Seberapa pintar seseorang menyembunyikan rahasia pasti pada akhirnya akan diketahui juga oleh orang lain.
* * *
"Ibuu kami pulang" Aku berlari bersama Mika dengan sangat bahagia.
Satu hal lainnya yang harus kalian tau, aku akan selalu suka saat waktu ini tiba. Saat ibu panti menyambut kepulangan anak-anaknya dengan senyuman sehangat mentari. Ia akan membuka tangannya lebar-lebar lalu ia akan mendekap kami dengan penuh kasih sayang dan tak lupa menyematkan sebuah kecupan. Aku selalu suka perlakuan manisnya yang tak pernah aku dapatkan dari kedua orang tua kandungku. Bukannya aku menyalahkan kedua orang tua kandungku karena mereka tak pernah memberikanku kasih sayang, tapi anak manakah yang tak ingin mendapatkan kasih sayang orang tuanya? Ada?
Aku tak pernah menyalahkan kedua orang tuaku, sekali lagi aku tegaskan. Gimana mau menyalahkan, orang lihat meraka aja aku belum pernah. Aku tak merasa sedih, dan akupun tak merasa menyesal. Aku justru merasa bersyukur atas kehidupan ini. Aku merasa beruntung, dan tak ada alasan untukku tetap bersedih di kerumunan kebahagiaan yang mengelilingiku saat ini. 'Mereka' memiliki dua orang tua kandung juga kakak maupun adik, tak lebih baik dari ku karena bahkan disini aku memiliki puluhan saudara yang memiliki banyak cinta kasih. Gimana caranya aku mau bersedih kalau ada puluhan bahkan ratusan tawa bahagia yang mengelilingi ———walaupun kehilangan orang tua kandung adalah alasan yang logis untuk bersedih, tapi aku memiliki lebih dari seribu satu alasan untuk tetap bahagia, karena bahagia ada bukan cuma sebatas kasih sayang antar garis darah.
Bahagia itu ada untuk-mu yang selalu menerima dan bersyukur.
Aku dan Mika berlari menubruk ibu panti dengan pelukan kebahagiaan. "Hey kenapa? Keliatannya lagi bahagia banget" Ibu panti tersenyum cerah lalu mengusap rambutku dan Mika penuh kelembutan seorang Ibu.
"Gakpapa cuma kangen sama Ibu"
"Aduh kalian itu ada-ada aja. Sekarang mandi sana! Kenapa pulangnya sore-sore begini? Ibu kan sudah bilang kalau pulang sekolah langsung pulang jangan main dulu"
Aku hanya tersenyum mendengarkan-nya. Kata orang dimarahi Ibu itu adalah sebuah hal yang menyebalkan, tapi menurut-ku dimarahi Ibu adalah suatu kebahagiaan tersendiri, ia marah itu tanda kepeduliannya berarti dia sayang pada-ku.
Ibu mencubitku gemas, sungguh ini tak terasa sakit. Dia cuma menyalurkan rasa sayangnya. "Kamu ya Mina kalau diomelin malah senyum. Anak lain mah nunduk takut, ini malah bahagia" Ibu lalu tersenyum menular senyum lainnya dibelah bibir Mika
"Ibu cantik kalau senyum. Senyum terus ya Ibu Mika suka!!"
Ibu tertawa, "kalau Ibu senyum terus nanti disangka lagi sakit"
"Iya haha kayak Mika dia senyum terus dijalanan"
"Hey" Mika memukul bahuku sekilas, "berani ya ngatain aku gila?"
Aku pura-pura terkejut, "Loh siapa yang ngatain gila? Mika kan ngaku sendiri ya Bu?" sedangkan Ibu masih asyik tertawa.
"Aku gak, gak pernah bilang begitu kok. Aku itu masih sehat gak gila, yakan Ibu?"
"Iya sekarang gak gila, gak tau nanti hahaha"
"Ah nyebelin! Minah nyebelin!" Mika berusaha untuk memukuli-ku kembali. Tetapi aku bersembunyi dibelakang Ibu.
"Ibu! Ibu lihat Mika melakukan KDRT Bu. Aku suckid dipukulin huhuhu"
"Idih drama drama!! Tukang ngadu dasar karnivora pemaknaan ayam goreng!!"
"Terus apa urusannya kalau aku suka makan ayam goreng?"
"Lihat ini" Mika mengangkat bungkusan yang berada di genggamannya tinggi-tinggi, "ayam goreng mau ak———AAAAAAA"
KAMU SEDANG MEMBACA
come to happiness
Teen FictionKarena keinginan tak harus terwujud . . . Hanya berisi sebuah kisah anak remaja yang beranjak dewasa dengan segala tingkah polosnya dalam menghadapi kehidupan yang sesungguhnya Selalu berfikiran apa adanya ketimbang ada apanya Lebih suka menerima...