kedua

12 4 0
                                    

Orang itupun membuka pintu uks dan mulai berjalan masuk karena mungkin kedengaran barang jatuh yang tidak sengaja tersenggol tanganku. Karena takut aku pura pura untuk  tertidur saja.

Tidak ada suara apa apa aku mencoba membuka mataku sebelah hanya untuk memastikan apa orang itu sudah pergi atau belum. Dan ternyata orang itu tidak ada di uks, aku menghela napas lega.
"Sudah bangun?" aku terkejut orang itu ternyata ada di belakang ku. Rasanya takut sekali untuk melihat kearahnya. Bagaimana jika dia bukan manusia?bagaimana kalo dia penunggu uks sekolah ini? Bagaimana kalo dia kuntilanak? Tunggu tunggu kuntilanak? Sepertinya bukan, karna suara yang ku dengar suara lakilaki. Bagaimana kalo itu suaminya kuntilanak? Aku masih belum berani menatapnya, hanyaku jawab dengan anggukan kepala saja.
"Saya antar kamu pulang ya?" pulang? Pulang kemana? Ke alam lain?.
"Kamu manusia?"  ya ampun kenapa mulutku harus ngeluarin pertanyaan seperti itu?
"Hah?"

Dengan berani dan menutup mata aku membalikan badanku mengahadapnya. Rasanya sulit sekali untuk membuka mataku. Seketika pertanyaan itu muncul kembali. Dan bagaimana dengan ibu? Sepertinya dia mencariku. Reza? Ah ntahlah, manusia yang satu itu sangat kejam, kalo saja dia tidak meninggalkanku aku mungkin tidak akan seperti ini. Ekhem. Deheman makhluk itu, rasanya menyeramkan. Aku mencoba membuka mataku dan yang kulihat bukan sesosok makhluk menyeramkan melainkan seorang pangeran yang dikirim tuhan untuk menjaga sang putri. Beberapa menit kami saling bertatapan. Matanya indah, halisnya tebal dan dia tersenyum lalu lesung pipinya nampak di sebelah kiri. Manis sekali bukan?

Aku langsung tersadar dari lamunanku dan membalikan badanku ke posisi awal.
"Siapa kamu?"
" ouh ya, gue Genta yang tadi ga sengaja ngelempar bola ke kamu, sorry ya"

Aku hanya mengangguk saja, ya sebenarnya ini sangat sakit sekali.
"Udah baikan? Sebagai permintaan maaf Gue anter balik ya, udah malem juga gimana mau?"

"Cuma nganter pulang?"

"Trus?"  aku berpura pura sakit lagi dan memegang kepalaku 'aduh aduh, pusing banget ini'. Wajahnya mulai nampak khawatir dan...

"Yaudah gue beliin es cream"

"Setuju"

spontan aku langsung bangun dan mulai berdiri. Aku langsung memakai sepatuku. 'Jadi sakitnya purapura? Cuma mau dibeliin es cream?'  yang aku lakukan hanya tersenyum sambil sesekali memperlihatkan gigiku. "Beneran ko sakit, cuma pengen es krim aja. Apasalahnya kan sebagai tanda minta maaf, harus beliin es cream"

"Emangnya ga ngerasa dingin? Hujan hujan gini makan es krim."

"Hujan?"  Genta hanya menganggukan kepalanya yang menandakan iya. Aku membuang nafas berat padahal aku ingin sekali makan es Krim. Karna waktu yang semakin larut malam aku meminta Genta untuk mengantarku pulang.

Malem malem gini, hujan emang masih ada metro mini?. " Tunggu aja dulu nanti juga ada".  Hah? Aku langsung terbelalak kaget dong, ko dia bisa baca pikiran aku?. Apa dia punya indra pembaca pikiran manusia?. Yang bisa ku lakukan saat ini hanya mesem mesem tidak jelas

Kami menunggu metro mini di halte. Hujan yang semakin deras diselimuti malam yang dingin, andai Dia ada bersamaku menunggu metro mini bersama. Siapa lagi kalo bukan Reza. Tidak tau sejak kapan aku mulai memikirkan manusia itu dan menaruh harapan padanya. Ya walau pun kita jarang akur tapi kalo ga ada Reza duniaku terasa hambar.

Ah Tuhan, kenapa tidak dia saja yang ada di sini? Kenapa harus Genta.

Suhu udara yang semakin dingin, badan ku tidak kuat untuk merasakan hawa dingin ini. Aku mulai duduk dan memeluk diriku sendiri. Genta mengikutiku dengan duduk disebelahku.
Suhunya sudah mulai terasa hangat saat jaket milik Genta di kenakan di tubuhku.

"Gimana sama kamu?"

"Aku ga masalah."

"Thank ya".

Hujannya sudah mulai reda tapi petir dan geledeknya yang semakin menjadi membuatku ketakutan. Biasanya aku selalu memeluk nenek saat saat seperti ini' aku spontan teriak karena bunyi geledek yang sangat kencang.

Ah tidak, aku tidak di rumah dan aku tidak memeluk nenek. Apa aku memeluk Genta?.

" Maaf"

"Gapapa, santai aja"

'Gimana mau santai malam ini sungguh menyeramkan'.

"Kamu ngingetin aku sama cinta pertamaku, 15 tahun lalu"

"Cinta pertama, 12 tahun yang lalu?"

"Saat itu umurku 6 thn, Dia sangat suka sekali dengan hujan. Dulu dia juga takut sama geledek, jika tidak ada neneknya dia memeluku. Lucu sekali dia selalu berbohong bilang kalo dia tidak takut apapun dan akan melindungiku. Dia gadis yang kuat dia tidak pernah menangis dia selalu menghiburku."

"Lalu dia dimana?"

"Aku juga ngga tau dia dimana?, bagaimana keadaan dia? Sekolah dimana? Apakah dia masih ada di bumi ini? Aku tidak tau."

TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang