti tapi itu bibir masih juga monyong-monyong.

"Ananda jahatin Adinda lagi. Adinda sedih tauuu-" Langsung aku bekep itu mulutnya. Pusing kalau pagi-pagi udah dikasih siraman kalbu si Mika.

"Ayo kita siap siap aja deh keburu ketauan ibu panti berabe"

"Yaudah ayo, eh tapi daftar list selanjutnya apaan?"

"Nanti aja deh aku kasih taunya"

"Oke deh"

################################











TBC

Kok ini cerita maksa banget ya
Taudeh susu aku: 'D

come to happinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang