Perdebatan kecil tak bisa aku hindari bersama Mika, keegoisan dan ingin menang sendiri dari anak kecil itu murni. Kalau 'tidak suka' pasti bilang tidak suka, dan gak akan bisa dipaksa untuk bilang 'suka' kecuali dibujuk dengan penuh ketulusan dan sedikit rayuan, ——mungkin dengan ketelatenan akan bisa mengubah kata 'tidak suka' itu?
Tiba-tiba terdengar suara yang menginterupsi. "Anak-anak" Aku menelan ludah gugup, sedangkan Mika udah panik.
"Kalian lagi apa?" Aku hanya berdiam kalau Mika udah gak bisa diharapkan.
"Kalau ibu lagi bicara jangan dipunggungin gitu" Kita sontak langsung menghadap Ibu.
"Kalian gak tidur lagi? Udah berapa kali Ibu bilang, kalau waktunya tidur ya tidur jangan main! Ini juga jendelanya kenapa gak ditutup? Angin malam gak baik buat anak kecil"
Setelah menutup jendela, Ibu menuntun kami kembali ke kamar. Aku cukup merasa lega karena Ibu tak tau kami habis main diluar, bukan lagi main petak umpet didalam panti seperti biasanya.
Kami masih tak bersuara sampai akhirnya Ibu masuk ke kamarnya. Aku dan Mika hanya berdiri didepan pintu, "kenapa gak masuk? Ayo masuk"
"I-ibu beneran? Ki——" Ibu menganguk, "iya ayo masuk, kalian gak mau nemenin Ibu tidur" Kita lalu buru-buru masuk. Bukannya apa, aku dan Mika sangat senang dengan hal ini. Karena apa? Ibu ngajakin kita tidur bareng dong. Ini suatu keberuntungan. Ibu itu tidurnya dikamar pribadi, khusus dan gak sembarangan anak boleh masuk. Aku pernah beberapa kali masuk itupun cuma sebentar dan sekarang aku disuruh tidur disini nemenin Ibu?? Waww sungguh bahagianya, apa lagi Ibu gak marah karena aku dan Mika melanggar jam malam lagi eh tapi sebenarnya Ibu gak pernah marah sih menurutku.
Kami berbaring sisihan bertiga dengan posisi paling kanan dekat dinding adalah aku, lalu ditengah itu Ibu dan Mika dipojok paling kiri.
"Ibu Ibu udah tidur belum?"
"Ibu udah tidur" Kontan aku dan Mika tertawa, "Ibu tidur kok bisa jawab pertanyaan sih hahaha?"
"Kan pertanyaan Mika sampai ke mimpi Ibu"
"Haha pasti mimpi Ibu jadi mimpi buruk ya? Denger suara Mika hahahah"
"Enak aja mimpi buruk, yang ada mimpi-nya jadi mimpi indah"
"Memangnya Indah mimpiin kamu, ka?" Indah yang kumaksud disini itu nama orang, bukan seperti indah yang dimaksud Mika.
"Halah gak nyambung"
"Udah-udah jangan berantem. Ayo baikan biar gak ditutupin pintu surga"
"Iya Ibu kita baikan kok"
Hening. . .
"Ibu?"
"Iya"
"Besok hari Ibu ya eh hari ini?"
"Huum kan udah berganti hari, Min" Bukan Ibu yang merespon malah si Mika.
"Ibu jawab dong, kan Mina bicara sama Ibu bukannya Mika" Mika mendengus "dasar pasti mau nge-drama lagi nih"
"Apaan sih bilang aja iri" Ibu mengelus rambutku dengan lembut, aku jadi memejamkan mata menikmati sentuhannya.
"Iya Mina, setiap tanggal 22 Desember itu hari Ibu"
"Ibuuu aku juga mau dielus-elus rambutnya kayak Mina" Mika merengek membuatku yang sedang merasa nyaman terganggu.
Ibu lalu tertawa kecil, ia pun mengelus rambut Mika dengan tangan sebelahnya.
"Tapi menurutku hari Ibu itu setiap hari. Setiap hari adalah hari Ibu karena Mina sayang pada Ibu!! " Aku memeluk Ibu kencang, Ibu agak terkejut tapi dia lalu membalas pelukanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
come to happiness
Teen FictionKarena keinginan tak harus terwujud . . . Hanya berisi sebuah kisah anak remaja yang beranjak dewasa dengan segala tingkah polosnya dalam menghadapi kehidupan yang sesungguhnya Selalu berfikiran apa adanya ketimbang ada apanya Lebih suka menerima...