7 : Hurting all the time

67 12 0
                                    

Don't pretend you knowing, your face is telling me.
—Sesese, (Ft. Kikaflo) 2Yoon.






"Eonni, kenapa akhir-akhir ini kau jarang menemui Jimin?"

Aku menatap Jihyo penuh keingintahuan. Sebenarnya tidak terlalu serius karena aku tahu alasan dibalik jarangnya pertemuan mereka. Mereka entertainer. Sama-sama sibuk. Selalu begitu. Aku hanya sengaja menanyakan ini karena suasana diantara kami hening sekali. Tidak seperti biasanya dimana Jihyo selalu cerewet membicarakan Sang Kekasih—beberapa hari ini saja bahkan tak kudengar nama Jimin disebut dari bibirnya.

"Dia sibuk. Kau pasti tahu BTS akan comeback sebentar lagi kan?"

Aku mengangguk, mengiyakan. "Apa kalian sedang bertengkar?" Tanyaku sedikit ragu.

Jihyo menghela nafas dan menghentikan kegiatannya yang semula membersihkan sofa di ruang tamu. "Aku ada rekaman hari ini, tinggalah di rumah sampai aku kembali."

Aku tidak sempat menjawab karena Jihyo segera saja memakai tasnya dan pergi keluar. "Kau bilang rekamannya sudah selesai kemarin, Eonni."

•••

"Dimana kau?"

Aku baru saja selesai membasuh diri begitu sebuah pesan masuk ke dalam handphoneku.

Aku menghela nafas kasar saat melihat siapa yang mengirimkan pesan. Lantas tidak berniat membaca atau pun membalasnya.

"Kutanya dimana kau?"

Aku meletakkan ponselku di atas meja, membiarkannya sampai si pengirim jengah sendiri. Biar saja, aku bahkan tidak berniat berurusan dengan masalah baru sekarang.

"Hyunji-ya."

Aku berjalan malas ke atas kasur, menyamankan diri.

"Aku tahu kau melihat pesanku."

Aku memutuskan untuk tidur sebentar. Rasanya hari ini lelah sekali. Terutama saat aku lagi-lagi dimarahi oleh dosen karena terlambat mengumpulkan tugas. Menyebalkan.

"Hyunji-ya, berhentilah mengabaikanku. Kita harus bertemu."

Aku sebenarnya cukup terganggu saat handphoneku terus menerus berdenting. Pendirianku masih tetap, hingga satu-satunya cara yang kulakukan adalah menutup telinga dengan bantal.

"Aku sudah berpisah dengan Jihyo."

Jam sepuluh malam.

Aku menyingkirkan bantal yang menekan kepalaku ke samping. Sial. Aku tidak sengaja ketiduran terlalu lama.

Buru-buru aku bangkit dari kasur, melihat tugas-tugas yang belum kukerjakan sama sekali.

"Dosen terkutuk!" Aku mengumpat sendiri mengingat semua tugas-tugas itu harus dikumpulkan dua hari lagi.

Aku dalam masalah.

Ceklek.

Dari bawah, kudengar suara pintu terbuka. Jihyo pasti sudah kembali. Aku tak ambil pusing dan lanjut frustasi sendiri. Terlalu banyak memikirkan masalah tidak penting membuatku menyesal.

"Hyunji-ya." Jihyo berteriak dari bawah. Dengan terpaksa aku harus lagi menunda semua pekerjaan kuliahku.

"Ada apa Eonni?" Balasku dari kamar.

"Aku membelikan jajangmyeon dan tangsuyuk untukmu. Cepat makan, aku akan ke kamar."

Lantas aku turun dan tidak melihat Jihyo di ruang tamu. Dia benar-benar pergi ke kamar.

"Apa Jihyo menghindariku?"

Aku bergumam, melihat kantung berisi makanan dengan asap yang masih mengepul.

"Aku akan menemui Jihyo setelah menikmati ini." Aku tersenyum dan membuka kotak berisikan mi hitam beserta gorengan itu.

"Selamat makan!"





Tanpa kusadari, sepasang mata mengamatiku dari atas. Ia tersenyum miris dan menghela nafas pelan.

"Apa aku harus merelakannya untukmu, Hyunji-ya?"

[]

Siblings | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang